Kamis, 23 Mei 2024 | 10:22
NEWS

Milenial Ngeluh Susah Cari Kerja di Tengah Pandemi, Mardigu Bossman: Soal Mental dan Pola Pikir

Milenial Ngeluh Susah Cari Kerja di Tengah Pandemi, Mardigu Bossman: Soal Mental dan Pola Pikir
Mardigu Wowiek Prasantyo (Dok pribadi)

ASKARA - Pengusaha asal Bandung, Mardigu Wowiek memberi motivasi kepada anak muda, terutama yang baru lulus kuliah dan belum mendapatkan pekerjaan di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Cara yang disampaikan Mardigu terbilang sederhana, tapi ampuh membakar semangat.

Mardigu tergerak menyampaikan motivasi tersebut berawal dari postingan di akun media sosial miliknya. Dia mendapat pesan tertulis berisi keluhan seseorang yang meminta solusi karena belum bekerja. 

"Ngak ada nasehat, tapi ada cara klasik menghadapi beginian. Bukan solusi konkret, tapi soal mental dan pola pikir," kata Mardigu dalam akun Instagram @mardiguwp, Selasa (3/11).

Setiap perkembangan zaman, kata dia, selalu diiringi dengan perubahan teknologi dan informasi. Kini telah memasuki tahun 2020, roda kehidupan akan manusia terus berputar dan masalah pun datang silih berganti.

"Milyaran manusia sudah mengalami hidup lalu mati susah senang berat ringan. Jadi sebenarnya ngak ada masalah yang spesial. Mungkin baru buat seseorang, tetapi tidak baru buat kehidupan," imbuh Mardigu. 

Pengusaha berjuluk Bossman Sontoloyo itu mengibaratkan anak muda yang baru menyelesaikan pendidikannya di tengah pandemi Covid-19 sebagai pertandingan sepak bola. Maka kenyataan hidup otomatis sudah menang 1-0. 

"Karena lowongan kerja makin sedikit, perusahaan banyak yang tutup. Kalau dia ngak ada pengalaman magang kerja atau berjualan, dia sudah kalah 2-0," ucap Mardigu. 

Belum lagi jika jaringan pertemanan dia sedikit, sehingga kalahnya menjadi 3-0. Ditambah jika orangtuanya tidak punya uang untuk mengirimkan uang bulanan tentu kondisi makin buruk. 

"Dia sudah kalah 4-0. kalau dia kehilangan semangat, kalah telah 6-0. Ini sangat berat. Tapi masih ada babak kedua," ujar pengamat intelejen itu. 

Menurutnya, para anak muda itu tidak ada pilihan lain selain menyerang, melakukan segala cara mencetak gol-gol balasan. Langkah pertamanya adalah yang terpenting karena membangkitkan semangat. 

"Caranya mencetak gol pertama? Ia harus mulai menyadari bahwa hidupnya 100 persen adalah tanggungjawabnya, bukan tanggungjawab orangtua ataupun keluarganya," ungkapnya. 

Para milenial harus sadar bahwa dalam hidup yang menjadi pemimpin adalah dirinya sendiri. Tidak bergantung pada siapapun kecuali pada dirinya dan Tuhan. 

Setelah gol pertama diciptakan, kemudian gol kedua bisa kembali diciptakan dengan menyingkirkan sifat gengsi dan malu. 

"Gengsi kerja serabutan, gengsi berjualan, gengsi berkumpul kenalan dengan orang baru. Malu mengekspresikan dirinya. Malu mengemukakan pandangannya di social media," cetusnya. 

Berdasar pengalaman hidupnya, ketika dua gol itu sudah tercipta, gol ketiga dan seterusnya akan tercipta. Tentu semua itu berkat usaha dan kerja kerasnya. Serta ada campur tangan dari Tuhan. 

"Darimana? Saya tidak tahu, karena itulah keajaiban hidup. Usaha dan rasa bertanggungjawab yang ia lakukan akan menular dan menghasilkan energi positif ke sekeliling," tegasnya. 

"Bisa jadi tetangga tiba-tiba memberi informasi lowongan yang tepat karena melihat anda baik dan serius, bisa jadi teman barunya menjadi rekan jualan dan membantu dia survive. Itulah hidup," tandas Mardigu. 

Lalu, darimana kalah 4-0 langsung meloncat ke 6-0?

"Itu kalau jomblo," pungkasnya.

Komentar