Sabtu, 27 April 2024 | 20:04
NEWS

Indef: Kinerjanya Buruk Marahnya Banyak

Indef: Kinerjanya Buruk Marahnya Banyak
(Dok. Indef)

ASKARA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kemarahan Presiden Joko Widodo dalam rapat kabinet pada 18 Juni lalu tidak memiliki korelasi dengan kinerja para menterinya.

Pendiri Indef Didik J. Rachbini Didik mengatakan, anggaran negara (APBN) dibentuk dengan defisit besar dan keseimbangan primer yang berat. Dia menyoroti peningkatan defisit APBN sebesar Rp 852 triliun yang dikhawatirkan mencapai Rp 1000 triliun.

"Kalau tidak terkendali menjadi 1000 triliun tidak pernah itu presiden manapun, baru presiden saat ini membikin defisit hampir 1000 triliun," ujarnya dalam diskusi virtual, Senin (6/7).

Didik pun mempertanyakan peran DPR RI yang dinilainya mandul dan tidak bisa berbuat banyak dalam menyikapi kondisi defisit negara.  

"Dan itu (defisit) merasa tidak apa-apa dan DPR juga diam. DPR ini kan DPR mandul, tidak bisa mengubah angka, satu rupiah pun tidak bisa diubah oleh DPR. Karena kekuasaannya sudah diserahkan kepada presiden," jelasnya.

Alhasil, konsekuensinya adalah beban utang menjadi besar. Juga menjadi beban bagi presiden Indonesia setelah Jokowi maupun yang akan datang.

“Ini akan membawa beban berat yang tidak dihitung yang tidak dikritisi, teman-teman media juga karena ada sumber jadi diem, ini karena utangnya banyak jadi gak ada penghasilan, bayar utang dengan utang baru,” sambungnya.

Kondisi ini sangat disayangkan dan buruk sebagai siklus jebakan utang. Selain itu bahwa pemerintahan saat ini semakin lama dan membuat ekonomi tidak menjadi efisien.

"Icor-nya 6,4. Berarti untuk menumbuhkan satu persen dari pertumbuhan ekonomi diperlukan 6,4 persen tambahan modal. Zaman Pak Harto dulu empat persen. Jadi, ini makin boros dan makin tidak efisien," kata Didik.

Dia memprediksi, Indonesia yang naik kelas dan ditetapkan menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas per 1 Juli 2020 akan menjadi sulit mengejar Upper Middle Income Country ke 12.535 dolar AS. 

"Apalagi di kondisi sekarang. APBN tidak terserap 75 persen ya investasi di China akan keluar dari China dan kita diam saja seperti tidak ada apa-apa, perlu untuk kita tangkap. Jadi akan sulit untuk masuk ke dalam negara. Akan saya kira masih dalam perangkap jebakan kelas menengah karena utang tadi karena APBN defisit besar karena boros. Jadi antara marah dan kinerja tidak ada hubungannya. Kinerjanya buruk marahnya banyak," demikian Didik. 

Komentar