Prof Diana Laila: Pasien Tak Perlu Berobat ke Luar Negeri Jika di Indonesia Dokter dan Farmasi Klinis Bergabung

ASKARA – Guru Besar Farmasi Klinis Universitas 17 Agustus ’45 (UTA ’45) Jakarta, Prof. Diana Laila Ramatillah, Ph.D mengatakan seandainya di Indonesia Dokter dan Farmasi Klinis yang kompeten bisa bergabung, duduk bersama maka orang Indonesia tak perlu lagi berobat ke luar negeri sekadar beroba sinusitis.
Hal tersebut disampaikan Prof Diana Laila saat menjadi Pembicara di Webinar Kesehatan Nasional Kemenkes bertajuk “Tatalaksana Terkini Sirosis Hati”, Senin (13/7), yang diikuti hampir 5000 peserta yang juga dari kalangan Nurse, Apoteker, Dokter Gigi, Dokter Umum, dan para Dokter Spesialisas dan konsulen.
“Saya menyadari betapa pentingnya peran farmasi klinis. Karena tentunya masalah obat yang paling paham itu adalah farmasi klinis dan hal ini ditunjukkan dari pertanyaan seputar obat yang ditanyakan para ekspert diagnosa,” ungkap Prof. Diana Laila.
Lanjut Prof Diana Laila, “Andaikan di Indonesia Dokter dan Farmasi Klinis yg kompeten bisa bergabung maka tidak perlu lagi pasien-pasien ke luar negeri sekedar berobat sinusitis”.
Maka saran Prof Diana Laila untuk para pasien, libatkanlah Farmasi Klinis dalam konsultasi obatnya karena yang lebih paham obat itu bukan Dokter tapi Farmasi Klinis karena hal ini juga diakui oleh para Dokter dan Dokter Spesialis.
Menurut Prod Diana Laila untuk pengobatan kita harus melihat secara komprehensif dan tidak satu titik saja. Dan setiap obat itu punya efek samping yang harus hati-hati pemakaian dan peruntukkannya apalagi untuk penyakit komplikasi.
“Banyak hal terkait kesalahan pemakaian tentang obat yang saya dengar bahkan dari informasi mahasiswa yang praktek mengatakan erysanbe digunakan sebagai pemanis pengganti dalam racikan. Tahukah kita semua Erysanbe itu antibiotic. Nggak heran kasus resistensi antibiotik sangat meningkat tajam di Indonesia,” tandas Prof Diana Laila.
Lebih lanjut Prof Diana Laila mengatakan adalagi pencampuran antibiotik dengan racikan obat batuk dan demam. “Bagaimana harus dicampur antibiotik pemakaian harus dihabiskan kalau tidak, bisa menyebabkan resistensi sedangkan obat demam itu prn (bila demam saja). Tahukah kita semua obat demam paracetamol itu hepatotoksik sehingga dosis maksimum per hari harus d diperhatikan juga indikasi pun harus diperhatikan.
Komentar