Minggu, 19 Mei 2024 | 09:52
NEWS

Investasi UEA di Aceh dengan Jasa CEO China, Pengamat: Mencari Energi Baru dan Alternatif Road

Investasi UEA di Aceh dengan Jasa CEO China, Pengamat: Mencari Energi Baru dan Alternatif Road
Pengamat kawasan Asia Tenggara, Muhammad Ichsan (Dok Pribadi)

ASKARA - Masuknya investasi Uni Emirat Arab (UEA) di Aceh menjadi hal positif bagi kemajuan Aceh dalam sektor pariwisata serta multi sektor lainnya.

Negeri berjuluk Serambi Mekah tersebut akan menerima investasi senilai USD500 juta atau setara dengan Rp7,1 triliun di Aceh Singkil.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, investasi yang besar dari negeri kaya Jazirah Arab itu akan melibatkan China.

Meski membawa kabar baik soal progres investasi di Tanah Rencong, Luhut meminta masyarakat agar tidak marah karena dalam investasi tersebut nantinya akan ada campur tangan China.

"Tapi Anda jangan marah, dia (UEA) membawa China pula untuk kemari. Dunia itu berputar, jadi kita jangan terlalu marah-marah, kenapa Indonesia ke China? Ini malah Abu Dhabi membawa CEO-nya orang China. Jadi inilah sekarang globalisasi itu," katanya.

Luhut juga mengingatkan bahwa Indonesia tidak bisa begitu saja membatasi diri lantaran saat ini dunia sudah semakin mengglobal. Yang terpenting, lanjutnya, Indonesia tetap harus membangun ketahanan nasional.

Luhut pun mengaku telah mengunjungi langsung kawasan Aceh Singkil yang diincar UEA. Pihak UEA bahkan menyatakan mereka akan membangun resort di mana nanti Putra Mahkota Mohammed bin Zayed Al Nahyan akan sesekali bisa hadir di sana.

Menurut Luhut, pihaknya sudah pergi ke Singkil dan melihat hampir 40.000 hektare rawa dengan panorama yang luar biasa indah serta dilihat oleh tim dari Abu Dhabi.

"Mereka mau bikin resort, dia mau katanya Crown Prince Muhammad bin Zayed juga akan sekali-sekali ada di sana, karena dia ingin direct flight dari Abu Dhabi langsung ke Singkil," ujar Luhut. 

Pengamat kawasan Asia Tenggara, Muhammad Ichsan memberikan analisanya terkait dampak dan tujuan dari hadirnya UEA dan China di wilayah Aceh. 

Menurut Ichsan, jalur barat selatan Aceh punya potensi migas. Di lepas Aceh Barat, Nagan Raya, dan Abdya menghadap ke Simeulue,

"Jalur barat selatan Aceh cocok untuk iklim "One Belt One Road" (China) karena menghindari ketegangan konflik jalur dagang LCS dengan US (alternatif road)," ujarnya, dikutip Kamis (9/9).

Lalu, investasi UEA dan China menjadi alat propaganda untuk memancing Turki masuk dalam sektor yang sama. Karena faktor Geohistory dan Geoculture Transnasional.

"UEA dan negara Arab sedang mencari sumber energi baru cadangan Migas mereka di luar Jazirah Arab. Hadirnya China sebagai momentum menguasai gerbang Selat Malaka.(Sabang Port)," terang Ichsan.

Alumni Kajian Asia Tenggara Universitas Indonesia itu meyakini bahwa poin 4 menjadi hal utama yang mendekat kecocokan.

"Mereka sedang mencari energi baru di luar negaranya, China ingin mencari Alternatif Road dikarenakan ketegangan di Laut China Selatan dengan US," tuturnya.

 

Komentar