Sabtu, 18 Mei 2024 | 23:16
COMMUNITY

Rumah Kos Bekas Pesugihan (9)

Rumah Kos Bekas Pesugihan (9)
Ilustrasi. (Minenews)

ASKARA - Sepulang kerja aku sengaja mengurung diri di kamar. Seperti rencanaku semalam. Aku menghubungi temanku Anto. Dia ini orangnya pendiam dan sangat menyukai hal-hal yang berbau mistis, di rumahnya ada begitu banyak koleksi keris warisan dari kakeknya dan topeng-topeng berwajah seram berjajar rapi di dinding di ruangan khusus koleksi keluarganya. Dia juga mengoleksi banyak buku-buku berbau horor. 

Ditambah lagi dengan ayahnya yang seorang guru silat olah kebatinan di padepokan yang ada di kotaku. Meski dia orangnya sedikit fanatik dengan hal gaib tapi masalah agama jangan ditanya. Aku sedikit kesal. Beberapa kali aku menghubunginya namu hanya terdengar bunyi tut...tut...tut dan suara operator yang menjawab. Baiklah kucoba sekali lagi, kali aja beruntung, dia mengangkat teleponku. 

"Asalamualaikum..." ujarnya. Akhirnya usahaku gak sia-sia, Anto mengangkat teleponku.

"Waalaikum salam, ke mana aja sih lama banget ngangkatnya? Kamu sibuk?"

"Enggak, masih di belakang tadi, kenapa Buh?"

"Mau ngobrol bentar, pengen nanya-nanya."

"Nanya apa?"
"Gini, kamu tau genderuwo?"

"Iya kenapa?"

"Aku pernah lihat film, Genderuwo itu suka merkosa perempuan, itu bener apa enggak sih?"

"Hm... ya bener, aku pernah baca di buku majalah misteri, emang katanya gitu, Genderuwo itu suka memperkosa perempuan. Nah si perempuan yang diperkosa sama Genderuwo itu pasti mimpi lagi wik wik sama pacarnya atau sama laki-laki gitu. Dia mimpi sampai mimpi basah. Berarti dia lagi diperkosa Genderuwo dan biasanya bangun tidur badannya kayak capek, terus sakit semua gitu. Apalagi kalau perempuan yang disukai sama Genderuwo bisa sering mimpi kayak gitu."

"Ha, mimpi basah? Aku pernah lo tidur sampai mimpi basah kayak gitu."

"Lah masa? Yang bener?"

"Ho oh, kan aku tidur, terus mimpi main petak umpet pas lagi sembunyi eh pingin pipis, lah perasaan aku itu pipis di semak-semak, bawah pohon pisang, eh pas bangun basah semua itu kasur, selimut sama guling."

"Itu ngompol kampret, bukan mimpi basah, ah kau ini menyebalkan sekali," ujar Anto kesal.

"Lah mimpi basah itu yang kayak gimana?"

"Ya tiba-tiba celana dalamnya basah aja gitu, tapi bukan ngompol. Nyet..."

"Lah terus?"

"Ya, basah dikit gitu. Kamu tau sperma kan? Jangan bilang gak tau ya."

"Iya-iya tau, santai dong saudara jangan emosi gitu, aku kan nanyanya baik-baik."

"Ya habis bikin kesel. Nah itu yang dikeluarin sperma bukan air kencing. Kalau yang kau alami itu ngompol dodol. Ah jorok banget, udah perawan masih ngompol aja kau itu."

"Gak usah ngatain, yaudah ya."

"Ha, udah gitu doang?"

"Iya, cuma mau nanya itu doang."

"Yaelah... yaudah deh."

"Eh tunggu bentar..."

"Apa lagi?"

"Kalau cowok, juga diperkosa gak sama Genderuwo?"

"Ya gak lah, ngapain perkosa cowo? Mau ngajakin pedang-pedangan apa dia? Kamu itu nanyanya bikin emosi."

"Hehehe maaf, kan cuma nanya."

"Udah selesai belum nanyanya? Kalau udah aku matiin, aku mau pergi."

"Oh yaudah matiin gih. Assallamualaikum."

"Waalaikum salam."

Aku pun beranjak dari tempatku duduk dan pergi ke kamarnya Ani. Pas keluar kamar kebetulan Ani sedang ada di dapur duduk di meja makan. Aku pun menghampirinya. Duduk di depannya.

