Jumat, 26 April 2024 | 05:43
OPINI

Bucket List, Keinginan Terakhir Mang Ucup

 Bucket List, Keinginan Terakhir Mang Ucup
Bucket List

Oleh: Mang Ucup *)
 
Ungkapan "bucket list" dipopulerkan oleh film yang berjudul "The Bucket List". Ungkapan ini berasal dari ungkapan lainnya yaitu "to kick the bucket" yang berarti "mati". 
 
Kalimat “kick the bucket” dimaknai tersirat sebagai “bunuh diri”. Kata Bucket = Ember dalam bahasa Inggris. Kenapa “kick the bucket” bisa dimaknai sebagai “bunuh diri”?

Pada zaman dahulu, koboi-koboi Amerika jika hendak bunuh diri, maka mereka berdiri di atas ember dan mengikat leher mereka serta menggantungkan tali di atas sebuah balok kayu melintang, lalu mereka membunuh diri dengan menendang ember tersebut.
 
Jadi "bucket list" adalah daftar hal-hal apa saja yang ingin seseorang lakukan sebelum dia "kicks the bucket". Dalam film Bucket List ia ingin bisa naik ke puncak gunung Mount Everest. 
 
Apakah Mang Ucup mo Bunuh Diri? Jelas tidak; namun pada saat saya mencapa usia 80 tahun di 2022 nanti; hal-hal apa saja yang ingin saya lakukan (bucket list).

Daftar yang tercantum di bawah inilah sebagai Bucket List dari Mang Ucup:
 
1.    Makan bareng dengan 80 Wisman
2.    Pergi ke Dunfan dengan 80 anak-anak Yatim
3.    Menyandangi 80 Wisman
4.    Mengirimkan sapaan pribadi kepada 80 sobat di FB
5.    Wisata dengan 80 Wisman
6.    Mengunjungi 80 sobat-sobat FB di rumah mereka masing-masing
7.    Meningkatkan jumlah sobat dari lima menjadi 80 sobat dekat
8.    Memohon maaf kepada 80 orang yang pernah disakiti oleh Mang Ucup
                                         
Hal-hal tersebut di atas sudah tentu tidak mungkin bisa dilakukan dalam sehari melainkan akan dicicil dalam jangka waktu satu tahun, misalnya saat saya jalan-jalan ke Bandung.
 
Apa salahnya saya mengundang lima orang wisman untuk makan bersama bareng dalam satu meja di restoran dengan Mang Ucup.
 
Hal yang paling menyenangkan yang pernah terjadi di dalam kehidupan saya, dimana saya kembali jadi anak-anak; saat mengunjungi Dufan beserta 200 anak-anak yatim.

*) Menetap di Amsterdam, Belanda

 

Komentar