Sabtu, 27 April 2024 | 19:12
NEWS

Bedah Buku Kiai Pesantren Membangun Peradaban, Prof. Rokhmin: KH. Said Aqil Siroj Sosok Tauladan Pecinta Ilmu

Bedah Buku Kiai Pesantren Membangun Peradaban, Prof. Rokhmin: KH. Said Aqil Siroj Sosok Tauladan Pecinta Ilmu
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MM

ASKARA - Nahdlatul Ulama (NU) dalam pendidikan harus banyak belajar dari Muhammadiyah. Dari 75 perguruan tinggi yang mendapat akreditasi hanya 10 yang swasta, 5 diantaranya dari Muhammadiyah. Yaitu: Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Demikian disampaikan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MM saat menjadi narasumber pada acara bedah buku dan peluncuran buku biografi berjudul Kiai Pesantren Membangun Peradaban: 70 Tahun Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A. di Aula Latief Hendraningrat Gedung Dewi Sartika Lt. 2, Kampus A UNJ, Jakarta, Kamis, 22 Februari 2024.

“Dalam pendidikan kita harus kesana. Kang said mendirikan Universitas NU sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dan kang said mencoba memberikan pemahamanan tentang entrepreneurship,” ujar Prof. Rokhmin Dahuri, diampingi narasumber lain yaitu Fachry Ali, Prof. Nadirsyah Hosen, Ph.D dan penulis Dr.H.Sa'dullah Affandy, M.Ag.

Lebih lanjut, Prof. Rokhmin Dahuri yang juga Dosen Kehormatan Mokpo National University Korea Selatan itu, memaparkan Nabi Muhammad SAW menjadi Nabi hanya 23 tahun. Tetapi menjadi seorang entrepreneur mulai berusia 8 tahun ketika diajak bisnis oleh pamannya.

“Kalau kita tanya kepada keluarga muslim seluruh Indonesia, 80 persen berharap anaknya menjadi PNS. Padahal ajaran Islam mengajarkan kita harus ada capital supaya terjamin,”  kata Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – 2024 itu.

Prof Rokhmin Dahuri mengatakan bahwa kunci untuk memajukan Indonesia menjadi Negara makmur ada pada firman Allah dalam Alquran Surah (QS) al-Araf ayat 96. “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-A'raf: 96).

Buku tersebut, bebernya, mengulas perjalanan hidup, kisah perjuangan, dan cakrawala pemikirannya. Tidak hanya itu, pengabdian, perjuangan, dan pengorbanan untuk kemanusiaan juga dibahas. Banyak hal yang dapat pembaca ambil dari tauladan sosok Kang Said sebagai pecinta ilmu, penggemar baca kitab dan buku, senang berdiskusi dan berorganisasi, serta berwawasan luas.

Di buku ini, terang Prof. Rokhmin Dahuri, endingnya supaya pembaca itu beriman dan bertakwa kepada kepada Allah, rahmatan lil alamin. Menurutnya, rugi kalau bangsa Indonesia tidak membaca buku ini. Ia juga berharap semoga presiden yang terpilih membaca buku ini supaya Indonesia menjadi “Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghofur”.

“Nah, karena kita hidup di bumi Pancasila, beriman dan bertakwa menurut agamanya masing-masing. Karena takwa itu menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya,” ucap anggota Dewan Penasihat Ilmiah Internasional Pusat Pengembangan Pesisir dan Laut, Universitas Bremen, Jerman tersebut.

Prof. Rokhmin Dahuri mengaku khawatir kepada umat Islam tidak maju. Karena menjalankan perintah Allah hanya ibadah mahdhah, (salat, ibadah haji, dzikir, dan membaca Al-Qur’an). Seharunya, menjalankan juga ibadah ghaira mahdhaj (hablum minnas). “Seperti menuntut dan menguasai IPTEK, jujur, berkerja keras, menyayangi sesama makhluk, dan amal saleh muamalah lainnya, seperti di zaman Ibnu Al Khawarijmi,” terangnya.

