Sabtu, 18 Mei 2024 | 18:17
NEWS

Seniman: Pemprov DKI Harusnya Rangkul Pengamen Ondel-ondel

Seniman: Pemprov DKI Harusnya Rangkul Pengamen Ondel-ondel
Pengamen dengan atribut ondel-ondel di kawasan Kramat Raya, Jakarta Pusat. (Dhika Alam Noor/Askara)

ASKARA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melarang penggunaan atribut ondel-ondel untuk mengamen di jalanan setelah adanya kesepakatan bersama organisasi masyarakat (Ormas) asal Betawi. Hal itu menuai tanggapan beragam sejumlah pihak. 

Seorang seniman, Noorca M. Massardi mengaku prihatin melihat ondel-ondel dipakai oleh anak-anak maupun suatu kelompok untuk mengamen. Bahkan mereka kerap menyewa angkutan umum untuk membawa atribut tersebut.

Tentu itu membutuhkan biaya cukup besar. Namun, jika rencana pelarangan dan penindakan penggunaan ondel-ondel untuk mengamen dinilainya kurang tepat. 

"Tapi kalau dilarang dan menindak mereka rencananya akan dilakukan. Menurut saya kurang bijaksana," ujar Noorca kepada Askara, Selasa (25/2).

Seharusnya, kata dia, mereka bisa diapresiasi terlebih dulu. Karena para pengeman ondel-ondel memiliki ide menampilkan ikon ondel-ondel sebagai cara menarik perhatian banyak orang. Sementara, menyoal meminta jasa tidak bisa dilarang. Pasalnya merupakan hak hidup dalam mencari pendapatan. 

"Alasan bijaksananya. Justru Kepala Dinas Pariwisata atau Ormas Betawi ini mendukung mereka karena atas inisiatif pribadi ongkos angkutnya tidak murah," kata Noorca. 

Terlebih, secara langsung mereka turut mengenalkan prodak kesenian asli Betawi. Karenanya mantan Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) itu mengusulkan agar Pemprov DKI bisa merangkul mereka.

"Itu diapresiasi dengan memberikan insentif. Jadi daripada meminta orang orang di jalan. Mereka justru dikasih uang karena mempromosikan kebudayaan betawi. Jadi itu harus didukung," usul Noorca. 

Hal yang membuat turun ke jalan, tambah Noorca, kemungkinan kurangnya tempat untuk menampilan ekspresi kesenian. Meski setiap perayaan ondel-ondel selalu ditampilkan. Namun perayaan itu biasanya hanya berlangsung setahun sekali. 

"Saya kira sempit tempat mengekspresikan seni. Mungkin hanya di kelurahan, kampung-kampung dan itu pun terkait acara-acara kalender. Seperti kemerdekaan atau ulang tahun Jakarta," nilai Noorca. 

Namun, lanjutnya, dengan setiap hari dipublikasikan akan berdampak dan bermanfaat. 

"Energi anak bangsa ini untuk ikut mempromosikan apa saja kesenian Betawi, tidak hanya ondel-ondel, ada lenong, tanjidor. Jadi sebagai pembawa pesan," tambahnya. 

Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Hendri Wardana menjelaskan, penggunaan ondel-ondel untuk mengemis itu akan menyakitkan hati warga Betawi. Pasalnya, aktivitas itu tak sesuai dengan nilai leluhur mereka.

"Ondel-ondel itu jelas kalau dibuat untuk mengamen atau mengemis, itu menyakitkan hati, melukai orang yang memiliki etnis Kebetawian termasuk saya,” cetus Iwan. 

Komentar