Sabtu, 20 April 2024 | 03:23
TRAVELLING

Koalisi Pejalan Kaki

Data Kecelakaan Pejalan Kaki di Indonesia Nomor Dua Terburuk

Data Kecelakaan Pejalan Kaki di Indonesia Nomor Dua Terburuk
Koalisi Pejalan Kaki memperingati Hari Pejalan Kaki setiap tanggal 22 Januari (Askara/Aprilia Rahapit)

ASKARA - Tanggal 22 Januari menjadi tanggal bersejarah bagi Komunitas Pejalan Kaki (KPK). Tanggal itu ditandai sebagai Hari Pejalan Kaki Nasional 2020.

Kejadian bermula delapan tahun lalu, tepatnya 22 Januari 2012, sembilan pejalan kaki tewas dalam kecelakaan di Jakarta. Lantas tanggal itu diabadikan untuk mengingat momen nahas yang dialami sembilan orang itu sekaligus mengingatkan masyarakat bahwa angka kematian pejalan kaki akibat kecelakaan di jalan masih sangat tinggi.

Koordinator KPK Sandi Apriliansyah mengatakan, masih banyak pejalan kaki yang belum merasa aman di jalan. Bahkan, beberapa kasus pejalan kaki yang ditabrak masih terjadi tahun 2019 lalu. Salah satunya di Bogor, saat seorang nenek dan seorang anak tertabrak saat sedang menyeberang jalan.

Tahun ini, Komunitas Pejalan Kaki ingin mengingatkan kembali kepada pemerintah dan berharap dukungan lebih kepada pejalan kaki. Caranya, dengan membangun fasilitas yang ramah bagi pejalan kaki.

Menurut KPK, masih banyak aturan yang belum ramah terhadap pejalan kaki. Hal itu tentunya menyulitkan dan bahkan menyebabkan rentan terjadinya kecelakaan yang melibatkan pejalan kaki.

"Banyak sekali aturan-aturan yang sekiranya belum ramah terhadap pejalan kaki," ujar Sandi saat berbincang dengan redaksi, Jumat (24/1).

Dalam rilis laporan World Organization Health (WHO) tahun 2016 yang dikeluarkan tahun 2018 terkait laporan global status report on road safety, Indonesia masuk dalam kategori sebagai salah satu negara dengan pengumpulan data angka kematian akibat kecelakaan terburuk.

Indonesia bahkan belum mempunyai data yang pasti tentang jumlah kecelakaan yang terjadi. "Sampai sekarang belum ada lembaga yang mencantumkan jumlah kecelakaan," kata Sandi.

Menurut KPK, data kecelakaan yang diperoleh dari kepolisian sebenarnya layak dijadikan tolak ukur untuk menghitung peringkat sebuah negara dalam hal kecelakaan. Hanya saja, pihak kepolisian di Indonesia yang dilihat dari website resminya tidak mengelompokkan kecelakaan baik roda dua maupun roda empat dalam tingkat kecelakaan. "Datanya masih simpang siur," ucap Sandi.

Sementara itu, berdasarkan jumlah catatan kematiannya, tahun 2016 terdapat 5.005 orang meninggal dunia akibat kecelakaan di jalan atau setidaknya terdapat 14 pejalan kaki meninggal dunia setiap harinya.

Jumlah tersebut membuat WHO menempatkan Indonesia sebagai negara nomor dua dengan korban kecelakaan jalan terbanyak. Sementara akibat kecelakaan kendaraan roda dua yang mencapai angka 23.148 kematian atau 63 jiwa melayang setiap harinya.

Tahun ini, peringatan Hari Pejalan Kaki Nasional dilakukan dengan long march sepanjang pedestrian dari depan Gedung Kementerian Perdagangan hingga ke Jalan Pelikan Halte Bundaran Hotel Indonesia (HI) di Jakarta Pusat. Dari hal itu, KPK mengamati, fasilitas pedestrian yang baik hanya terlihat di kota-kota besar dibandingkan di kota-kota kecil di Indonesia.

KPK mencatat, tahun 2019 pemerintah telah memberikan penghargaan Wahana Tata Nugraha kepada 92 kabupatena/kota. Padahal, sesuai peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat No. SK.3795/AJ.804/DRJD/2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Penghargaan Wahana Tata Nugraha, pasal 4 menyebutkan bahwa Penghargaan Wahana Tata Nugraha diberikan berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja penyelenggaraan sistem transportasi perkotaan dengan meliputi penilaian di bidang lalu lintas yakni ruas jalan, perlengkapan jalan, fasilitas pejalan kaki, dan penataan fasilitas parkir.

"Jadi bisa dilihat apakah 92 kota/kabupaten yang mendapatkan penghargaan itu sudah baik atau belum fasilitas pejalan kakinya, jadi memang paling umum kita ngomongin kualitas keselamatan pejalan kaki itu Jakarta, Surabaya, Bandung," tutur Sandi.

Sementara kota-kota lainnya, belum terlalu masif dalam memikirkan keselamatan pejalan kaki. "Apakah sudah ramah bagi semua difabel, perempuan, anak-anak? Masih banyak catatan dalam pembangunan kualitas keselamatan pejalan kaki di kota-kota di Indonesia," tandasnya.

Komentar