Senin, 06 Mei 2024 | 04:10
OPINI

Nitizen Indonesia Dikatakan Paling Tidak Sopan se Asia Tenggara

Nitizen Indonesia Dikatakan Paling Tidak Sopan se Asia Tenggara
Insert penulis dan ilustrasi pengguna media sosial (unsplash)

Nitizen Indonesia Dikatakan Paling Tidak Sopan se Asia Tenggara 

Oleh: Aisy Andini Savitri
Mahasiwi Prodi Komunikasi, Sekolah Vokasi, IPB
University


ASKARA - Laporan Digital Civility Index (DCI) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia merupakan pengguna internet paling tidak sopan di Asia Tenggara. Netizen Indonesia menduduki peringkat ke-29 dari 32 survei kesopanan media sosial. Indeks Indonesia dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu hoax, scam, penipuan, ujaran kebencian, dan diskriminasi. Hal ini masih terbukti dan masih terjadi hingga saat ini mengingat banyaknya komentar netizen Indonesia yang berdampak besar pada suatu isu yang diperdebatkan. Bukan hanya di Indonesia saja, netizen Indonesia terkenal akan kemampuan berkomentarnya bahkan di negara-negara lain hingga disebut ‘The Power of Netizen +62’.

Namun jika dilihat secara obyektif, kebaikan masyarakat Indonesia, kebiasaan sehari-hari, adat istiadat dan tradisi masyarakat serta kebiasaan saling menyapa, mencium tangan orang yang lebih tua, menggunakan sapaan seperti bu, pak, mbak, mas dan kebiasaan positif lainnya, Indonesia pernah dikenal sebagai negara dengan masyarakat paling banyak tersenyum dan negara paling dermawan di dunia. Lalu mengapa Indonesia dianggap sebagai negara paling tidak sopan? Rendahnya kesopanan warga negara Indonesia inilah yang ditunjukkan melalui perilaku buruk di dunia maya. Internet telah membantu meningkatkan partisipasi masyarakat. Mereka yang sebelumnya tidak punya suara bisa menjadi satu, meski hanya di dunia maya. Setiap hari, kita terus terpapar oleh internet dan media sosial sehingga keseharian kita sangat bergantung pada yang namanya gadget.

Saat ini banyak orang yang mulai sadar akan fenomena yang terjadi disekitarnya. Sayangnya, dibandingkan negara maju, kualitas opini masyarakat di bidang perkembangan Internet tidak sama. Artinya, komentar netizen Indonesia selalu berisi opini yang sulit dibuktikan atau kurang kredibel. Komentar-komentar yang bertebaran pun biasanya tidak semata-mata untuk hal yang penting, banyak sekali kejadian biasa dijadikan sebagai bahan komentar. Artinya netizen Indonesia masih kurang bijak dalam berselancar di internet. Komentar tersebut juga dapat memicu pertengkaran sebab adanya perbedaan pendapat, tidak sekali dua kali dapat dilihat dan terjadi fenomena saling balas komentar dengan kata-kata kasar seakan- akan diri sendirilah yang paling benar dan bertengkar tanpa rasa takut.

Mengapa demikian? Banyak sekali netizen Indonesia yang berlindung dibalik akun anonim. Hal tersebut lah yang menjadikan opini, komentar, dan ujaran mereka dapat terlindungi sehingga identitasnya tidak dikenali. Namun, akibat- akibat dan masalah pun dapat muncul sebab jejak digital nyata adanya. Belum lagi, dampak dan efek yang diterima oleh orang yang menjadi sasaran komentar netizen. Nyatanya, pengalaman negatif di sosial media lebih memberikan dampak di kehidupan nyata ketimbang pengalaman positif. Pasalnya bukan hanya komentar positif yang didapat, komentar negatif pun ikut tersebar luas dan bukan hanya satu atau dua komentar saja.
 
Banyak sekali kasus-kasus cyberbullying yang berdampak pada kesehatan mental korban, bahkan adapula yang menyebabkan kematiah akibat bunuh diri. Ini adalah hal yang sangat serius bagi negara kita kedepannya, jangan sampai hal ini memakan banyak korban lagi.

Tentunya ini bukanlah hal yang harus dibiarkan, karena akan berdampak pada keberlanjutan ber-etika dalam menggunakan media sosial. Apalagi untuk zaman sekarang yang didominasi oleh Generasi Z atau generasi yang bertumbuh bersama internet dan penggunaan media digital. Sebagai contoh, netizen Indonesia sering sekali ikut campur dalam masalah orang lain sehingga memungkinkannya untuk menulis pendapat dan komentar yang menurutnya benar, padahal kita tidak tau kebenaran dari suatu hal karena bukan kita yang mengalaminya. Seperti yang kita semua ketahui dan rasakan, masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam opini dan tidak sungkan mengungkapkan pemikiran mereka tersebut ke dunia Internet, terkadang netizen Indonesia terlalu 'peduli' dan banyak berpendapat pada sesuatu yang seharusnya tidak mendapat perhatian dan sesuatu yang belum jelas kebenarannya.

Segala perubahan, harus bermula dari diri sendiri. Hal-hal kecil seperti tidak menyalahgunakan platform media sosial sebagai sarana menjatuhkan orang lain, menulis komentar semena-mena, dan berpendapat dengan seenaknya, harus dihindari. Literasi digital juga memegang peran yang sangat penting dalam menggunakan media sosial, masyarakat Indonesia banyak yang menyepelekan literasi sehingga menjadikannya minim literasi di negara ini. Ini juga harus ditingkatkan agar generasi kita menjadi generasi yang melek digital.

Dengan social skill yang beriringan dengan perkembangan teknologi yang ada, literasi digital erat kaitannya dengan referensi dan wawasan yang luas, yakni membuat masyarkat pasti akan jauh lebih pintar dan bijaksana dalam bersosial media khususnya mengungkapkan opininya di sebuah kolom komentar pada sebuah berita yang sedang ramai diperbincangkan oleh masyarkant. Hal tersebut membuat masyarkat akan jauh lebih berhati-hati dalam bertingkah laku di sosial media karena, dengan kebiasaan crosscheck terlebih dahulun melakukan riset kecil- kecilan terlebih dahulu sebelum berkomentar ataupun menyebrkan berita palsu atau berita hoax akan terminimalisir dengan baik. Fenomena yang terjadi pada netizen Indonesia ini perlu diarahkan serta diberi literasi, karena akun media sosial dengan banyak pengikut bisa memiliki kekuatan besar dan tidak semuanya menyebarkan hal positif. Pengetahuan bermedia sosial dengan bijak juga butuh keberimbangan informasi agar mempengaruhi cara bersikapnya.

Sebaiknya, ketika ingin berkomentar buruk, simpan saja di dalam hati agar menghindari rekam digital yang negatif. Banyak sekali hal-hal yang terjadi berdasarkan komentar-komentar jahat yang dilontarkan netizen Indonesia. Tidak sedikit korban merasa tertekan, tidak percaya diri, bahkan merasa diatur. Hal-hal seperti ini harus dipikirkan sebelum bertindak, kebijakan kita dalam berkomentar akan berdampak bagi siapapun yang kelak menerimanya nanti. Jadikanlah media sosial menjadi tempat mencari inspirasi, motivasi, dan hal-hal positif yang bisa meningkatkan kualitas diri sendiri.

Komentar