Jumat, 17 Mei 2024 | 07:11
NEWS

Kisah Pemuda yang Hanyut dan Bertahan Hidup Selama 49 Hari di Samudra Pasifik

Kisah Pemuda yang Hanyut dan Bertahan Hidup Selama 49 Hari di Samudra Pasifik
Aldi hanyut di Samudra Pasifik (Dok Metropolitan.id)

ASKARA - Seorang pemuda bernama Aldi Novel Adilang (19) asal Minahasa Utara, Sulawesi Utara berhasil bertahan hidup selama 49 hari di perairan Guam, Samudra Pasifik. Aldi terombang-ambing di lautan lepas karena tersapu ombak.

Aldi merupakan petugas yang menjaga rakit dan menyalakan lampu di penangkaran ikan di laut yang terletak di pesisir utara Manado. Ketika malam, ikan akan mendekat karena terpancing sinar lampu rumah rakit tersebut.

Kemudian kapal akan datang, sebelum kapal datang dia harus menunggu berhari-hari. Untuk itu, dalam rakit tersebut dilengkapi fasilitasi seadanya. Dari generator, handy talkie (HT), beras, baju dan kompor gas. Serta beberapa pakaian bersih. 

Rakit yang terbilang kecil hanya ditahan dengan tali. Tentu ada kemungkinan putus. Jika tali itu putus, rakit tersebut bisa saja terbawa arus laut. Tepat pada 14 Juli 2018, saat itu angin selatan berhembus sangat kuat begitu pun ombak yang besar. 

"Rakit itu terhempas dan tali rakit terputus. Karena tidak ada lagi penahan, rakit tersebut semakin terbawa angin dan arus laut. Kala itu, Aldi sempat meminta tolong pada seorang penjaga rumah rakit lainnya," demikian kisah yang diceritakan kembali akun YouTube Bico Story. 

Aldi kemudian mencoba menghubungi rekannya melalui HT karena posisinya belum jauh. Dari sini temannya menghubungi pangkalan kapal dan informasi itu kemudian diteruskan kepada orangtua Aldi. 

Mendapati kabar itu membuat orangtuanya panik. Pihak keluarga pun mencoba meminta bantuan untuk melakukan pencarian. 

Salah satu keluarganya Natanel mengatakan, bahwa Aldi sama sekali tidak bisa membaca koordinat atau membaca kompas. Memang diketahui para penjaga rakit tidak pernah diberi pelatihan navigasi. Ditambah rakit tersebut tidak ada alat keselamatan. 

Upaya pencarian dilakukan tapi karena rakit terlalu kecil. Mereka memutuskan menghentikan pencarian. 

"1 Minggu berada di lautan Aldi masih mencoba melakukan komunikasi, namun di hari ke delapan komunikasi sudah tak bisa dilakukan," ceritanya. 

Ditambah bekal Aldi untuk bertahan hidup itu sudah mulai habis. Seperti beras, gas elpiji sampai dengan air bersih semua itu hanya cukup 1 minggu. 

Meski Aldi sudah berhemat. Namun semua itu akan habis ketika gas elpiji tersisa Aldi bertahan hidup dengan memancing ikan dan merebusnya dengan gas elpiji. 

Sementara untuk air minum mau tidak mau Aldi mengambilnya dari laut. Hari demi hari berlalu, dia terus berusaha bertahan hidup mencoba mencari frekuensi kapal menggunakan sinyal HT.

"Sesekali beberapa ikan mengikuti rumah rakit miliknya. Termasuk ikan hiu, namun tidak menyerang hanya berputar-putar sekitar rakitnya. Sebagian ikan itu mendekat lantaran lampu rakit yang masih menyala," ujarnya. 

Saat itu, dia mulai putus asa dan mencoba mengakhiri hidupnya. Bahkan beranggapan tidak akan kembali ke daratan. Seketika niat itu urung dilakukan karena teringat Tuhan dan kedua orangtuanya. 

"Berdoa kepada Tuhan untuk memohon pertolongan, membuatnya jauh lebih tegar dalam menghadapi masalah itu," jelasnya.

Hingga 31 Agustus, lewatlah kapal berbendera Negara Panama. Dia akhirnya berbicara 'Help' akhirnya kapal pun berbalik arah kemudian menurunkan tangga tali. Aldi pun berusaha menaiki tangga itu. 

Ketika di kapal, Aldi diberi selimut dan roti. Kemudian kapten kapal melakukan komunikasi dengan kedutaan Indonesia dan mereka diarahkan ke Osaka Jepang. 

"Aldi akhirnya memutuskan berhenti melaut karena keluarganya khawatir terjadi kasus serupa," tandasnya.

 

Komentar