Jumat, 17 Mei 2024 | 10:23
NEWS

TBC Renggut 13 Nyawa Setiap Jam

TBC Renggut 13 Nyawa Setiap Jam
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes dr. Wiendra Waworuntu. (Dok. BNPB)

ASKARA - Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa Indonesia menduduki peringkat tiga dalam angka kasus Tuberkulosis (TBC). 

Peringkat pertama adalah Tiongkok disusul India yang dicatat sebelum pandemi virus corona (Covid-19).

"Tuberkulolis sebelum pandemi Covid-19 itu kita (Indonesia) ranking tiga di dunia. Artinya, bebannya sudah cukup tinggi," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes dr. Wiendra Waworuntu di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (7/7).

Dia mengemukakan, estimasi kasus TBC di Indonesia saat ini mencapai 845.000, namun yang baru ditemukan sekitar 69 persen.

"Artinya ada 540 ribu sekian yang kita temukan di Indonesia secara keseluruhan di seluruh provinsi," kata Dokter Wiendra. 

TBC menyebabkan jatuhnya korban meninggal dunia setiap jam.  

"Angka kematian cukup tinggi. Sebanyak 13 orang meninggal setiap jam akibat penyakit Tuberkulosis," ungkap Dokter Wiendra. 

Padahal obat TBC cukup banyak tersedia di berbagai layanan kesehatan. Bahwa ada sekitar 10 ribu puskesmas dan rumah sakit sudah menyediakan obatnya. 

"Harusnya datang ke layanan itu di puskesmas dan rumah sakit, kita punya obatnya gratis," tutur Dokter Wiendra. 

Namun resisten obat juga masih cukup tinggi. Saat ini, kementerian terkait memperkirakan terdapat sekitar 24 ribu TBC resisten, kemudian TBC dengan HIV sebanyak 21 ribu.

Dari 69 persen kasus TBC yang baru ditemukan, sisanya 30 persen lebih masih berkeliaran dan menularkan.

Yang meninggal itu bukan karena HIV tapi karena Tuberkulosis," tandas Dokter Wiendra.

Komentar