Vaksin Nusantara, Terobosan Karya Anak Bangsa
ASKARA - Kehadiran vaksin Covid-19 bernama Vaksin Nusantara yang digagas mantan Menteri Kesehatan dr. Terawan Agus Putranto menjadi angin segar bagi Indonesia. Meski mendapat sorotan berbagai pihak tentang keampuhannya.
Pembuatan Vaksin Nusantara melibatkan PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) dan AIVITA Biomedical Inc. asal Amerika Serikat. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) juga turut andil dalam pengembangan vaksin tersebut.
Pengembangan Vaksin Nusantara dimulai sejak akhir 2020 oleh tim peneliti di laboratorium RSUP dr. Kariadi dan Universitas Diponegoro.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan, kemampuan Vaksin Nusantara di antaranya mampu meningkatkan imunitas penerima serta tidak menimbulkan efek samping yang berarti. Sehingga hasil uji klinis tahap awal dari Vaksin Nusantara atau AV- Covid-19 itu dianggap telah memenuhi aspek keamanan. Sebanyak 27 orang yang menjadi subyek pada uji coba klinis fase pertama.
"Aspek keamanan itu dilihat dari kegunaan Vaksin Nusantara ternyata bagus. Tidak menimbulkan efek samping berbahaya, hanya efek ringan," ujarnya dalam Beranda Ruang Diskusi bertajuk "Setahun Pandemi, Apa Kabar Vaksin Karya Anak Bangsa?" Jumat (26/2).
Melki menuturkan, penelitian Vaksin Nusantara sudah masuk pada level kemampuan meningkatkan imunitas untuk melawan Covid-19. Bahkan, diklaim meningkatkan imunitas bagi penerima vaksin itu cukup tinggi.
"Dari relawan tersebut ada yang sampai meningkat 100 kali lipat (imunitasnya), tinggi sekali. Dalam pengakuan tertentu, tinggi sekali hasil antibodi yang dihasilkan," jelasnya.
Vaksin Nusantara juga disebut cocok diberikan pada individu dengan komorbid. Sehingga menjadi solusi bagi yang tidak bisa mendapatkan vaksin biasa.
"Bisa untuk segala usia dan segala komorbid. Ada yang punya penyakit autoimun," kata Melki.
Jika orang yang menderita penyakit autoimun terserang virus corona maka akan membayakan, lantaran sistem kekebalan tubuh akan menyerang sendiri.
"Kalau kena Covid-19 pengaruhnya sangat serius buat yang bersangkutan karena sistem kekebalan tubuh yang harusnya menjadi benteng itu menyerang lagi diri sendiri. Itu yang berbahaya kalau terkena Covid-19," ujar Melki.
Badan Pengawas Obat dan Makanan sendiri telah melakukan pemantauan terhadap penelitian Vaksin Nusantara hingga selesai tahap uji klinis fase satu.
Dahlan Iskan, menteri BUMN era Presiden SBY meminta BPOM dapat meneliti lebih jauh Vaksin Nusantara. Serta memberikan ruang yang sama seperti halnya terhadap Vaksin Sinovac.
"Maka mungkin sebaiknya BPOM terus didorong fair. Fasilitas yang diberikan kepada Sinovac diberikan juga kepada Vaksin Nusantara," pintanya.
"Fair dalam pengertian, kemudahan apa, fasilitas apa yang pernah diberikan kepada Sinovac itu harus diberikan kepada Vaksin Nusantara. Betul-betul diteliti dalam waktu yang cukup," jelas Dahlan Iskan.
Dia pun menyampaikan terima kasih kepada DPR RI yang telah mendukung penelitian dan meninjau langsung uji klinis Vaksin Nusantara di Semarang.
"Saya terima kasih karena telah melakukan tindakan begitu konkret sampai ke Semarang, BPOM kemudian memberikan jalan keluar," kata Dahlan Iskan.
Paling penting dari penelitian itu adalah mendapatkan izin dari BPOM, meski harus melalui beberapa tahapan.
"Karena BPOM bagian dari bangsa ini, meski dia penguji, pemeriksa dan pemberi izin. Tapi nggak ada salahnya juga kalau kita pro aktif," kata Dahlan Iskan.
Vaksin Nusantara akan menjadi kebanggaan nasional di tengah perlombaan pembuatan vaksin global. Indonesia akan masuk ke dalam salah satu negara pembuat vaksin dan bukan sekadar pengimpor.
"Harapan kita akan terwujud (Vaksin Nusantara). Terlalu banyak negara besar yang antre menunggu vaksin," jelas Dahlan Iskan.
Deputi VII Badan Intelijen Negara Wawan Purwanto menyatakan, pihaknya telah berjuang bersama stakeholder terkait ketika awal kasus Covid-19 melanda Tanah Air. Baik dari efek yang ditimbulkan pandemi maupun penanganan lainnya.
"Jadi kami berjibaku akibat efek samping Covid-19. Kasus Covid-19 cenderung meningkat, kita literasi terus masyarakat. Saat ini kasus positif di Indonesia capai 1,3 juta kasus," tuturnya.
Berbagai kebijakan telah ditelurkan pemerintah, mulai penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kebijakan itu dianggap berhasil menurunkan kasus Covid-19.
"Uji nyali mengatasi (pandemi) ini. PPKM skala mikro ini telah berhasil menurunkan kasus positif Covid-19. Setiap wilayah tetap waspada," ujar Wawan.
Epidemolog FKM Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menekankan bahwa pemberian vaksin Covid-19 yang sudah memasuki tahap kedua di Indonesia harus dibarengi dengan protokol kesehatan.
"Kalau vaksinasi dengan protokol kesehatan pasti dampaknya lebih menurun (kasus Covid-19). Nah, tentang apapun yang dibuat saat ini, seperti vaksin merah putih dan nusantara jadi vaksin itu berisi toksoid," katanya.
"Jadi ini temuan baru kalau dijadikan vaksin. Kalau itu dijadikan itu model terapi pasti akan diterima dengan cepat karena itu memang terapi," sambung Tri.
Sementara itu, Ketua Umum Gerakan Moral Rekosiliasi Indonesia (GMRI) Eko Galgendu menambahkan, upaya penanganan pandemi Covid-19 butuh kekompakan dan ketegasan dari semua pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah.
"Kondisi sangat mengkhawatirkan memang. Tadi saya sangat setuju bahwa harus terjadi kesepakatan antara pusat dan daerah disatukan, dijadikan satu komando. Karena ini memang komandonya betul-betul harus kepala negara. Kenapa, karena permasalahannya adalah global dan ini amat tidak sederhana," paparnya.
Di sisi lain, ada hal yang harus diwaspadai masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi bencana non alam Covid-19 yakni, elit-elit global yang berusaha mengubah tatanan dunia baru.
"Jadi menangani Covid-19 ini kelihatannya itu mudah tapi sangat sulit karena banyak pokok-pokok permasalahan akan kemudian disembunyikan dan diutarakan, diperlihatkan," ujar Eko.
"Itu kadang bukan sesungguhnya. Terutama kita harus waspada terhadap permainan ekonomi global dan kesehatan global," tandasnya.
Komentar