Jumat, 19 April 2024 | 23:23
OPINI

Cukup Beda Rasa

Cukup Beda Rasa
Ilustrasi

ASKARA - Berilah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya ! Namun cukup buat si Udin beda dengan cukupnya si Ucup. Si Udin sudah merasa cukup kalau bisa makan nasi goceng (lima ribu). Sedangkan si Ucup baru merasa cukup kalau sudah makan nasi gopek-ceng (500.000) di Hotel Mulia.

Kenyangnya sama, bahkan saat buang air besar bau nya pun sama. Yang beda hanya harga saja. Key Question: how much is enough? Dan bagaimana cara mengukurnya? Seharusnya di setiap diri orang itu ada remnya, sehingga kita dapat mengetahui batasan waktu, kapan kita harus stop (berhenti). Rem tersebut adalah kata cukup (Every one has a limit - enough).

Kalau direnungkan, apabila hanya dari segi kebutuhan makan sehari-hari kami, seharusnya sudah lebih dari cukup. Namun anehnya masih saja tetap terasa kurang. Masih saja terasa belum tercukupi, dimanakah letak batasan rasa cukup itu? Apakah baru bisa dinilai rasa cukup ini, apabila saya sudah memiliki harta kekayaan seperti Pak Harto almarhum ?

Walaupun kenyataannya apa yang bisa dibawa oleh beliau ke dalam liang lahat selainnya beberapa meter kain kafan ? Semua harta yang kita kumpulkan di dunia ini sebenarnya suatu kesia-siaan saja. Namun sayangnya Mang Ucup masih saja mau dikuasai, bahkan diperbudak oleh duit! Tanyalah sama diri anda sendiri, apakah anda beda dengan Mang Ucup ?

Kita bekerja lebih dari 12 jam sehari, bahkan di samping pekerjaan sehari-hari kita masih mencoba untuk nyambi sana-sini mencari penghasilan tambahan. Namun kalau ditanya disaat akhir bulan; apakah semua penghasilan tersebut telah bisa mencukupi semua kebutuhan anda ?

Pasti jawabannya tidak, masalahnya tagihan berbagai macam Kartu Kredit, uang sekolah anak, angsuran rumah, mobil belum iuran-iuran lainnya masih tetap saja belum bisa terpenuhi. Tetapi kebalikannya kenapa si pulan bisa cukup, walaupun hanya sekedar pegawai kecil yang penghasilannya belum juga mencapai satu juta rupiah sebulan.

Ia sudah bisa merasa bahagia, bahkan merasa cukup dan mensyukuri dengan penghasilannya. Sedang kita dengan penghasilan yang jauh lebih besar berkali lipat ganda, masih saja merasa tidak cukup!

Kalau kita minum kopi di kaki lima Rp 5.000, di Starbuck Rp 50.000 sedangkan di Grand Hyatt Rp 250.000. Lucunya kopinya sama, yang beda hanya tempatnya saja dan jelas juga beda harga. Begitu juga anda bisa minum air mineral seharga yang Rp 5.000 sebotol atau Rp 50.000 sebotol merk Equil.

Tanya bisakah anda membedakan rasa air mineral murah dan mahal? Biaya hidup itu tidak mahal yang membuat jadi mahal adalah embel-embelnya. Biaya memenuhi perut tidak semahal seperti biaya untuk memenuhi rasa gengsi (Narsis).

Tanyalah sendiri biaya mana yang lebih mahal isi perut ataukah poles muka? Maka dari itu mulai hari ini saya ingin merubah cara pola hidup saya untuk belajar menghayati perkataan "cukup". Dimana kita merasa cukup, sehingga masih bisa bantu yang membutuhkannya. Budaya korupsi akan hilang dengan sendirinya dimana para pejabatnya sudah merasa cukup! Tanya: Apakah Anda sudah merasa tercukupi? Maturnuwun sewu berkah dalem.

Mang Ucup

Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar