Jumat, 19 April 2024 | 14:17
NEWS

Profesor Nidom Berharap Vaksin Nusantara Jadi Jalan Keluar dari Pandemi dan Penyakit Lainnya

Profesor Nidom Berharap Vaksin Nusantara Jadi Jalan Keluar dari Pandemi dan Penyakit Lainnya
Prof Dr Chairul Anwar Nidom dalam channel Youtube Siti Fadilah Supari (tangkapan layar) 1

ASKARA - Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Proffesor Nidom Foundation (PNF), Prof Dr Chairul Anwar Nidom mengungkapkan, pihaknya melakukan riset titer antibodi yang dihasilkan oleh vaksin konvensional.

Hal itu dilakukan, kata dia, lantaran secara prinsip dirinya kurang percaya dengan pendekatan vaksin konvensional. 

Uji titer antibodi dilakukan terhadap sekitar 75 orang dokter dan tenaga kesehatan yang sudah melakukan vaksinasi konvensional secara lengkap, baik dosis pertama maupun kedua. Serum para dokter dan tenaga kesehatan itu diambil satu bulan usai vaksinasi kedua yang dinilai sudah cukup untuk melakukan penilaian. 

Hasilnya, ternyata titer antibodi para dokter dan tenaga kesehatan itu bermacam-macam. 

"Ada yang punya titer antibodi, ada yang tidak punya titer antibodi. Setelah kami lakukan pengujian ternyata titernya bervariasi, ini sudah mulai menggugurkan hipotesis bahwa vaksinasi akan meningkatkan titer antobodi," ungkap Prof Nidom dalam Channel YouTube Siti Fadilah Supari yang dikutip Jumat (20/8).

Tidak cukup sampai di situ, Prof Nidom meminta para peneliti melanjutkan tes protektivitas menggunakan antigen buatan dan menggunakan virus. Hasilnya, didapat tiga kelompok. 

Pertama, kelompok yang punya antibodi dan punya daya protektif. Kelompok ini bisa membunuh virus. Yang kedua, punya antibodi tapi tidak punya daya protektif. Ini bisa sakit lagi.

"Yang ketiga, tidak punya antibodi apalagi daya protektif meskipun divaksin. Yang pertama, kalau orangnya masih tetap terinfeksi ini kemungkinan oleh virus baru yang tidak cocok dengan vaksin ini. Tapi kalau kedua dan ketiga ini sama saja tidak divaksin dan itu secara presentase terbesar," ungkapnya.

Melihat hasil uji tersebut, Prof Nidom mengimbau agar pemerintah mendampingi orang-orang yang divaksin ini jangan sampai sudah percaya diri ternyata bagian dari kelompok kedua dan ketiga.

"Jadi ini perlu saya sampaikan bahwa pemerintah perlu mendampingi kalau memang program vaksin itu mau diteruskan. Karena ini nggak ada artinya kalau vaksin itu hanya disuntik tapi tidak dikaji titer antibodi dan protektivitasnya," terangnya.

Uji Vaksin Nusantara selanjutnya, kata Prof Nidom, dilakukan dengan kelompok yang dipimpin oleh wartawan senior Dahlan Iskan. Kelompok itu kemudian diambil serumnya 17 hari usai divaksin Nusantara. 

"Hasilnya mencengangkan, seluruhnya punya daya protektif walaupun titer antibodi itu berada di garis minim. Bisa dibayangkan kalau vaksin konvensional pada 17 hari setelah vaksinasi tidak akan muncul apa-apa, semuanya. Harus lengkap, sementara Vaksin Nusantara sudah muncul protektivitas dalam waktu 17 hari," tuturnya.

Lantaran itu, kata Prof Nidom, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari Vaksin Nusantara.

"Saya berharap inilah jalan keluar dari pandemi atau dari virus-virus yang tidak bisa didekati dengan vaksin konvensional. Bahkan, dengan Vaksin Nusantara, berbagai penyakit dapat diatasi seperti demam berdarah, HIV, Ebola," imbuhnya.

Terakhir, Prof Nidom mengaku salut dengan Letjen (purn) Terawan Agus Putranto yang menggagas Vaksin Nusantara.  

"Saya terus terang salut dengan Pak Terawan yang mencetuskan ide itu, bisa membelokkan dendritik sel yang untuk kanker digunakan untuk infeksi (virus). Itu hebat benar," pungkasnya.  

 

Komentar