Kamis, 25 April 2024 | 01:43
NEWS

Tengok Empat Potensi Desa Wisata

Tengok Empat Potensi Desa Wisata
Wisatawan di Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli, Bali. (Dok. Kompas)

ASKARA - Desa wisata dinilai ideal dengan fenomena perubahan perilaku pasar saat ini atau selama pandemi Covid-19. 

Hal itu mencakup dari sisi kearifan lokal, personalisasi, smaller in size hingga kontrol kualitas.

Staf Ahli Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Frans Teguh mengatakan bahwa desa wisata berorientasi lokal. Dari sisi personalisasi tentu ada relasi kemanusiaan di masyarakat dengan wisatawan.

"Desa wisata ini adalah tempat yang sangat ideal untuk kita belajar mengenai lokalitas dan kearifan lokal," katanya dalam talkshow bertema Desa Wisata: Ikon Andalan Baru Wonderful Indonesia, Rabu (24/3).

Selain itu, desa wisata juga sesuai dengan tren smaller in size yaitu saat ini terjadi pergerakan-pergerakan yang semakin individual bukan massal.

Konsep desa wisata memang bukan untuk menampung pengunjung dalam jumlah yang sangat besar karena dikhawatirkan akan merusak. 

Keunggulan ke empat desa wisata yaitu dari sisi kontrol kualitas. 

"Artinya kita bersama dengan pemerintah daerah mari kita memastikan kontrol kualitasnya," tutur Frans Teguh.

Salah satu bentuk perhatian pada kualitas di tengah pandemi saat ini adalah para pelaku pariwisata harus memiliki sertifikasi CHSE (Clean, Health, Safety, and Environment). Sertifikasi ini akan semakin meningkatkan kepercayaan para pengunjung terhadap destinasi pariwisata.

"Jadi sangat penting memastikan kepercayaan, ini bisnis kepercayaan. Jadi, semakin pasar percaya maka Desa Bilebante (salah satu desa wisata) saya kira akan tumbuh dengan kualitas berkelanjutan dan berkesinambungan," jelas Frans Teguh.

Komentar