Kamis, 25 April 2024 | 13:12
NEWS

Debat dengan Letjen Doni Munardo, Gatot Nurmantyo: Pak Doni yang Paling Benar

Debat dengan Letjen Doni Munardo, Gatot Nurmantyo: Pak Doni yang Paling Benar
Gatot Nurmantyo, Presiden Jokowi dan Letjen Doni Munardo (Istimewa)

ASKARA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letnan Jenderal Doni Monardo membantah pernyataan mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang menyebut tingkat testing Covid-19 di Indonesia terendah di dunia. 

Dikatakan Doni, bahwa Presiden Jokowi telah menugaskannya, menteri koordinator, maupun para menteri/pimpinan lembaga untuk meningkatkan kemampuan testing, treatment dan tracing atau 3T. 

"Apa yang disampaikan Pak Gatot tentang testing yang menurut beliau tadi termasuk terendah di dunia menurut saya keliru," kata Doni, dalam talkshow yang ditayangkan salah satu televisi swasta, Selasa (20/10) malam.

Kepala Satuan Tugas (Satgas) Penangangan Covid-19 itu menegaskan bahwa angka testing corona di Indonesia sudah berada di atas 82 persen yang ditentukan World Health Organization atau WHO.

"Masih banyak negara yang berada di bawah kemampuan kita dalam testing harian. Walaupun kita (pemerintah, red) akui pemerataannya ini belum maksimal," ungkap Doni. 
Menurut Doni, masih ada provinsi dengan tingkat kemampuan yang sangat tinggi.

Namun, dia tidak menampik bahwa ada beberapa provinsi lainnya masih berada jauh di bawah standar dalam persoalan testing Covid-19. 

"Inilah tugas kami semua untuk memastikan adanya pemerataan testing di seluruh wilayah nasional kita," ujar mantan Danjen Kopassus TNI AD itu.

Doni Monardo juga menyatakan bahwa hal yang perlu diketahui adalah pada awal kasus Covid-19 muncul di Indonesia, laboratorium yang berfungsi cuma satu, yakni Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes Kemenkes).

"Namun, Bapak Presiden menugaskan kami dan Menteri Kesehatan (Terawan Agus Putranto) untuk meningkatkan jumlah laboratorium yang ada. Alhamdulillah sampai hari ini jumlah laboratorium kita sudah mencapai 370 laboratorium," kata Doni. 

Hanya saja, Doni mengungkap bahwa ternyata tidak mudah mengendalikan dan mengolah laboratorium. Ini mengingat petugas laboratorium terbatas, dan perlu meningkatkan pelatihan. 

Meski demikian, Doni menegaskan, dengan kondisi itu rata-rata testing Covid-19 di Indonesia per hari di atas 40 ribu spesimen.

Bahkan, lanjut Doni, pernah beberapa kali berada di atas 50 ribu spesimen. "Tentu ini harus diberikan acungan jempol pada petugas lab yang sudah bekerja keras. Beberapa pimpinan laboratorium bahkan bekerja 24 jam untuk memastikan  pemeriksaan jauh lebih cepat dibanding waktu sebelumnya," ungkap dia. 

Doni menambahkan bahwa upaya tracing pun juga sudah ditingkatkan dengan memperbesar kemampuan petugas di Puskesmas. Dengan demikian, lanjut Doni, mereka yang memiliki gejala kontak erat pun bisa langsung dilakukan pemeriksaan.

Pun demikian dengan treatment, Doni menegaskan bahwa pemerintah tidak cukup hanya menyiapkan rumah sakit lapangan termasuk RS khusus Covid-19 yang telah tersedia. 
Namun, pemerintah juga menyiapkan sejumlah fasilitas hotel untuk mereka yang diketahui positif Covid-19 tetapi tanpa gejala. 

"Ini semua demi memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh rakyat Indonesia," ungkap mantan Komandan Paspampres itu. 

Gatot Nurmantyo lantas merespons pernyataan Doni Monardo yang menyebut datanya salah.

Menurut Gatot, yang disampaikannya adalah karena hari ini melakukan evaluasi sehingga dia perlu menyampaikan data. 

"Tadi dikatakan Pak Doni bahwa data salah, saya pikir Pak Doni yang paling benar, tetapi tolong diceritakan kalau benar tes Covid-19 ini 82 persen dari jumlah penduduk. Maka saya pikir mohon perlu penjelasan," kata Gatot. 

Doni lantas menjelaskan bahwa ketentuan WHO pemeriksaan satu orang untuk 1.000 penduduk. Bila melihat jumlah penduduk Indonesia kurang lebih 267 juta, artinya setiap minggu harus dilakukan pemeriksaan 267 ribu orang. 

Nah, kata Doni, sekarang ini tiap hari rata-rata pemeriksaan spesimen di atas 40 ribu, walaupun masih berada di bawah standar WHO.

"Jadi, saya katakan tadi, 82 persen dari standar ditentukan WHO. Jadi, WHO meminta Indonesia setiap minggu harus nelakukan pemeriksaan sebanyak 267 ribu orang. Nah, sekarang itu kemampuan kita (pemerintah, red) per hari rata-rata 40 ribu-45 ribu. Pernah mencapai lebih 50 ribu spesimen," ujar Doni. 

"Memang ini belum mencapai standar WHO tetapi jauh lebih baik dibandingkan dengan awalnya. Awalnya itu kita (pemerintah, red) melakukan pemeriksaan spesimen hanya 13 persen," tambah Doni Monardo. (jpnn)

Komentar