Sabtu, 04 Mei 2024 | 07:08
OPINI

Dydan Muhammad Al Basith, Kegagalan sebagai Evaluasi dan Menggembangkan Potensi dengan Semangat Prestasi

Dydan Muhammad Al Basith, Kegagalan sebagai Evaluasi dan Menggembangkan Potensi dengan Semangat Prestasi
Dydan Muhammad Al Basith (Dok IG dutaipb)

Oleh: Eziza Rahmi

Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University Program Studi Komunikasi Digital dan Media

ASKARA - Dydan Muhammad Al Basith adalah Mahasiswa Berprestasi tahun 2023 sekaligus Duta IPB University, yang sampai saat ini masih menjadi mahasiswa aktif semester akhir. Ia lahir pada 28 April 2002 di Tasikmalaya dan menempuh pendidikan sampai jenjang SMA disana. Pada tahun 2020, Dydan berhasil diterima masuk ke perguruan tinggi negeri, IPB University, di departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Memiliki ibu yang bernama Yanti Maemunah dan ayah bernama Tatang Danial, yang berasal dari Tasikmalaya. 

Sejak SD, SMP, dan SMA, Dydan tidak pernah mengikuti lomba karena biasanya di sekolah lebih banyak kegiatan organisasi, karena Dydan merupakan anak pramuka, jadi Ia pernah mengikuti lomba di bidang tersebut. Beberapa kali, Dydan mengikuti lomba di bidang seni puisi, seni musik, dan pidato. Banyak kegiatan di SMP dan SMA yang membuat Ia tidak pernah mencoba hal baru, seperti penulisan dan bisnis. 

Dydan tidak pernah terimpikan akan menjadi Duta dan Mahasiswa Berprestasi. Saat awal masuk kuliah tahun 2020, tepatnya saat MPKMB, Ia dikenalkan dengan orang-orang hebat, yang pada saat itu mereka menjabat sebagai Duta IPB, Mahasiswa Berprestasi, dan sebagai Presiden Mahasiswa. Karena pada tahun itu masa pengenalan berlangsung on-line, Dydan mengandalkan Instagram dan Linkedin untuk mencari infromasi, dan ternyata bahwa orang-orang tersebut merupakan orang hebatnya IPB. Saat MPKMB Ia menulis impiannya, yang pertama Dydan ingin menjadi Mahasiswa Berprestasi, yang kedua menjadi Duta IPB, dan yang ketiga-nya adalah mempunyai Bisnis. Jadi ketiga itulah yang pertama kali Dydan tulis di semester satu tahun 2020. 

Proses menjadi Mapres (Mahasiswa Berprestasi) tentu sangat panjang dan tidak instan. Menjadi Mapres bukan seberapa banyak prestasi dalam mengikuti lomba, namun Dydan mempunyai perspektif bahwa Mampres adalah orang yang bisa mengenal diri sendiri, siapa diri kamu, latar belakang nya seperti apa, kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Selain itu, perspektif kedua adalah mengenali lingkungan, karena selama berkuliah, Ia tinggal di Asrama yang sering berpindah-pindah dan tidak pernah Kos. Lingkungan seperti ini menjadi tempat Dydan untuk berimpact, banyak potensi-potensi yang Ia temukan di Masyarakat Desa Cibanteng, Mengikuti PKM riset dan PKM pengabdian tentang pemanfaatan maggot. Sampai akhirnya, yang Dydan rasakan bahwa dirinya memiliki impact yang di berikan kepada Masyarakat. Setelah mengenal diri sendiri dan mengenal lingkungan, Dydan bisa memberdayakan kelebihannya dengan mengikuti lomba.  

Namun, perjalanannya tidak semulus itu, selama tahun 2020-2021 tidak pernah berhasil, ketika itu mencoba untuk ikut Mapres tetapi gagal karena prestasi yang kurang dan Bahasa inggris yang buruk, sehingga hanya juara 3 di departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Sampai akhirnya 2022 Dydan memutuskan untuk fokus di bidang organisasi. Ia menjadikan semua kegagalan sebagai evaluasi dan bertekad untuk membuktikan bahwa Dydan bisa menjadi Mapres di tahun 2023. Dari awal tahun 2022 sampai 2022 akhir Ia mengikuti lomba setiap bulan, setiap minggu, mengikuti lomba bisnis plan, lomba karya tulis, lomba public speaking, lomba debat, dan masih banyak lagi. Sampai pada akhirnya Dydan menjadi juara, salah satunya juara nasional. Prosesnya sangat panjang, setelah berhasil menjadi juara, Ia beberapa kali mengikuti Speaking Partner Bahasa Inggris, dan Latihan di YouTube, Aplikasi, sebagainya. Saat evaluasi yang telah Dydan benahi itulah hal yang membuat Ia akhirnya menjadi Mahasiswa Berprestasi. 

Beberapa hal yang menjadi motivasi Dydan, yang pertama adalah Ia ingin mendatangkan Orangtua-nya ke Bogor lewat undangan Mahasiswa Berprestasi, bahwa anaknya dianugerahi pencapaian tersebut di Gedung GWW (Graha Widya Wisuda), tempat yang menurutnya Gedung sakral, karena Gedung ini biasanya di pakai untuk prosesi penganugerahan, prosesi wisuda, dan sebagainya. 

