Jumat, 19 April 2024 | 18:17
OPINI

Berlian di Kandang Sapi

Berlian di Kandang Sapi
Mang Ucup

Seorang pria akan merasa berada di puncak kejayaannya pada saat usia awal 50 tahun. Hal ini pulalah yang Mang Ucup rasakan. Dimana saya pernah menjabat sebagai sales director dari IBM Germany dengan gaji tiga kali lipat jauh lebih tinggi daripada Gaji Ahok saat ini.

Saat itu saya punya pacar baru setelah cerai dari istri pertama saya. Sang Pacar adalah mantan model bintang sabun Lux. Sedangkan mobil pribadi saya saat itu adalah Ferrari di samping Bentley dan lain-lain.

Bahkan berbagai macam gelar telah saya raih misalnya Pria Berbusana Terbaik, Bintang Iklan Nescafe bersama dengan George Clooney maupun sebagai juara dansa Rock n Roll Eropa. Di samping itu saya sering diundang sebagai bintang tamu untuk turut pentas diberbagai macam film sinetron misalnya Losmen.

Minimum sebulan sekali pergi liburan ke pelbagai macam tempat di seluruh pelosok dunia mulai Rio de Janeiro (Brasil) sampai Tokyo bahkan dengan menggunakan pesawat. Bahkan pernah sekali dinner per pax senilai USD 2.500 di Hong Kong ataupun bermalam di Hotel senilai USD 40.000 semalam.

Sudah dari sejak remaja saya hobi mejeng ketika usia 15 tahun sudah naik moge Harley Davidson. Apabila saya sedang berada Indonesia biasanya saya bemalam di Hilton Hotel - Penthouse kamar yang biasa ditempati oleh Prinz Albert dari Belgia maupun Mike Jegger!

Saat itu saya selalu beli baju dari Hermes maupun Gucci dimana satu T-shirt harus saya bayar sekitar USD 1.500 ataupun pakai sepatu senilai USD 4.000 maklum sepatu dari kulit burung Kasuari.

Namun semuanya itu hanya sekedar bungkus untuk pamer saja atau ojo dumeh sugih. Sampai akhirnya saya merasa menjadi bosan dan muak dengan sendirinya menjalani hidup seperti itu. Hanya hidup bergelimang dalam harta maupun wanita saja, just for show only!

Akhirnya saya bertobat dan menerima Tuhan Yesus sebagai Sang Juru Selamat saya dimana saya di permandikan oleh Bapak Pendeta Silvanus Obaja di Frankfurt.

Permandian bagi umat Nasrani berarti lahir baru dan apabila seseorang dilahirkan di dunia ini pasti harus dalam keadaan telanjang (buligir - telanjang bulat). Namun saat itu saya masih masih terbebani berbagai macam bungkus berupa 3 TA (tahta, harta dan wanita).

Oleh sebab itu, saya mulai menelanjangi diri saya sendiri dengan cara melepaskan semua TA tersebut. Antara lain saya menghibahkan seluruh harTA kekayaan saya untuk kegiatan sosial, termasuk semua mobil-mobil saya sehingga tidak satupun yang tersisa.

Dalam keadaan telanjang seperti inilah saya bersimpuh dan berdoa dihadapan hadirat-Nya dimana saya mohon pengampunan-Nya maupun bimbingan dan petunjuk-Nya.

Saya mengabdikan diri di Gereja Altenberger Dom – Jerman di lereng gunung yang tenang, sepi dan jauh dari keramaian kota. Jadi sangat cocok sekali untuk belajar hening jauh dari hingar-bingar kota, mirip seorang pertapa.

Selama saya bekerja di Gereja tidak pernah saya mendapatkan kesempatan untuk bicara di atas mimbar, melainkan selalu di kolong mimbar, hanya sekadar pada saat saya nyapu ataupun ngepel Gereja saja.

Maklum tugas utama saya sebagai Koster adalah cuci piring, ngepel maupun bikin bersih seluruh Gereja. Karena saat ini saya sudah tidak memiliki pakaian lagi, sehingga ada umat yang merasa kasihan kepada saya.

Dia memberikan pakaian bekas suaminya yang telah meninggal dunia. Namun saya merasa sangat berterima kasih sekali dapat pakaian bekas orang mati tersebut, melebihi daripada baju Hermes sebelumnya.

Setelah empat tahun mengabdikan diri akhirnya saya dapat tawaran duniawi lagi. Saya dapat tawaran untuk menjadi penasehat menteri di Belanda untuk mengatasi masalah komputer Millenium Bugs.

Mereka mengusulkan agar saya lebih baik bekerja sebagi pejabat tinggi di Belanda saja dan dari uang gaji yang saya terima di hibahkan ke Gereja. Ini akan jauh lebih bermanfaat. Disitulah berakhirnya masa bertapa saya selama empat tahun untuk belajar menjadi satu dengan Tuhan, “Manunggaling Kawu lan Gusti”.

Kisah tersebut di atas adalah kisah nyata yang dialami oleh Mang Ucup, bahkan di Facebook, banyak rekan-rekan yang telah mengenal dan melihat saya ketika bekerja sebagai Koster. Pada saat ini saya sedang belajar dan berusaha untuk melepaskan hal-hal yang bersifat keduniawian seperti juga belajar melepaskan kulit-kulit luar dari bawang, terutama melepaskan 3 TA tersebut di atas dan diganti dengan hanya satu TA saja ialah Tuhan Allah !

Sekarang ini saya merasa jauh lebih nyaman pakai kaos oblong cap Cabe daripada kaos disainer. Saya merasa lebih nyaman dan lebih enak makan Nasi Kucing di warteg daripada di resto mewah. Bahkan saya lebih senang naik kereta api ataupun travel daripada menggunakan Ferrari.

Itulah sekelumit dari kisah masa lampau Mang Ucup. Mohon saran dan kesannya. Matur nuwun sanget berkah dalem.

Mang Ucup

Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar