Ramalan Nostradamus Tentang Paus Fransiskus, dan Tanda Akhir Zaman

ASKARA - Sejak berabad-abad lalu, manusia telah berusaha menyingkap misteri masa depan. Salah satu yang paling terkenal adalah Michel de Nostredame, atau lebih dikenal sebagai Nostradamus. Astrolog asal Prancis abad ke-16 ini menulis Les Prophéties, kumpulan 942 puisi pendek yang memuat berbagai ramalan tentang masa depan dunia—banyak di antaranya bertema bencana besar dan perubahan zaman.
Salah satu syair Nostradamus yang paling banyak diperbincangkan adalah ramalannya tentang "kematian Paus yang sangat tua," yang oleh sebagian orang dikaitkan dengan berbagai peristiwa di era modern. Bersamaan dengan itu, muncul pula kembali nubuat Santo Maleakhi, seorang biarawan Irlandia yang diyakini telah meramalkan daftar para paus hingga masa akhir. Sebagian kalangan bahkan menafsirkan bahwa Paus Fransiskus adalah paus terakhir dalam nubuat tersebut.
Di tengah gemuruh ramalan dan spekulasi, suara yang jernih dan menenangkan datang dari aktivis Gereja Katolik, Dar Edi Yoga. Menurutnya, ramalan tentang akhir zaman telah ada dalam banyak peradaban, mulai dari suku Inca, hingga para visioner Eropa seperti Nostradamus. Namun, ia mengingatkan bahwa hakikat dari "akhir zaman" bukanlah soal bencana alam semata, atau tentang jatuhnya tokoh-tokoh besar.
"Akhir zaman terjadi ketika manusia sudah tidak lagi memiliki cinta kasih," ujarnya, Senin (28/4).
"Ketika kasih sayang, penghormatan, dan kepedulian hilang dari kehidupan sehari-hari, saat itulah dunia ini menjadi neraka," tambahnya.
Dar Edi mengajak umat manusia untuk merenungkan keteladanan Paus Fransiskus, seorang pemimpin yang dikenal karena kedekatannya dengan orang miskin, kesederhanaannya, dan seruan kerasnya untuk cinta kasih universal. Baginya, itulah fondasi yang harus terus dijaga, lebih penting daripada menafsirkan ramalan-ramalan yang kerap kali membingungkan.
"Kita semua adalah ciptaan Tuhan," kata Dar Edi.
Dikatakannya, jika kita menyakiti sesama, berarti kita menyakiti Sang Pencipta. Karena itu, tugas kita adalah menebarkan cinta kasih dalam setiap tindakan, sekecil apa pun itu
Di tengah dunia yang penuh kegaduhan, ketidakpastian, dan perpecahan, pesan ini menjadi penuntun yang sederhana namun mendalam: Dunia tidak akan berakhir karena bencana semata, melainkan karena kita lupa untuk mencintai.
Karena selama masih ada cinta kasih, dunia akan terus berputar, harapan akan tetap hidup, dan masa depan akan selalu punya ruang untuk keajaiban.
Karena itu, lebih daripada sekadar memprediksi masa depan, tugas kita hari ini adalah menjaga api cinta kasih itu tetap menyala. Dalam keluarga, di tengah masyarakat, di dunia kerja, bahkan terhadap mereka yang berbeda keyakinan sekalipun, cinta kasih harus menjadi bahasa yang kita pakai. Hanya dengan itulah kita melawan kegelapan zaman. Sebab akhir dunia tidak akan datang dari langit yang runtuh, melainkan dari hati manusia yang membeku. Dan sebaliknya, dunia akan tetap hidup selama ada satu saja jiwa yang setia mencintai.
Komentar