"An, aku mau nanya." 

"Nanya apa?"

Kuseret maju kursiku sambil berbisik aku berkata, "tadi malem kamu mimpi basah gak?"

Ani yang sedang makan buah pepaya. Menghentikan makannya dan melihatku dengan tatapan heran. "Maksudmu?" tanyanya. 

Duh aku bingung jelasinnya gimana, pertanyaan Ani membut otakku bekerja keras. Aku tidak mau kalau sampai salah ngomong dan dia ketakutan. Aku terdiam sejenak sambil otakku berfikir keras berusaha mencari jawaban yang tidak membuatnya kaget. Aku menggigit bibirku tanpa sadar. 

"Begini" aku menghela nafas" aku cuma ingin tau aja, kau mimpi basah atau tidak waktu bangun tidur, kan katamu kau mimpi bercinta dengan Rio" aku memandangnya sambil meringis. Jujur aku sedikit malu mengajukan pertanyaan ini padanya.

Ani menatapku dengan serius dan yang dilakukannya itu membuatku salah tingkah. Aku benar-benar risih dilihat dengan tatapan mata seperti itu. Ayolah ini membuatku tidak nyaman.

"Ada apa sebenarnya?" Ani terus menatapku dengan tajam dan sekarang mendekatkan wajahnya ke wajahku. 
"Em... anu" aku gugup, aku merasa seperti sedang diinterograsi.

"Gak ada apa-apa. Aku cuma nanya aja," jawabku sambil menggaruk-garuk kepala.

"Ah kau bohong, pasti ada yang kamu sembunyiin kan? Hayo ngaku! Kau ini sedang gugup kan? Kau sedang berbohong padaku. Ayo jawab apa yang sedang kau sembunyikan dariku."

Aku meringis dan menggelengkan kepala. "Gak ada, ya ampun gak percayaan banget sih." Untuk menutupi rasa gugupku aku meraih permen lolipop dan memakannya sambil memainkannya di mulutku.

"Bohong! Ayolah Buh, kita ini temenan bukan sehari atau dua hari, kita temenan bukan hitungan bulan. Tapi hitungan tahun. Dari SMP kita ini udah berteman. Aku tau kamu seperti apa, aku tau bahasa tubuhmu kayak gimana kalau sedang gugup. Kau sering melihat hantu kan? Apa ada yang aneh padaku?" 

"Mati aku," gumamku dalam hati. "Enggak, enggak kok. Beneran," ujarku sambil meringis kuperlihatkan gigi-gigiku yang mungkin berwarna kuning belum gosok gigi. 

"Aku cuma kepo pengen tau aja gitu kalau mimpi wik wik itu juga bisa mimpi basah apa enggak."

"Ya enggak lah, mimpi basah itu kan cuma terjadi sama cowok. Kalau cewek ya gak mimpi basah. Kalau cewek itu datang bulan dodol. Makanya kalau pelajaran biologi itu jangan tidur mulu."

"Hey hallo... maaf jeng saya kan dulu IPS bukan IPA, yang IPA kan kamu, ya mana paham aku kayak begituan. Apalagi pelajaran perkembangbiakan beranak pinak. Mana paham cantik..."

"An malam ini aku tidur di kamarmu ya, kau tidur di kamarku. Ayolah cerita, mimpi basah atau enggak kamu?" aku memelas.

Ani menatapku dengan penuh curiga, aku tidak menyukai dengan tatapan matanya yang seperti itu. 
"Jangan menatapku dengan tatapan seperti itu terus. Kau itu membuatku takut. Caramu menatapku itu seperti ibu tiri," kataku.

"Baiklah, aku cerita tapi jangan cerita ke orang lain ya!" Aku menganggukkan kepala. 

"Gini Buh, pas aku mimpi bercinta rasanya itu seperti nyata, Rio grepek-grepek tubuhku terus nyium-nyium leherku. Nafsuku juga sampai ikut naik. Aku gak tau aku mimpi basah apa enggak tapi aku sangat menikmati belaian Rio aku sampai gak bisa nahan nafsuku, kita akhirnya wik-wik," ujar Ani sambil senyum-senyum. 

Njir, otakku langsung ngebayangin apa yang diceritain Ani. Kok bisa-bisanya aku ngebayangin gimana Ani lagi wik-wik. Astaga aku benci sama otak haluku ini, kok bisa-bisanya ngebayangin hal kayak gitu. "Ih mesum, mesum, mesum," ujarku dalam hati. Kupukul-pukul kepalaku biar bayangan itu menghilang dari otakku.

