Minggu, 05 Mei 2024 | 04:45
NEWS

Masjid Agung Pantin Dapat Ancaman, Perang Telah Dimulai

Masjid Agung Pantin Dapat Ancaman, Perang Telah Dimulai
(Hidayatullah/Reuters)

ASKARA - The Grand Mosque of Pantin (Masjid Agung Pantin) di Distrik Vernon, Prancis Utara menerima surat ancaman pada Selasa (27/10), sebagaimana unggahan di Twitter oleh situs Islam & Info. 

Anadolu Agency pada Rabu (28/10) melaporkan, surat ancaman diletakkan di kotak surat masjid berisi pesan pembunuhan dan pesan penghinaan terhadap orang Turki, Arab dan etnis masyarakat yang datang ke masjid setiap harinya.

"Perang telah dimulai. Kami akan mengusir kalian dari negara kami. Kalian akan mempertanggungjawabkan kematian Samuel," tulis surat ancaman tersebut.

Ancaman merujuk pada Samuel Paty, seorang guru di Bois-d'Aulne College di Conflans-Sainte-Honorine yang dipenggal pada 16 Oktober oleh Abdullakh Anzorov, seorang anak berusia 18 tahun asal Chechnya. Tindangan ini dilakukan sebagai pembalasan karena sang guru memperlihatkan kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW kepada murid-muridnya tentang kebebasan berekspresi.

Surat itu juga berisi hinaan yang ditujukan kepada muslimah yang mengenakan jilbab. Masjid Agung Pantin di luar Paris baru-baru ini ditutup selama enam bulan setelah membagikan video di halaman Facebook-nya sebelum pembunuhan Paty, mengkritiknya karena menampilkan kartun menghina Nabi di depan murid-muridnya.

Dikutip Hidayatullah, Presiden Emmanuel Macron menuduh muslim Prancis "separatisme" dan menyebut Islam sebagai "agama yang berada dalam krisis di seluruh dunia."  Ketegangan semakin meningkat setelah pembunuhan Paty. Macron memberikan penghormatan kepadanya dan mengatakan Prancis "tidak akan menyerah kepada kartun kami."

Kartun menghina Nabi oleh Charlie Hebdo, majalah mingguan satir Prancis juga diproyeksikan pada gedung-gedung di beberapa kota. Beberapa negara Arab serta Turki, Iran dan Pakistan mengecam sikap Macron terhadap muslim dan Islam. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, pemimpin Prancis itu membutuhkan "perawatan mental".

Sementara seruan untuk memboikot produk Prancis beredar secara online di banyak negara, Erdogan telah mendesak orang Turki "untuk tidak pernah membantu merek Prancis atau membelinya." 

Komentar