Minggu, 19 Mei 2024 | 06:25
NEWS

Dibantah, Kabar Senyawa Curcumin Permudah Penularan Covid-19

Dibantah, Kabar Senyawa Curcumin Permudah Penularan Covid-19
Ilustrasi temulawak. (Hellosehat)

ASKARA - Tumbuhan obat seperti temulawak, kunyit dan lainnya yang mengandung curcumin dipercaya dapat menambah daya imunitas tubuh. 

Saat ini jamu herbal atau obat-obatan tradisional paling dicari masyarakat Indonesia untuk menangkal virus corona (Covid-19). 

Sayangnya, sejumlah kabar tersebar agar masyarakat menghindari kunyit serta temulawak. Kabar tersebut menyebutkan bahwa kandungan curcumin meningkatkan ekspresi enzim ACE2 atau Angiotensin-converting-enzyme2 yang merupakan receptor Covid-19. Informasi ini juga melampirkan sebuah link artikel (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4651552/) hasil peneliti utama bernama Xue-Fen Pang.

"Jangan konsumsi atau minum kunyit, temulawak yang mengandung curcumin karena beberapa penelitian dari jurnal ilmiah telah membuktikan bahwa curcumin meningkatkan ekspresi enzin ACE2 yang merupakan receptor Covid-19, sehingga membuat tubuh lebih mudah menerima Covid-19," bunyi informasi yang tersebar lewat WhatsApp termasuk jejaring Instagram dan Facebook.

Menanggapi hal itu, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) DR. Inggrid Tania M.Si membantah bahwa temulawak maupun kunyit mengandung ratusan senyawa bioaktif, salah satunya curcumin. Di mana senyawa ini dari berbagai penelitian dan uji klinis dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh yang berperan sebagai imunomodulator atau clinical evidence.

Dia memaparkan, penelitian terakhir terhadap virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19, menunjukan bahwa reseptor SARS-CoV-2 adalah suatu enzim bernama ACE2 yang terdapat pada sel inang (sel manusia, terutama asel alveolus dalam paru). Namun, pintu masuk atau cell entry virus bergantung pada ikatan protein spike virus dengan reseptor pada sel inang tapi juga bergantung pada priming protein spike oleh protease sel inang (TMPRSS2). 

Selain itu, secara fungsional terdapat dua bentuk ACE2 yakni dalam bentuk fixed yakni menempel pada permukaan sel dan bentuk soluble yakni bentuk bebas dalam darah. ACE2 bentuk soluble diproyeksikan menjadi salah satu kandidat antivirus SARS-CoV-2 melalui mekanisme interseptor kompetitif yang mencegah ikatan antara partikel virus dengan ACE2 pada permukaan sel inang.

"Penelitian bio informatika yang dipublikasikan bulan Maret 2020 dan kepustakaan terbaru telah menyebutkan curcumin sebagai salah satu kandidat anti virus SARS-CoV-2. Maka diharapkan curcumin mampu meningkatkan ekspresi ACE2 bentuk soluble yang dapat menghambat terjadinya ikatan antara protein virus dengan ACE2 bentuk fixed yang terdapat pada permukaan sel inang," jelas Inggrid Tania, Kamis (19/3). 

Inggrid Tania juga menyingggung rekam jejak sosok Xue-Fen Pang dalam artikel pada link tersebut.

"Sebagai catatan khusus, peneliti utama tersebut pernah memiliki riwayat tetracted article (penarikan publikasi artikel dari jurnal). Atas dasar diragukannya integritas dari hasil penelitiannya," bebernya.

Artikel tersebut juga hanya sebatas menyimpulkan curcumin dapat meningkatkan ekspresi ACE2 pada sel miokardium hewan tikus yakni ACE2 bentuk fixed pada sel otot jantung. 

Inggrid Tania menilai hal itu merupakan penarikan kesimpulan yang terlalu dini, oversimplikasi dan jump to conclusion. Termasuk pada informasi yang tersebar di media sosial yang langsung menyebutkan curcumin dapat meningkatkan ekspresi ACE2 pada sel otot jantung tikus. 

"Sehingga larangan konsumsi jamu temulawak dan kunyit serta suplemen curcumin dengan alasan menimbulkan kerentanan Covid-19 merupakan suatu larangan yang tidak rasional. Karena belum ada satu pun penelitian yang mengonfirmasi dampak buruk temulawak, kunyit maupun curcumin terhadap Covid-19," tegasnya.

Komentar