"Lah kenapa kamu Buh," Ani menatapku heran. 

Aku kaget ternyata Ani memperhatikanku. "Eh" aku meringis. "Enggak, gak papa kok," ujarku sambil ketawa kecil... Ya Allah malu aku. 

"Kamu pasti lagi ngebayangin kan, hayo ngaku!" Ani menggodaku.

"Dikit hehe," jawabku dengan malu-malu.

"Ah dasar jones mesum." Ani memukul-mukul jidatku. 

"Eh kamu beneran mau tidur di kamarku?"

"Iya, kita tukeran kamar."

"Ogah ah, kamu tidur aja di kamarku bareng sama aku," saran Ani.

"Yaudah deh." 

"Buh!" terdengar suara laki-laki memaggilku dari arah belakang. Aku nengok ke arah suara itu. "Apa?"

"Sini, ayo ikut aku, aku mau ngomong sebentar."

"Ngomong apa sih Muh, serius amat sampai ngajakin Subuh pergi. Ngomong di sini aja kenapa?" sahut Ani.

"Ogah, ini rahasia negara. He, ayo Buh malah makan aja kau itu."

Aku beranjak dari tempat dudukku dan menghampiri Muhammad. Dia mengajakku berjalan ke luar rumah, dia jalan memimpin di depan sedangkan aku mengikutinya. 

"Heh sini!" ujarnya sambil berbisik.

"Kenapa," aku mendekatinya dan duduk di sampingnya.

"Kamu cerita apa sama Ani?"

"Gak cerita apa-apa, kita hanya ngobrol," jawabku.

"Ssttt... " jangan keras-keras ngomongnya.

"Ada apa?" tanyaku tanpa mengeluarkan suaraku.

Muh menoyor kepalaku. "Gak gitu juga kali! Kalau kayak gitu gimana aku tau kamu ngomong apa?"

"Tadi katanya gak boleh berisik, sekarang ngomong gak pake suara disalahin, gimana sih."

"Ngomongnya bisik-bisik aja onyeeett..." Muh kesal. 

"Heh Buh tadi pamanku nelpon. Dia bilang rumah ini angker banyak penunggunya," ujar Muh sambil berbisik.

"Oh," ujarku sambil asik menjilati lolipopku dan memainkannya memutar-mutarnya di mulutuku. 

"Cuma gitu aja, heh kamu kok gak kaget? Kamu gak takut? Datar banget nanggepinnya."

"Enggak," sambil menggelengkan kepalaku. Sebelum kau bilangin kalau rumah ini angker, aku udah tau kalau rumah ini angker. Orang aku udah sering ditakutin sama penghuni rumah ini, baru pertama dateng aja udah digangguin suara berisik dari kamar kosong di sebelahku, terus suara orang nyapu, dikelonin setan di kamar, ditakutin nenek-nenek yang mukanya rata, terus si Ani..." aku menghentikan bicaraku. Sial hampir aja keceplosan.  

"Ani kenapa?"

"Gak papa," jawabku sambil meringis.

"Kok kamu gak cerita sama aku kalau tidur dikelonin setan."

"Ya ngapain cerita nanti kau takut bang. Udah ah aku mau mandi." Aku pergi masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Muh sendirian di teras. Aku sengaja pergi ninggalin dia karena aku gak mau di tanya-tanya sama Muh.

Aku meraih handuk yang ada kugantung di belakang pintu kamar kemudian pergi mandi. Setelah itu kami makan malam.

Habis Solat Isya aku rebahan di dalam kamarku sambil membaca komik Naruto yang kemarin belum sempat kubaca habis. Tiba-tiba rasa kantuk menyerangku. Tanpa sadar aku tertidur. Pas kebangun aku kaget, aku gak pake baju. Kaosku lepas tergeletak di sampingku, aku cuma makai BH aja tapi masih pake celana utuh. Langsung kupakai kaosku, jantungku langsung berdetak kencang. Pintu kamarku terbuka sedikit. Memang tadi aku tidak menguncinya tapi perasaan aku tutup rapat gak kebuka tapi kenapa jadi kebuka. Aku mencoba mengingat-ingat kejadian sebelum aku tidur. Aku yakin pintuku aku tutup rapat meski gak aku kunci.

