Sabtu, 27 April 2024 | 02:31
NEWS

Demonstrasi Mahasiswa di Yogya dan Jakarta Tidak Anarkistis, Ini Buktinya

Demonstrasi Mahasiswa di Yogya dan Jakarta Tidak Anarkistis, Ini Buktinya
Pascademo penolakan UU Cipta Kerja di Jalan Medan Merdeka Barat (Askara/Dhika Alam Noor)

ASKARA - Dalang kerusuhan dan pembakaran di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta mulai terkuak. Cara kerjanya yang sistematis, cepat, dan akurat. 

Di dua provinsi tersebut, diduga terdapat gerombolan yang dibayar untuk beroperasi saat demonstrasi massa mahasiswa menolak Undang-undang (UU) Cipta Kerja. Mereka punya tugas khusus, yakni menghancurkan fasilitas kota. 

Di Jakarta, mereka membakar Halte Transjakarta dan properti yang dibangun Gubernur Anies Baswedan untuk memperbaiki Kota Jakarta. Di Yogyakarta, mereka merusak berbagai fasilitas umum yang dibangun Gubernur Yogyakarta,  Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Menurut informasi yang diterima redaksi Askara, Gerombolan ini berpakaian hitam-hitam. Mereka sangat cekatan, agresif, beringas dan brutal dalam menghancurkan properti yang dibangun Gubernur di kedua provinsi tersebut.

Mereka juga tidak membawa poster atau spanduk penolakan UU Cipta Kerja. Mereka juga tidak berorasi tema apapun yang berkaitan dengan Omnibus Law. Mereka hanya membawa botol berisi bensin sebagai bom molotov untuk membakar.

Fisik mereka terlihat tegap, tinggi, kekar dan atletis. Wajah mereka tak terlihat karena tertutup, namun sorot matanya sangar dan garang.

Sebuah pesan berantai yang beredar di aplikasi perpesanan dan ditulis seorang bernama Nazlira Vardha menduga, ada kelompok yang dendam dengan Sri Sultan. 

Diduga, hal itu lantaran gerakan mereka selama ini dibatasi dan tak dibiarkan menguasai ekonomi serta hak memiliki tanah di kota Yogjakarta, lalu mengerahkan massa bayaran dari luar Yogjakarta untuk melakukan aksi anarkis merusak semua properti kota Yogyakarta.

Gerombolan pelaku ini bekerja dengan sangat agresif serta cekatan. Modus aksinya nampak berbeda sekali dengan yang terjadi di Surabaya. Diketahui, kerusakan yang timbul di Surabaya akibat ekses demo relatif kecil.

Pelaku perusakan di Surabaya juga tidak terlihat terorganisir, bersifat spontanitas dan hanya merusak beberapa material properti yang terlewati pendemo secara random dengan skala kerusakan ringan.

Namun apa yang terjadi di Jakarta dan Yogyakarta ini berbeda. Perusakan oleh gerombolan terlihat terorganisir, terencana, masif, tidak random, ada target fasum kota yang disasar secara khusus, dan skala kerusakan juga besar karena disertai aksi pembakaran.

Sebuah video yang didapat redaksi memperlihatkan aksi seseorang yang diduga provokator sedang menyulut kerusuhan di Yogyakarta. Pelaku yang mengenakan helm berwarna merah terlihat melemparkan sesuatu ke arah massa mahasiswa. 

Jelas terlihat, orang yang mengenakan celana sebatas lutut tersebut bergerak dari arah pihak kepolisian. 

Kemudian, video yang direkam Majelis Kopi08 juga memperlihatkan demonstrasi yang dilakukan massa mahasiswa berlangsung tertib dan damai di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Namun, tiba-tiba kedatangan massa aksi ke lokasi langsung dilempar gas air mata. Para mahasiswa pun langsung kocar-kacir. 

Disebutkan, banyak oknum yang tidak diketahui merusak fasilitas umum. Dalam video itu terlihat seorang pemuda berbaju hitam berlari dan melempar sesuatu yang diduga bom molotov. Tak pelak, massa mahasiswa pun berlarian. 

Tampak sepeda motor dan fasilitas umum serta mobil aparat kepolisian dirusak di sekitar lokasi demonstrasi. Sementara, pihak kepolisian terus menembakan gas air mata. 

Sebuah foto yang beredar di jagat maya juga memperlihatkan seseorang sedang menyulut api membakar halte Transjakarta di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Diduga, orang tersbut bukan berasal dari kalangan mahasiswa, buruh, apalagi pelajar STM. Dari pakaian yang dikenakan, terlihat hitam-hitam lengkap dengan penutup kepala dan masker yang juga berwarna hitam. 

Sebelumnya diberitakan Askara, di DKI Jakarta dalam sebuah video yang beredar tampak seorang dengan sengaja membakar pos polisi. 

Dalam video tersebut, nampak seorang berbadan tegap dan tinggi mengenakan baju tanpa lengan membakar pos polisi. 

Dibantu rekannya, orang berbadan tegap lengkap dengan masker asap dan kacamata serta penutup kepala tersebut membakar pos polisi menggunakan botol yang disulut sumbu.

Tampak jelas, dia melemparkan botol yang sudah disulut api ke tembok Pos Polisi dan langsung berlari. 

Tidak diketahui, pos polisi mana yang dibakar orang tersebut. Namun diketahui, 2 pos polisi hangus dibakar saat demonstrasi menolak UU Cipta Kerja yang berlangsung anarkistis, Kamis (8/10) kemarin.  

Komentar