Kamis, 02 Mei 2024 | 20:20
OPINI

Benda Diduga UFO Tertimbun di Dasar Gunung Padang

Benda Diduga UFO Tertimbun di Dasar Gunung Padang
Gambar hasil citra tomografi Gunung Padang (Dok TTRM)

ASKARA - Situs Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Cianjur, Jawa Barat, keberadaannya menjadi subjek kontroversi dan penelitian yang intens, karena beberapa peneliti meyakini bahwa situs ini adalah situs megalitikum kuno yang mungkin lebih tua dari Piramida Giza di Mesir. Beberapa teori menyatakan bahwa situs ini memiliki potensi sebagai struktur buatan manusia yang sangat tua, bahkan beberapa menganggapnya sebagai piramida tertua di dunia.

Penelitian terdahulu menggunakan metode geofisika dan ekskavasi arkeologi telah mengungkap bukti-bukti yang mendukung usia yang lebih tua dari apa yang sebelumnya dipikirkan. Namun, belum ada konsensus ilmiah yang mencapai kesepakatan tentang usia sebenarnya atau tujuan pembangunan situs tersebut. Ini membuat keberadaan Situs Gunung Padang menjadi subjek diskusi yang menarik dalam studi peradaban manusia, dengan banyak spekulasi tentang perannya dalam perkembangan budaya prasejarah di wilayah tersebut.

Namun beberapa waktu lalu, ramai beredar berita tentang dicabutnya publikasi ilmiah yang menyatakan Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, sebagai piramida tertua di dunia. Adalah Archaeological Prospection, jurnal online yang menyatakan klaim tentang Gunung Padang tersebut merupakan kekeliruan besar.

Bila pencabutan itu benar adanya, maka sebagai bangsa besar kita tidak perlu berkecil hati, karena para ahli purbakala kita telah menguji situs Gunung Padang dari berbagai sisi, diantaranya dengan geo listrik dan geo radar. Geo radar adalah singkatan dari "Ground Penetrating Radar" (GPR), yang merupakan sebuah teknologi non-destruktif untuk memetakan struktur bawah tanah. Alat ini menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mendeteksi dan memetakan benda-benda yang tersembunyi di bawah permukaan tanah, seperti pipa, kabel, reruntuhan arkeologi, dan lain sebagainya. Geo radar sering digunakan dalam berbagai bidang seperti arkeologi, rekayasa sipil, geologi, dan konstruksi.

Kajian multidisiplin di Gunung Padang telah mengungkap bukti kuat mengenai situs megalitik yang kompleks dan canggih. Korelasi antara stratifikasi batuan yang diamati melalui paparan permukaan, penggalian parit dan log inti, dikombinasikan dengan fasies GPR, lapisan ERT, dan tomogram seismik, menunjukkan adanya konstruksi multi-lapisan yang membentang sekitar 20 - 30 m.  Khususnya, anomali resistansi tinggi pada tomografi resistivitas listrik selaras dengan anomali kecepatan rendah yang terdeteksi pada tomografi seismik, yang menunjukkan adanya rongga atau ruang tersembunyi di dalam lokasi.  

Selain itu, operasi pengeboran menunjukkan hilangnya air secara signifikan, yang semakin mendukung keberadaan ruang bawah tanah. Penanggalan radiokarbon tanah organik dari struktur tersebut mengungkap beberapa tahap konstruksi sejak ribuan tahun SM, dengan tahap awal berasal dari era Palaeolitikum.  Temuan ini memberikan wawasan berharga mengenai sejarah pembangunan Gunung Padang, menyoroti kemampuan rekayasa peradaban kuno selama era Paleolitikum.

Jika dilihat dari hasil foto GPR yang pernah dipublikasikan Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang, maka akan terlihat di bawah rongga besar dalam perut Gunung Padang, ditemukan ada penampang besar terbuat dari logam, menyerupai parabola atau dapat dikatakan semacam pecahan piring terbang yang sangat besar, Unidentified Flying Object (UFO), karena luas areal Gunung Padang sendiri kurang lebih 3 hektar.

Jika benda logam mirip piring terbang itu benar adanya, maka hal tersebut selaras dengan pendapat Albert Einstein yang pernah mengungkapkan keyakinannya mengenai Unidentified Flying Object (UFO). Dia juga mengemukakan dugaan, pesawat-pesawat tersebut dikendalikan oleh manusia yang berasal dari planet lain. Dan itu berarti alien. 

Pendapat Albert Einstein diterangkan dalam buku ‘Timeless Earth’ karya Peter Kolosimo. Pada halaman 194 tercantum “Einstein, for instance, believed in a plurality of inhabited worlds, and is said to have maintained that the navigators of “flying saucers” are human beings who left earth 20,000 years ago and return to see how their descendants are getting on.” (Einstein, misalnya, percaya pada keberadaan berbagai dunia yang dihuni, dan dikatakan bahwa ia meyakini bahwa para pengemudi "piring terbang" adalah manusia yang meninggalkan Bumi 20.000 tahun yang lalu dan kembali untuk melihat bagaimana keturunan mereka menjalani kehidupan.) 

Menurut Albert Einstein, ia berpendapat, alien ini adalah keturunan dari manusia yang pernah tinggal di Bumi sekitar 20.000 tahun lalu, seperti disebutkan dalam buku "Makhluk-Makhluk yang Turun dari Langit" oleh Anis Mansour dan "Timeless Earth" oleh Peter Kolosimo.

Pendapat Albert Einstein ini senapas dengan pandangan Nazwar Syamsu dalam serial bukunya "Tauhid dan Logika." Nazwar Syamsu meyakini bahwa sebelum Bencana Banjir Besar di zaman Nabi Nuh, sekitar 13.000 tahun yang lalu, Bani Adam telah mencapai tingkat kemajuan ilmu pengetahuan yang tinggi dan telah mengembangkan teknologi penerbangan antar planet. Jika kita merujuk pada kompilasi pandangan Albert Einstein dan Nazwar Syamsu, terdapat kemungkinan besar bahwa sekitar 20.000 tahun yang lalu, manusia telah melakukan eksplorasi ke planet lain dan bahkan melakukan migrasi besar-besaran, yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dalam dunia ufologi sebagai Ras Lyran.

Ras Lyran sering kali disebut dalam konteks ufologi sebagai salah satu dari beberapa ras alien yang diklaim telah berinteraksi dengan manusia atau telah diamati dalam pengamatan UFO. Menurut beberapa teori ufologi, Ras Lyran dikatakan berasal dari sistem bintang Lyra, yang terletak sekitar 25 tahun cahaya dari Bumi.

Para pendukung teori ini mengklaim bahwa Ras Lyran adalah salah satu ras alien yang paling terlibat dalam memantau dan berinteraksi dengan manusia, bahkan mungkin memiliki peran dalam evolusi manusia dan perkembangan budaya kita. Namun, penting untuk dicatat bahwa klaim seperti ini sering kali tidak didukung oleh bukti empiris yang kuat dan sering kali dianggap sebagai bagian dari spekulasi dan mitos dalam komunitas ufologi. 

Dengan ditemukannya benda yang tersimpan di dalam perut Gunung Padang seperti yang ditampilkan gambar citra tomografi, harusnya Archaelogical Prospection berpikir ulang atas keputusannya mencabut publikasi ilmiah yang dibuat para arkelog Indonesia.

Dengan kemungkinan temuan benda di dasar Gunung Padang, mungkinkah teori ufologi terbukti, bukan hanya sebatas mitos? Dan Indonesia memang pusat peradaban dunia?

 

Komentar