Jumat, 17 Mei 2024 | 06:44
NEWS

Pengamat Sebut Kopassus Meredup, Begini Kehebatannya di Dunia

Pengamat Sebut Kopassus Meredup, Begini Kehebatannya di Dunia
Kopassus (Dok Getty Images/AFP)

ASKARA - Pengamat militer, Connie Rahakundini Bakrie menyoroti kekuatan pasukan elite TNI, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang dianggapnya mulai meredup. 

Awalnya, Connie mengungkit hal yang membuat Kopassus tidak lagi menjadi satu dari 20 pasukan paling ditakuti di dunia. Data tersebut didapatnya dari Google yang tidak mencantumkan Kopassus pada data 20 pasukan dunia paling gahar. 

Selain itu, menurut Business Insider, 5 pasukan operasi khusus non-AS terbaik di seluruh dunia. 

Di antaranya Special Air Service (SAS)/Special Boat Service (SBS) Inggris, Resimen Layanan Udara Khusus (SASR) Australia, Layanan Udara Khusus Selandia Baru (NZSAS), Le Commando Hubert (Elite Angkatan Laut Prancis) Perancis dan Resimen Reaksi Cahaya (LRR) Filipina.

Padahal Kopassus memiliki rekor yang mentereng, sebut saja operasi Woyla. Peristiwa menegangkan terjadi pada 1981 ketika sebuah pesawat milik maskapai Garuda Indonesia berjenis DC-9 dibajak sekelompok teroris bersenjata di Bandar Udara Don Mueang, Bangkok, Thailand.

Namun, berkat kemampuan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus), pasukan elite TNI AD yang diterjunkan dalam Operasi Woyla itu hanya membutuhkan waktu 2 menit 49 detik untuk membebaskan seluruh penumpang yang disandera dan melumpuhkan para pelaku teror.  

Fakta itu diungkap langsung oleh Komandan Pasukan Tim Penyerbu, Letnan Kolonel Inf (Purn) Untung Soeroso dalam wawancara khususnya bersama Puspen TNI pada Minggu (6/9).  

"Waktu penyergapan saya dengan aba-aba satu, dua serbu. Nah itu mulai saya hitung pakai stopwatch, bukan jam tangan. Stopwatch-nya spesial perlengkapan dari Amerika. Saya melihat sampai saya laporan itu 2 menit 49 detik," jelasnya.

Ketika melihat stopwatch yang ada, Untung pun terkaget lantaran waktunya begitu singkat. Dia pun ketika itu senang karena merasa telah memecahkan rekor dunia.  

"Ini benar? Kalau begitu saya juara dunia," ujarnya.  

Untung menceritakan, saat operasi pembebasan, dirinya bertugas sebagai komandan tim dan hanya membawa enam prajurit yang dibagi dalam tiga bagian yakni depan, tengah, dan belakang. 

Di mana masing-masing bagian terdiri dari dua prajurit. Dalam peristiwa pembajakan tersebut, ada lima pembajak dari kelompok Komando Jihad yang sebelumnya menyamar sebagai penumpang.

Mereka memaksa pilot menerbangkan pesawat berjenis keluar wilayah Indonesia. Pesawat dengan rute penerbangan Jakarta-Medan (transit Palembang) itu sempat lebih dulu singgah di Penang, Malaysia, untuk mengisi bahan bakar. Kemudian pesawat baru mendarat di Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand.

Ketika itu, pimpinan teroris, Imran bin Muhammad Zein, menyampaikan empat tuntutan pada pemerintah Indonesia. Pertama, pembebasan 80 anggota Komando Jihad yang ditangkap pascaperistiwa Cicendo pada 11 Maret 1981. Kedua, meminta uang USD 1,5 juta. Ketiga, meminta warga negara Israel diusir dari Indonesia, serta yang terakhir menuntut pencopotan Wakil Presiden Adam Malik. (genpi)

Komentar