Jumat, 26 April 2024 | 19:28
TRAVELLING

Baku Pukul Manyapu, Atraksi Unik dari Maluku Tengah

Baku Pukul Manyapu, Atraksi Unik dari Maluku Tengah
Tradisi Pukul Sapu (Dok Nusantaranews.co)

ASKARA - Pukul Sapu atau yang disebut oleh orang Maluku dengan Baku Pukul Manyapu merupakan atraksi unik yang berasal dari Maluku Tengah. Biasanya, atraksi ini ditampilkan atau dipentaskan tepatnya di Desa Morella dan Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Maluku Tengah.

Tradisi Baku Pukul Manyapu atau Pukul Sapu ini biasanya berlangsung setiap 7 Syawal (penanggalan Islam) yang telah berlangsung dari abad ke XVII yang juga diciptakan oleh seorang tokoh agama Islam dari Maluku yang bernama Imam Tuni.

Pukul Sapu ternyata memiliki kaitan dengan sejarah masyarakat, yaitu perjuangan Kapitan Tulukabessy beserta pasukannya pada masa penjajahan Portugis dan VOX pada abad ke-16 di tanah Maluku. Pada saat itu, pasukan Tulukabessy kalah bertempur mempertahankan Benteng Kapaha. Pasukan Tulukabessy pun kemudian saling mencambuk hingga berdarah menggunakan lidi untuk menandai kekalahan tersebut.

Tradisi ini merupakan alat pererat tali persaudaraan masyarakat di Desa Mamala dan Desa Morella. Tarian ini mengumpulkan 40 orang pemuda laki-laki pemberani yang siap mentalnya untuk melakukan aksi baku pukul memakai sapu lidi yang diambil dari pohon enau dengan panjang berkisar 1,5 meter. 

Para lelaki atau peserta tersebut dibagi dengan formasi yaitu dibagi menjadi dua kelompok dengan seragam yang berbeda dan bertarung satu sama lain. 

Kedua kelompok tersebut diwajibkan menggunakan ikat kepala menutupi bagian telinga agar supaya terhindar dari dari helaian lidi. Setelah itu, para peserta formasi bergantian saling memukul pada bagian tubuh yang boleh menerima pukulan, yaitu dari dada sampai perut hingga berdarah. Namun, sebelumnya akan ada aba-aba untuk memulai tradisi pukul sabu yaitu dengan tiupan suara seruling.

Tradisi Baku Pukul Manyapu ini memiliki keunikan dan kehebatan tersendiri, dimana para peserta pukul manyapu tersebut walaupun sudah berdarah akibat pukul sapu lidi namun seakan dari raut wajah atau ekspresi para peserta tidak merasa kesakitan. 

Walupun kehebatan tersebut di luar logika namun jangan kaitkan dengan kekuatan mistis atau gaib karena sebenarnya para peserta sangat melebur semangat di dalam diri sehingga membenam rasa sakit yang dirasakan.

Para peserta Pukul Sapu setelah selesai acara akan digosok dengan minyak yang dibuat dengan rempah-rempah seperti cengkeh dan pala yang memiliki khasiat terhadap badan yang selesai dipukuli.

Tradisi pukul sapu lidi ini merupakan perayaan yang ditungu-tunggu warga Maluku pada umumnya bahkan juga para wisatawan. Sehingga bagi para traveler yang mengunjungi Maluku pada hari raya Idul Fitri wajib mengunjungi dan menyaksikan tradisi  tersebut.

Biasanya Desa Mamala dan Morella akan padat pengunjung dari pagi hari sebelum acara Pukul Sapu dimulai, karena tradisi ini dimulai pada sore hari.

Sebelum tradisi ini dimulai akan ada pertunjukan seni dan budaya, seperti tari lokal Desa Mamala dan Morella, karnaval, dan bahkan ada penampilan penyanyi Maluku yang seperti diketahui bahwa rata-rata orang Maluku memiliki keahlian dalam bermusik sehingga dalam acara ini para pengunjung akan diajak menikmati musik lokal Maluku yang tentu tidak kalah bagusnya dari musik internasional.

Tentunya, selain menikmati pertunjukan seni dan budaya para wisatawan akan dapat menikmati dan melihat juga proses pembuatan pohon enau menjadi sebuah lidi dan juga pengolahan minyak kelapa untuk pengobatan selesai tradisi Pukul Sapu.

Untuk para pengunjung yang penasaran melihat tradisi Pukul Sapu ini langsung saja tentukan tanggal yang tepat, yaitu pada saat hari raya Idul Fitri. Jangan lupa datang pagi hari agar dapat menikmati rangkaian acara tersebut. (travelingyuk)

Komentar