Minggu, 19 Mei 2024 | 14:24
NEWS

Berburu Hokie di Tahun 2020

Berburu Hokie di Tahun  2020

NETHERLANDS: Menjelang Tahun Baru, banyak orang merenungkan dan mencari jalan bagaimana mereka bisa memperbaiki nasib mereka pada tahun yang akan datang ini, agar mereka bisa mendapatkan lebih banyak hokie atau rezeki daripada tahun-tahun sebelumnya.

Mulai melalui tukang ramal, sampai pergi ketempat berziarah yang jauh, umpamanya ke Gunung Kawi ataupun pergi kekuburan para leluhur. Bermacam buku ramalan pun menjadi best seller.

Dari semua tradisi perayaan tahun baru di dunia, walaupun tata caranya berlainan dan unik, namun mereka semua mempunyai suatu harapan yang sama, yaitu harapan untuk bisa mendapatkan hokie yang jauh lebih besar di tahun baru ini.

Contohnya Bangsa Austria percaya, jika kita menyentuh seekor babi hidup di malam tahun baru, keberuntungan akan tiba di tahun yang akan datang.

Sedangkan menurut orang Yunani buah delima melambangkan kesuburan dan kesuksesan. Oleh sebab itu setiap tanggal satu Januari, mereka, menebarkan biji buah delima ke arah pintu rumah, toko atau perkantoran.

Untuk bisa mendapatkan hokie baru di Napoli (Italy), mereka mempunyai tradisi untuk melemparkan barang-barang rombengan atau tidak terpakai lagi ke luar jendela tepat pada pukul 24:00 di tanggal 31 Desember.

Sehingga apabila Anda berjalan-jalan di Napoli pada tanggal satu Januari, jangan heran banyak peralatan dapur, lemari es dan barang-barang rongsokan lainnya berserakan di jalanan.

Menurut tradisi Tiong Hoa pada tahun baru Imlek sebaiknya memberikan hadiah berupa jeruk mandarin, sebab jika ditulis secara Hanyu Pinyin adalah Gan.

Lafal jeruk mandarin dalam dialek sub-etnis tersebut memiliki bunyi yang sama dengan lafal emas, yang jika ditulis secara Hanyu Pinyin adalah Jin. Jadi memberikan jeruk mandarin diibaratkan memberikan emas.

Lebih baik lagi memberikan jeruk yang masih ada daunnya yang melambangkan agar emas ini bisa tumbuh terus. Dan sebanyak dua buah karena terdapat sebuah pepatah Tionghoa terkenal yang berbunyi "Hao Shi Cheng Shuang", yang secara harafiah dapat diartikan "Semua yang baik harus datang secara berpasangan".

Sedangkan di Indonesia banyak orang rela mengorbankan waktu maupun uang dalam jumlah yang tidak sedikit, untuk membeli batu pusaka, keris dan sebagainya.

Caranya pun bermacam-macam, yang satu melakukan puasa atau pantangan ini dan itu, sementara lainnya membeli batu pusaka atau jimat. Sedangkan yang satunya lagi merombak rumahnya, karena menurut peraturan Feng Shui.

Bahkan ada orang yang khusus mengganti istrinya, karena istri yang pertama ternyata tidak bisa memberikan hokie seperti yang diharapkan, jadi bermacam cara mereka lakukan khusus untuk mengejar dan mendapatkan hokie atau rezeki yang lebih besar lagi.

Mereka yang berlomba mengejar hokie ini bukannya dari kalangan masyarakat kelas bawah saja, tetapi seluruh lapisan masyarakat mulai dari yang kelas teri sampai dengan para konglomerat kelas kakap, mulai dari orang yang tidak berpendidikan sampai dengan para orang bertitel.

Sebenarnya hokie itu adalah "berkat", kalau kita mendapatkan berkat dari Tuhan pasti usaha kita akan berhasil.

Banyak orang yang bersedia mengganti Tuhan kita dengan ikan ataupun batu. Karena ia yakin dan percaya bahwa Ikan Emas Arwana akan "bisa" memberikan hokie (berkat), jadi kepercayaannya di alihkan kepada ikan bukannya kepada Tuhan lagi. Apakah ini bukan berarti kita menyembah berhala?

INGAT: Allah kita ada jauh lebih berkuasa dan Ia mampu memberikan berkat yang berlimpah ruah kepada semua orang yang memohon kepada-Nya.

Mang Ucup

Komentar