Rabu, 24 April 2024 | 10:28
NEWS

Yunani dan Turki Bisa Terlibat Perang, Angkatan Laut Sudah Unjuk Kekuatan

Yunani dan Turki Bisa Terlibat Perang, Angkatan Laut Sudah Unjuk Kekuatan
Angkatan Laut Turki (en.protothema.gr)

ASKARA - Pertikaian dua negara, Yunani dan Turki terkait eksplorasi energi di perairan timur Mediterania membuat keduanya bisa terlibat perang. 

Pasalnya, kapal angkatan laut kedua negara sudah unjuk kekuatan di wilayah yang diperebutkan di perairan timur Mediterania itu.

Perlombaan untuk mendapatkan cadangan gas dan minyak menambah titik gesekan baru pada perselisihan lama antar keduanya, dilansir dari CNN, ditulis Jumat (28/8). 

Pertikaian antara Turki dan Yunani kembali berkobar ketika Ankara mengumumkan bahwa mereka memperpanjang durasi misi eksplorasi seismik menggunakan kapal survei Oruc Reis di perairan yang bersengketa.

Semula, misi itu diharapkan berakhir pada Senin malam lalu, menurut catatan navigasi maritim menggunakan sistem NAVTEX global.

Namun, Yunani menganggap eksplorasi gas Turki adalah langkah illegal. Athena menanggapi Ankara dengan mengeluarkan pesan balasan NAVTEX dan mengumumkan latihan angkatan laut di lokasi yang sama, di selatan Turki dan pulau Kastellorizo Yunani, yang terletak lebih dari satu mil dari pantai Turki.

"Mediterania Timur telah berubah menjadi ruang ketegangan. Penghormatan terhadap hukum internasional harus menjadi aturan dan bukan pengecualian. Bersama mitra Siprus, Yunani, dan Italia, kami akan memulai latihan militer mulai hari ini dengan metode maritim dan udara," tulis Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, di Twitter pada Rabu (26/8).

Sementara itu, dalam sebuah pernyataan, Angkatan Laut Italia menyerukan kerja sama dan dialog yang lebih kuat bahwa mereka akan ambil bagian dalam latihan di lepas pantai Siprus bersama unit angkatan laut Prancis, Siprus, dan Yunani antara 26-28 Agustus. 

"Kami siap untuk bernegosiasi, tapi tidak ada yang boleh mencoba untuk memaksakan prasyarat pada Turki, terutama yang tidak ditentukan oleh Yunani," kata Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, dalam konferensi pers. (genpi)

Komentar