Sabtu, 18 Mei 2024 | 18:18
NEWS

Menjaga dan Melindungi Penghayat Kepercayaan, Sebuah Tanggung Jawab dari Eko Galgendu

Menjaga dan Melindungi Penghayat Kepercayaan, Sebuah Tanggung Jawab dari Eko Galgendu
Eko Galgendu dan Jaya Suprana (Istimewa)

ASKARA - Keberadaan penganut kepercayaan merupakan salah satu keragaman yang menjadi ciri kemajemukan masyarakat Indonesia. Selain itu, penganut kepercayaan menjadi warisan leluhur yang harus dijaga karena bagian dari masyarakat.

Ketua Umum Lembaga Penghayat Kepercayaan (LPK) Indonesia, Eko Sriyanto Galgendu menyampaikan bahwa sedari awal ketika mengemban jabatan ketua umum, dirinya benar-benar ingin menjaga hak para penganut kepercayaan. 

"Sebenarnya yang menjadi beban pertama, yang saya sangga di dalam benak dan pikiran saya. Pertama, tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi para penghayat kepercayaan," katanya saat dialog virtual bersama Budayawan Jaya Suprana, Selasa (3/11).

Ada banyak penghayat kepercayaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Meski keberadaan mereka untuk dapat diakui oleh negara melalui jalan berliku dan kerap mendapat diskriminasi.

"Mereka membutuhkan (dijaga). Jadi menjaga dan melindungi supaya teman-teman aliran kepercayaan ini bisa kemudian berinteraksi, berkarya, mencipta," imbuh Eko.  

Menurutnya, jika seseorang ingin mendapatkan hal terbaik dan nilai yang besar, hanya satu kata kuncinya ialah keyakinan. Dengan dibarengi usaha. Karena kehidupan yang dijalani harus diwarnai keberhasilan. 

"Karya-karya besar bisa terwujud ketika orang punya keyakinan. Saya yakin pak Jaya Suprana yang bisa menjadikan Romo sedemikian bisa bermanfaat bagi negara ini, karena suatu keyakinan," tutur Eko. 

Keyakinan yang berada di dalam hati seseorang dapat menggerakan tekad yang kuat. Sehingga dapat menyatukan kehidupan masyarakat tanpa harus membeda-bedakan latar belakangnya.

"Keyakinan itulah yang menjadikan kita bisa tergugah, bisa menjadikan kita punya landasan semangat ketika punya permasalahan," cetusnya. 

"Contoh, pastinya berbeda ketika orang mendapatkan satu kata saja yang muncul dari sanubarinya. Maka dia akan lebih meyakini," tambahnya. 

Sebab sesuatu yang muncul dari diri sendiri itu, kata dia, akan lebih terpatri dan lebih kuat menghalau sebagian pihak yang menggangu mendapat hak para penghayat kepercayaan. Dengan demikian seluruh harus meyakininya. 

"Menurut saya orang bisa sukses itu hanya dengan satu kata karena yakin. Bangsa ini bisa merdeka karena satu kata, kemarin bangsa ini sepakat satu kata lagi yaitu reformasi," ujarnya. 

Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI) baru-baru ini menggelar Deklarasi dan Pernyataan Sikap Warga Keturunan Tionghoa sebagai Putra Putri Bangsa di kawasan Gajah Mada, Jakarta Barat, Senin (26/10).

Deklarasi tersebut dilakukan untuk menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan deklarasi, putra dan putri keturunan Tionghoa akan terikat secara moral sebagai warga Indonesia. "Sekarang ini kelihatannya bangsa negara ini harus sepakat satu kata yaitu rekonsiliasi," tandasnya. 

Komentar