Kamis, 02 Mei 2024 | 09:01
OPINI

Apakah Aksi Boikot Produk Israel Mampu Membawa Perubahan yang Positif atau Justru Sebaliknya?

Apakah Aksi Boikot Produk Israel Mampu Membawa Perubahan yang Positif atau Justru Sebaliknya?
Protesting Crowd Vector Illustration (Dok Freepik)

Oleh: Luthsya Artvi Dasniar *

 
ASKARA - Pada pertengahan tahun 2023 hingga tahun 2024 dunia tengah dihebohkan dengan adanya pemberitaan mengenai tindakan genosida yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina. Banyak masyarakat dari berbagai belahan dunia yang menentang dan mengecam aksi kejam tersebut.

Berbagai macam aksi dilakukan oleh masyarakat sebagai bentuk protes atas tindakan tersebut. Salah satu bentuk protes yang dilakuan adalah seruan untuk memboikot beberapa produk yang diduga berafiliasi dengan pemerintahan Israel. Aksi pemboikotan dilakukan dalam rangka memberikan dukungan kepada Palestina dengan memberikan tekanan ekonomi kepada Israel. Melalui aksi pemboikotan ini tentunya seluruh Masyarakat dunia berharap agar tindakan genosida ini dihentikan sehingga rakyat Palestina mampu mendapatkan keadilan, kedamaian dan hak yang setara.

Seruan aksi pemboikotan ini nyatanya tidak serta merta mudah diterima dan dilakukan oleh masyarakat. sebagai contoh, Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak menerima perusahaan asing untuk kemudian melakukan bisnisnya di dalam negeri. Tak dapat dipungkiri kehadiran perusahaan asing tersebut memiliki dampak yang signifikan terutama bagi perekonomian di Indonesia. Banyak dari perusahaan asing tersebut yang kemudian membuka lahan pekerjaan bagi sumber daya manusia di Indonesia dan meningkatkan Tingkat kesejahteraan rakyat.

Lantas apa yang kemudian akan terjadi kepada para tenaga kerja di Indoensia apabila aksi boikot ini terus dilakukan?.

Menurut kesaksian seorang pegawai dari gerai salah satu brand makananan siap saji, dikatakan bahwa jam kerja mereka sudah mulai dikurangi sehingga hal ini berdampak kepada penerimaan gaji yang lebih sedikit daripada sebelumnya.

Para pekerja kontrak di Indonesia juga mengaku mengalami kecemasan akibat dari maraknya aksi pemboikotan ini. Pasalnya banyak dari pekerja kontrak tersebut yang mengatakan bahwa jam kerja mereka sudah mulai dikurangi atau bahkan mereka bekerja hanya mengikuti jadwal yang ditentukan oleh manajer melihat dari kondisi toko yang ramai atau tidak, hal ini tentunya menjadi masalah yang membawa dampak signifikan bagi para pekerja kontrak, pasalnya mereka hanya dibayar berdasarkan hari bekerja.

Kontroversi aksi pemboikotan nyatanya tidak hanya muncul dari prespektif para pekerja namun juga bagi para konsumen. Banyak dari konsumen yang merasa kebingungan saat mendegar seruan aksi boikot tersebut, pasalnya kebutuhan rumah tangga yang biasa digunakann untuk keperluan sehari-hari mereka merupakan produk yang berasal dari brand yang termasuk dalam daftar list boikot. Kebingungan di tengah Masyarakat ini diduga muncul akibat masih sedikitnya produk pengganti yang kemudian dapat memenuhi kebutuhan sehari hari.

Sebagai contoh lainnnya, salah satu pelaku usaha penjual hidangan dessert harus menghilangkan salah satu varian menu yang dijual dikarenakan varian menu tersebut menggunakan produk dari salah satu brand yang termasuk dalam list boikot. Beberapa dari konsumen dari produk tersebut jujur merasa sedih dan kecewa karena mereka tak lagi dapat mengonsumsi produk tersebut namun beberapa dari mereka juga merasa hal tersebut bukanlah menjadi masalah selama apa yang mereka lakukan tersebut dapat menjadi salah satu bentuk solidaritas aksi dukungan untuk warga Palestina. 

Seruan aksi boikot produk yang ramai dilakukan oleh banyak masyarakat di berbagai belahan dunia ini tentunya dapat menimbulkan berbagai tanggapan dan dampak yang berbeda bagi setiap lapisan masyarakat terutama di Indonesa. Dimulai dari jam kerja yang dikurangi sehingga berdampak pada jumlah gaji yang diterima hingga kebingungan dalam mencari produk pengganti utuk kebutuhan sehari-hari.

Menurut pendapat saya, momen di tengah aksi pemboikotan nyatanya dapat membawa perubahan yang positif apabila dimaksimalkan sebaik mungkin. Momen ini nyatanya dapat menjadi momen emas bagi para pengusaha di Indoensia. Momen ini tentunya dapat dimaanfaatkan sebagai ajang yang efektif bagi para pengusaha untuk memunculkan brand-brand baru untuk kemudian digunakan masyarakat sebagai produk alternatif untuk keperluan hidup sehari-hari.

Tidak hanya itu, kemunculan banyak brand baru di momen ini juga dapat menjadi solusi bagi para pekerja yang usahanya terkena dampak. Kemunculan brand-brand baru dalam negeri tersebut tentunya dapat membuka lapangan kerja baru. 

Pengeloaan waktu yang baik di masa ini tentunya dapat menjadi suatu kesempatan yang baik terutama bagi para pengusaha dari brand-brand baru untuk kemudian dapat mendapatkan perhatian masyarkat.

Di tengah kebutuhan masyarakat yang mengalami keterbatasan dalam memilih produk dan kesulitan dalam mencari pekerjaan, tentunya momen ini dapat membawa pengaruh yang positif apabila mampu untuk dikelola dengan baik. Dengan begitu pula masyarakat dapat melakukan aksi solidaritas tanpa harus menerima dampak  negatif yang signifikan.

Sangat disayangkan, menurut saya hingga saat ini masih belum banyak produk lokal baru yang kemudia muncul di pasaran. Namun sangat memungkinkan jika pada saat ini para pengusaha masih berusaha untuk membangun brand mereka dan mengambil hati masyarakat.

Proses untuk membangun kepopuleran suatu brand baru di masyarakat tentu bukanlah suatu perkara yang mudah. Namun saya rasa di tengah krsis kepercayaan masyarakat atas produk yang beredar saat ini setidaknya dapat membantu para pengusaha lokal untuk kemudian memperkenalkan produk mereka di hadapan masyarakat dengan lebih mudah.

Saya harap setidaknya aksi boikot yang dilakukan masyarakat di berbagai belahan dunia saat ini tidak hanya akan menimbulkan dampak negatif namun juga menimbulkan dampak positif seperti mulai munculnya brand-brand baru yang dapat menyaingi brand yang sudah ada pada saat ini sehingga produk-produk hasil  Indonesia dapat berkompetisi dengan produk milk brand internasional.

* Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB Angkatan 59 Prodi Komunikasi Digital dan Media  

Komentar