"Sial, masa aku juga diperkosa Genderuwo," gumamku. Kucek celana dalamku. Alhamdulilah masih kering, gak basah seperti yang dibilang Anto. Aku langsung teringat sama Ani. Aku melihat jam di dinding, jam menunjukan pukul 11 malam.

Aku pergi ke kamarnya Ani, ah sial kamarnya dikunci. Aku mengambil kursi dan mengintipnya dari atas fentilasi. Ani gak ada di kamarnya. "Ani ke mana," gumamku lirih. Aku pun turun dari kursi dan mengangkatnya kembali ke tempatnya.

"Ah...ah..." tiba-tiba aku mendengar suara erangan dari kamar Ifa. Aku berhenti, aku lihat dari ventilasi lampu kamarnya masih menyala, kan jiwa kepoku keluar, aku naik lagi ke kursi dan ngintip kamarnya Ifa. Astagfirullohalhazim ada makhluk hitam telanjang badannya penuh bulu, mukanya jelek matanya melotot, bertanduk, giginya nyeringih panjang-panjang. Aku sampai ngejer lihat makhluk jelek kayak gitu lagi grepek-grepek si Ifa. Ifa masih memakai baju lengkap. Aku langsung teriak dan menggedor-ngedor pinti kamarnya Ifa. 

"Fa...Ifa ... bangun Fa!" ujarku sambil teriak. Aku turun dari kursi. Lalu mencoba membuka pintu kamarnya Ifa sambil terus teriak manggil-manggil si Ifa. Muh sama Sigit keluar kamar. 

"Kenapa Buh berisik banget?" ujar Sigit. Aku gak meduliin si Sigit, aku tetep gedor-gedor pintunya Ifa. 

Beberapa Menit kemudian pintu kamar Ifa terbuka, kenapa Buh berisik banget? Ini kenapa kok pada ngumpul di depan kamarku?" tanya Ifa bingung.

"Gak tau, ini Subuh berisik banget bikin kaget orang aja," ujar Sigit. 

Aku langsung masuk ke kamarnya Ifa tanpa ijin dari Ifa. Aku celingak celinguk nyari Genderuwo itu, aku terdiam berdiri di dalam kamarnya Ifa. Tapi dia udah gak ada.

"Heh Buh kenapa?" Ifa membuyarkan lamunanku. 

"Hah, e..enggak, gak, gak papa kok." Aku gugup. 

"Kamu itu kok Aneh sih kenapa?"

"Gak, gak papa. Cuma mau minjem gunting," jawabku. Tubuhku berkeringat karena takut.

 Ifa mengambilkan gunting lalu memberikannya padaku. "Yaelah Buh kau itu cuma mau pinjem gunting aja ngetok pintu udah kayak mau grebek orang aja," celetuk Sigit. Muh hanya menatapku penuh heran. Sigit kembali masuk ke kamarnya. 

"Udah gak ada yang dipinjem lagi kan Buh? Aku tidur dulu ya," ujar Ifa. Aku menganggukkan kepala. Ifa masuk dan menutup pintu kamarnya.

"Heh kenapa?" tanya Muh. Dia mengangkat kursi yang ada di depan kamar Ifa dan mengembalikan ke tempatnya. Aku terdiam gak jawab pertanyaan Muh. Muh menatapku heran. Dia menarikku dan mengajakku ke dapur. 

"Duduk sini," ujarnya. 

Dia membuka lemari es dan menuangkan air ke dalam gelas. Muh memberiku segelas air. "Ini minumlah!" Aku meraih gelas itu dan meminumnya. 

"Kamu kenapa ? Kenapa seperti orang ketakutan sampai berkeringat kayak gitu ." 

"Tadi aku denger Ifa mengerang-erang, aku penasaran, aku intipin Ifa lagi digrepek-grepek sama  Genderuwo. Mukanya menyeramkan. Badannya penuh bulu, bertanduk dan matanya melotot."

"Apa, aku digrepek Genderuwo?" ujar Ifa yang gak tau kapan datangnya tiba-tiba berdiri di belakangku. Dia langsung menghampiriku.

Wahyu Pujiningsih
(Pekerja swasta, pencinta alam, tinggal di Madiun)

Sebelumnya:
Rumah Kos Bekas Pesugihan (8)

Komentar