Senin, 06 Mei 2024 | 11:45
OPINI

Menembus Batas Keterbatasan Putra Rusdiansyah, Penyandang Difabel Bawa Orang Tua ke Tanah Suci

Menembus Batas Keterbatasan Putra Rusdiansyah, Penyandang Difabel Bawa Orang Tua ke Tanah Suci
Putra Rusdiansyah, penyandang difabel membawa orang tua ke Tanah Suci (Dok Dhea)
Oleh: Dhea Salma Rihadatul Aisyah
Mahasiswa Komunikasi Digital dan Media Sekolah Vokasi IPB University
 
 
ASKARA - Selama hidup, sebagai manusia pasti menghadapi kesulitan dan beberapa orang mampu memberi semangat dan membuktikan kekuatan tidak selalu terletak pada kemampuan fisik, melainkan pada kemauan yang tinggi dan tidak mudah menyerah. Seorang difabel penghafal Quran, Putra Rusdiansyah merupakan pemuda yang membuktikan dengan semangat dan kegigihan dalam menghadapi keterbatasan mampu membuka jalan tak terduga dan membawa Ibu tercinta ke tanah suci. Keterbatasan yang ia hadapi tidak jadi penghambat dalam menjalani kehidupan. 
 
Meski demikian, di sisi lain  keterbatasan dapat dianggap sebagai batasan yang melintas perjalanan hidup, memerlukan kegigihan dan ketekunan, serta kesempatan untuk menginspirasi orang lain yang dapat mengukir makna kehidupan lebih berarti. Sementara menghadapi keterbatasan, seseorang memiliki peluang untuk menggali kekuatan yang luar biasa, bahkan menembus batas-batas yang mungkin tampak tidak terjangkau. Putra Rusdiansyah, menemukan potensi mengubah keterbatasan menjadi kekuatan melalui menghafal kitab suci Alquran. 
 
Putra Rusdiansyah terlahir dengan keadaan prematur usia kandungan 6 bulan yang berberat badan hanya 1,2 kg. Beberapa hari saat kelahiran kondisi Putra melemah dan membiru akibat banjir besar. Putra sempat dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan tidak tertolong tetapi dengan tekad seorang ibu, Putra akhirnya dapat diselamatkan dari gendongan hangat ibunya. Peristiwa tersebut dinamakan  dalam istilah jawa “Nyowo Balen” yang memiliki arti menggambarkan kondisi seseorang mampu bertahan hidup kembali ketika sudah dinyatakan meninggal oleh pihak dokter. 
 
Meskipun menghadapi keadaan sulit dan berbagai tantangan, semangat Putra tidak pernah surut. Putra telah melewati berbagai pengobatan hingga 200 orang lebih yang menangani, sikap ikhtiar tersebut belum menunjukkan hasil yang signifikan. Namun, kemauan untuk tetap menjalani hidup Putra sangat tinggi dan sudah berdamai dengan dirinya. Saat ini, ia tidak lagi menjalani perawatan insentif melainkan berserah diri dan mengisi kegiatan yang lebih mendekatkan diri dengan Allah. 
 
Awal mula Putra menjadi penghafal tidaklah mudah. Ia mengalami perundungan saat di bangku SMP karena keterbatasan fisik yang ia miliki. Selain itu, Putra juga dihadapi masalah dengan lingkungan sekolah yang kurang mendukung Putra. Guru menyarankan untuk bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) dengan alasan Putra tidak mampu mengikuti kurikulum sekolah. Sejak saat itu, Putra putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikannya di SMP. 
 
Putra mengisi waktu luangnya dengan mengaji. Ia sudah belajar mengaji sejak usia 4 tahun tetapi keinginan untuk mulai menghafal Quran ketika ia usia 18 tahun. Saat itu, Putra mulai bermain media sosial Instagram dan mengunjungi akun Ustadz Adi Hidayat yang mampu mengetuk hatinya dan menjadikan Ustadz Adi Hidayat sebagai role model. Dalam kesempatan lain, Putra akhirnya bertemu secara langsung dengan Ustadz Adi Hidayat.
 
Pertemuan antara Putra dan Ustadz Adi Hidayat seakan menjadi portal membuka pintu keberhasilan. Ustadz Adi Hidayat memberangkatkan Putra dan Ibu Putra ke tanah suci untuk umroh. Disamping itu, Ustadz Adi Hidayat juga yang membantu dan membimbing Putra secara daring untuk menghafal Quran beserta pelafalannya. Dengan kegigihan Putra, ia berhasil menghafal 30 juz ayat suci Alquran dalam waktu hanya 45 hari. 
 
Keberhasilan Putra menjadi Hafidz Quran bukan semata-mata hanya menghafal tetapi keinginan akan belajar yang tinggi, kemampuan daya tangkap, dan semangat luar biasa. Saat ini, Putra juga bercerita menguasai bahasa Inggris dan Arab melalui mimpi. Terlebih lagi, ia juga menggunakan media sosial dengan bijak untuk belajar berbagai bahasa. Menjadi Hafidz Quran memiliki tantangan untuk mempertahankan hafalan yang sudah dimiliki. Putra mengungkapkan dirinya menggunakan metode One Day One Ayat (sehari, seayat) dan meluangkan waktunya perhari untuk bertadarus. 
 
Saat perjalanan menghafal Quran, Putra dihadapkan pada keterbatasan fisik tetapi dengan semangat yang tidak tergoyahkan membuatnya tidur hanya dua jam sehari. Kekurangan tidur bukanlah penghalang untuk Putra yang memiliki tekad kuat dan semangat yang menggebu. Ketekunan Putra  juga  menjadi inspirasi tentang membangun karakter, ketangguhan, dan keteguhan hati dalam menghadapi setiap rintangan hidup. Dedikasi tinggi Putra mengajarkan kepada kita semua bahwa semangat dan tekad yang kuat dapat mengubah keterbatasan menjadi kekuatan, membuktikan bahwa cahaya ilahi tidak mengenal hambatan fisik, dan kebesaran hati dapat meraih keajaiban bahkan dalam kondisi yang paling sulit.
 
Perjalanan hidup yang luar biasa indah dengan perjuangan dalam keterbatasan membawa Putra dan Ibu ke tanah suci merupakan hal tak terduga bagi keduanya. Kebahagiaan mendapatkan kesempatan berharga dari sang idola Ustadz Adi Hidayat membuat Putra sangat bersyukur. Segala keterbatasan yang dimiliki, Putra tidak menyangka akan berada di Tanah Suci. Hanya membutuhkan waktu 3 minggu, Putra dan Ibunya berangkat tanpa biaya apapun termasuk biaya administrasi visa. 
 
Pelajaran dan kisah inspiratif ini seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi kita dan cambuk semangat untuk menghadapi setiap tantangan yang kita hadapi. Ini juga bentuk dari cerminan bahwa kemauan yang kuat dan ketekunan dapat menemukan seribu potensi. Putra menyampaikan pesan untuk para difabel jangan pernah menyerah, never give up, always think Allah, apapun ujian dan masalah pasti ada jalan. Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus memelihara semangat pantang menyerah, membangun tekad yang kokoh, dan memelihara keyakinan pada potensi diri. Dengan adanya kisah inspiratif ini, harapannya  kita dapat menghadapi segala tantangan dengan penuh keberanian, memotivasi diri sendiri untuk mencapai impian, dan meyakini bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita bersungguh-sungguh. 

Komentar