Motivasi kedua adalah karena dirinya berasal dari Tasikmalaya yang terkenal dengan religi nya yang kuat, prestasinya hanya di bidang Keagamaan dan Pertanian. Dydan ingin suatu saat bisa mengembangkan daerah di Tasikmalaya, dengan potensi yang luar biasa, sampai bisa menjadi sosok keteladanan di masa depan. Karena keresahan, perubahan iklim, dan latar belakang kepramukaan, Dydan akan fokus kepada bidang lingkungan yang bisa memberikan impact mengenai solusi kepada perubahan iklim. Jadi itulah motivasi Dydan, untuk Orangtua, Cita-cita, Potensi Desa dan keresahaan tentang lingkungan.  

Kilas balik di tahun 2020 Dydan pernah menulis bahwa Ia ingin menjadi Duta IPB, yang akhirnya di tekadkan oleh Dydan setelah menjadi Mapres. Menjadi Duta IPB menjadi suatu loncatan untuk Dydan menjangkau hal di luar sana. Bisa mengenal stakeholder, mendapatkan jam terbang tentang kegiatan yang luar biasa di IPB. 

Akhirnya daftar Duta dengan niat awal yang tidak terlalu serius, dengan Ia mengikuti setiap prosesnya, men-challenge diri sendiri, dan banyak mencoba hal baru. Seperti, membuat video informatif yang menjadi impact bagi orang di media sosial. Untuk mengenal diri sendiri lebih dalam dan terus menggali potensi diri, dengan komunikasi yang bagus, dengan keunikan diri, dan kelebihan Dydan, tidak cukup untuk menjadi duta. Dydan terus belajar dari proses seleksinya, proses seleksi yang berjalan sampai 5 stage itu membuat Ia belajar hal baru, tentang drama, monolog di depan banyak orang, di tantang mengenai wawasan umum, wawasan tentang IPB, dan menjelaskan kebanyak orang. Motivasi Dydan dengan banyaknya pembelajaran di setiap proses, itu menjadi tempat Ia untuk berkembang. 

Dampak menjadi Mapres dan Duta IPB adalah, yang pertama membuat Dydan tahu kelebihannya, bisa memberdayakan kelebihan itu dengan lomba, kerja, dan organisasi. Kedua, dalam pola berpikir dan paradigma berubah, sebelum menjadi Mapres dan Duta, biasanya takut mencoba hal baru, minder, kalah dan tidak bisa.  Setelah ikut Mapres dan Duta, berubah menjadi pola pikir yang “Coba dulu, Belajar apa yang ada di depan, dan Lakukan).  

Satu pepatah yang selalu Dydan ingat “If you think you are good, your death” dan setelah menjadi Duta, Ia merasa tidak cukup sudah menjadi orang hebat, akhrinya Dydan membuka cakrawalanya untuk melihat ke depan bahwa orang di luar sana masih banyak yang lebih hebat, masih banyak orang-orang yang berprestasi, bisa dapat karir yang gemilang. Itu semakin membuat Dydan terpacu, banyak yang harus Ia pikirkan seperti pasca kampus, pemikiran dan visioner. 

Ketiga adalah adaptasi, Jika Dydan tidak mengikuti Mapres dan Duta IPB, dia hanya akan bisa stuck, tidak pernah melek akan perubahan dan teknologi. Keempat adalah Dydan bisa ber-impact kepada lingkungan yang sangat kecil, yang ternyata memberi manfaat itu tidak perlu yang besar, cukup yang kecil namun berkala secara konsisten dan komitmen. Seperti di lingkungan Asrama,dan lingkungan Pertemanan. Terakhir bisa mendapat perkerjaan di Sekretaris Pimpinan, dipandang orang yang mampu bekerja secara professional, bertemu stakeholder yang hebat, dan pihak eksternal seperti, Kementrian dan Pimpinan Perusahaan. 

Tentunya hal ini tidak mungkin bisa tercapai tanpa doa dari Orangtua. Kedekatan Dydan dengan Ayah dan Ibu nya seperti, melaporkan apa yang sedang dilakukan, melaporkan bahwa sedang mengikuti lomba dan meminta doa serta dukungan  mereka. Membangun komunikasi yang baik, dengan dua hari atau satu hari melakukan telponan, diberi dukungan secara mentalistik, materialistik dan batin. Karena Dydan di Bogor dengan beasiswa, tinggal di Asrama dan tidak Kos, cukup meringankan beban Orangtua. Setiap kali Orangtua merasa senang, Dydan semakin bersemangat. 

“Hal yang utama untuk selalu berproses dan terus berjalan, caranya adalah tanamkan pada diri kalian sendiri bahwa jangan takut terhadap masalah besar, karena kita punya Allah yang Maha Besar” - Dydan Muhammad Al Basith. 

“Jika lihat dari sisi dunia, orang-orang tidak akan  puas, dan semua orang berlomba untuk terus meningkatkan diri, jadi yang harus kita lakukan adalah Try Best! Jika sudah totalitas dengan hal kita berikan, lalu yang kedua yaitu tawakal dan sabar” - Dydan Muhammad Al Basith.  

Komentar