Sabtu, 27 April 2024 | 07:11
OPINI

Ketika Cinta Harus Berpisah

Ketika Cinta Harus Berpisah
Ilustrasi (bbc)

Oleh:  Elva Tazar *)

Aku tatap  wajah suamiku. Makin lama aku makin sayang dan takut berpisah dengannya. Entah mengapa malam ini aku begitu melow apakah karena banyak sahabatku yang ditinggal mati suaminya disaat pandemi ini. Ku perhatikan tidurnya lelap, mungkin kecapean kerja dari pagi dan baru pulang ke rumah habis Magrib. 

Maka Rasulullah bersabda istri yang soleha itu harus bisa menyenangkan  suaminya. Pulang mencari nafkah, selayaknya seorang istri bisa memberikan kedamaian bagi suaminya karena suami pulang berjihad dalam mencari  rezeki.

Tiba tiba airmata mengalir membasahi pipiku. Aku hapus airmataku dan membalikkan badanku membelakangin suamiku, aku tak ingin dia tau aku menangis. Aku jadi baper karena dalam beberapa hari  ini 6 dari temanku  baru saja ditinggal suaminya.

Aku paham benar bagaimana perasaan mereka, ditinggalkan belahan jiwa,  puluhan tahun bersama, namun hanya hitungan hari maut menjemput yang terkasih. Perpisahan yang begitu cepat, istrinya  pun tak bisa mencium kening dan melihat wajah suaminya untuk terakhir kali, karena begitu masuk RS, tak bisa lagi bertemu jika meninggal langsung dikuburkan secara protokol covid.

Ya Allah, betapa beratnya ujian di saat wabah ini. Aku menangis lagi, mataku tak bisa  terpejam, diam diam aku takut  sekali kehilangan suamiku. Nyaris 25 tahun bersama betapa beratnya berpisah kalau salah satu diantara kami meninggal duluan. Ya Allah, membayangkan saja aku tak sanggup. Jangan pisahkan kami ya Allah, bisik hatiku. 

Walaupun aku sadar semua yang ada didunia ini adalah titipan, bahkan nyawa kita pun kita tak bisa menjaganya kalau waktu berpisah telah tiba. Malaikat maut akan menjalankan tugasnya tanpa  pernah  salah, sesuai SP yang Allah perintahkan, nyawa siapa yang harus dicabut dari jasadnya.  

Siapa yang bisa mencegah kematian?, Betapa pun besarnya cinta kita satu saat pasti akan berpisah dengan yang kita cintai. Maka jangan pernah menganggap  suami dan anak milik kita, semua adalah titipan Allah yang bisa kapan saja diambil yang punya Kuasa. Masih terbayang ucapan temanku,

"Rasanya aku masih bermimpi nga percaya bahwa suamiku telah tiada, aku tak pernah melihat suami  dikafani, aku tak melihat dia dikuburkan. Rasanya dia masih ada. Dia tidak mati.." isak sahabatku.

Aku hanya bisa menangis mendengar ratapan ibu 3 anak itu via telepon. Ingin rasanya aku ke rumahnya, tapi karena dia masih isoman tentu sangat bahaya jika aku mengunjunginya. Sungguh wabah ini benar benar ujian kesabaran dan keikhlasan. Aku tahu betul bagaimana sahabatku sangat mencintai suaminya, aku sering melihat status IG nya yang sering dia share.

Kebersamaan yang indah bersama suaminya. Duh, sesak rasanya dadaku melihat duka sahabatku, namun  berjuta rasa syukur juga memenuhi hatiku, karena saat ini, aku masih punya suami tempat mencurahkan suka dan duka. Namun wabah yang makin parah ini, kematian begitu  mudah dan cepat. Memang  teorinya kita jangan terlalu mencintai supaya jika ditinggal kita tidak terpuruk dalam kesedihan.

Namun bukankah hati di luar kekuasaan kita, Allah yang menggenggam hati ini. Hanya Allah yg bisa membolak balik hati hambaNya. Maka Rasulullah  selalu berdoa," Wahai Allah yang maha membolak balik hati, tetapkan hati kami  di atas agamaMu (HR Ahmad) ini doa yang sering dibaca Rasulullah.

Mengapa kita memohon pada Allah untuk ketetapan hati?, agar hati kita ridho terhadap apa pun takdir yang Allah tetapkan untuk kita. Dalam kondisi apa pun kita tak pernah protes terhadap maunya Allah termasuk ketika Allah mengambil belahan jiwa kita, pasangan hidup yang sangat dicintai. Kita tetap teguh di jalan Allah walaupun ujian itu teramat berat kita rasakan.

Astagfirullah, aku istigfar berkali kali, buru buru aku duduk dan minum segelas air. Aku harus bisa menata hati jangan terlalu mencintai berlebihan untuk dunia ini. Suami, anak, harta semuanya fana tak ada yang abadi satu saat kita akan berpisah, apakah aku yang wafat lebih duluan atau aku yang ditinggalkan. Beruntunglah manusia yang hatinya selalu dijaga Allah hingga ia ikhlas dan tawakal atas apa pun yang Allah mau.

Untuk para sahabatku yang sedang disayang Alalh dengan ujian untuk naik tingkat disisi Allah  semoga sabar dan ikhlas menerima takdir Allah ini. Semua ketetapan Allah tak akan melampaui kemampuan hambaNya karena Dia maha Rahman dan Rohim.

*) Penulis Novel Amak, Ig@elvatazar, Youtube Elva Tazar 

Komentar