Jumat, 17 Mei 2024 | 00:19
NEWS

Hari Perempuan Internasional dan Protes 2 RUU

Hari Perempuan Internasional dan Protes 2 RUU
Ribuan massa memperingati Hari Perempuan International dengan berdemonstrasi di sepanjang Jalan MH Thamrin dan di depan Istana Negara Merdeka (Askara/Aprilia Rahapit)

ASKARA - Di Indonesia, tepatnya di Ibu Kota Jakarta, peringatan Hari Perempuan Internasional diperingati dengan aksi demonstrasi. 

Hari Perempuan Internasional memang diawali dari peristiwa demonstrasi. Adalah perempuan yang berprofesi sebagai buruh di New York, Amerika Serikat, 8 Maret 1857 lalu. 

Layaknya peristiwa di New York itu, kaum perempuan di DKI Jakarta dan sekitarnya menuntut pemerintah segera menyelesaikan persoalan yang tahun sebelumnya juga dituntut ke pemerintah. Bedanya, dalam peringatan kali ini para perempuan itu menggarisbawahi Omnibus Law RUU Cipta Kerja dan RUU Perlindungan Kekerasan Seksual (PKS). 

Ribuan orang dari berbagai organisasi buruh sekitar pukul 10.00 WIB, Minggu 8 Maret 2020 berkumpul di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Lalu, dilanjutkan dengan long march ke depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara. 

Moment peringatan Hari Perempuan Internasional dinilai dapat memunculkan kembali isu RUU Perlindungan Kekerasan Seksual, dimana di dalamnya terdapat hal yang menyentuh ranah privat (pribadi).

Kepada reporter Askara, Matthew Girsang yang didaulat menjadi juru bicara masss mengungkapkan bahwa dengan adanya RUU PKS pemerintah tidak dapat menjamah ranah pribadi masyarakat, khususnya lagi kaum perempuan. 

Lebih jauh, dengan RUU PKS dinilai pemerintah membatasi seseorang untuk berkembang dan mengeksplor diri.

"Permasalahan pelecehan seksual saja belum bisa menyelesaikan dengan baik, kenapa tiba-tiba mereka juga pengen banget mencampur urusan tentang ranah privat," keluh Matthew. 

Dalam catatan Matthew, saat ini 8 dari 12 perempuan di Indonesia mengalami kekerasan seksual setiap harinya. Dalam kelas pekerja, kasus kekerasan tiga tahun terakhir meningkat dengan persentase 72 persen yang disebut sudah dalam keadaan darurat. 

Tak lupa, dalam aksi ini, ribuan massa nampak membawa poster-poster dengan tulisan yang menyinggung apa yang menjadi tuntutan massa. Tak ada pakaian yang seragam dikenakan massa demonstrasi yang didominasi kaum milenial itu. 

"Indonesia Is Becoming A Real Dystopia, gak usah repot-repot ngatur tubuhku stop RUU halu, budaya mahasiswa kritis bukan seksis," tulis salah satu poster yang dibawa massa. 

Tak hanya itu, spanduk besar juga dipampang di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan MH Thamrin, tepat di halaman kantor Bawaslu, dipasang para pemanjat perempuan. 

"Perempuan Dilecehkan, Direndahkan, Diperkosa, Lawan," tulisan dalam spanduk itu. 

Komentar