Selanjutnya, Prof. Rokhmin Dahuri menceritakan bahwa kesuksesan Mark Zuckerberg dalam membuat Facebook sebagai media sosial terpopuler di dunia saat ini adalah hasil dari “berguru” kepada salah satu ilmuwan Muslim.

Dalam salah satu komentarnya, “Saya heran ada orang-orang yang terlalu mengidolakan saya, padahal saya sangat mengidolakan ilmuwan Muslim Al-Khawarizmi karena tanpa Algoritma dan Aljabar, maka jangan pernah bermimpi ada Facebook, WhatsApp, BBM, Line, games bahkan komputer.”

Lalu, siapa Al-Khawarizmi? Nama lengkapnya adalah Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi, dilahirkan di Uzbekistan(194 H/780 M) dan wafat di Baghdad (266 H/850 M). Dia adalah perintis dalam ilmu matematika dan ilmu-ilmu pasti yang lain.

Al-Khawarizmi adalah pelopor dalam penggunaan angka nol dalam matematika yang dikenal dengan nama algoritma. Ia menulis buku babon tentang matematika, yaitu “al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabar wa al-Muqabalah (Kompendium tentang Hitung Aljabar dan Persamaan, tahun 825 M).

Kemudian, Prof. Rokhmin Dahuri menceritakan kisah Rasulullah SAW mencintai sahabatnya Sa’ad bin Mu’adz Ra, karena kedua tangannya lebam. Ketika bersalaman, terasa oleh beliau Nabi Muhammad SAW telapak tangan Mu’adz yang kasar karena habis bekerja memahat batu lalu dijual untuk menafkahi keluarganya. Mendengar itu Rasulullah SAW mencium tangan Sa’ad bin Mu’adz Ra dan bersabda, “Wallahi, tangan ini dicintai Allah dan RasulNya dan tidak akan disentuh api neraka!”

Pertanyaannya, kemudian mengapa kehidupan Umat Islam, baik di Indonesia maupun di tingkat dunia pada umumnya masih kurang sejahtera dan tertinggal. Indonesia, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, pun masih sebagai negara berpendapatan menengah (middle-incomecountry).

“Pendapatan perkapitanya masih 4.580 dollar per orang/kapita. Padahal, persyaratan minimal untuk sebuah Negara bisa dinobatkan sebagai negara maju dan makmur kalau GNI (Gross National Income) perkapitanya 13.800 dolar AS.  Dibandingkan dengan Thailand sudah 7000, Malaysia sudah hampir 12.000, Singapura 70000 perkapita per orang. Masih jauh panggang dari api, minimal 13.800 kita 4580 dollar,” tandas Wakil Ketua Dewan Pakar Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI) ini.

Dalam sebuah studi yang dilakukan IPB dan UI bekerjasama dengan KPK yang diketuai Abraham Samad waktu itu, ternyata kalau sektor ESDM dimanej dengan penuh akhlak mulia itu benefitnya orang Indonesia tidak bekerja pun setiap orang dapat 20 juta per bulan.

Maka, sambungnya, jika  berbicara kemiskinan menurut versi BPS setelah covid rakyat yang miskin masih 9,4 persen, atau sekitar 26 juta orang. “Garis kemiskinan itu munafik tidak benar, hanya 580ribu per orang/bulan, cukup apa?” tegas Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Kelautan dan Perikanan itu.

Garis kemiskinan yang realistis, jelasnya, menurut Bank Dunia yaitu sekitar 3,2 dolar AS perorang/hari, atau 96 dolar AS per bulan. Kalau kurs rupiah satu dolarnya 15 ribu, maka sekitar 1,5 juta per orang/bulan, orang miskin di Indonesia masih 187 juta itu, 47 persen. Orang dianggap tidak miskin kalau pengeluarannya itu sekitar 1,3 juta perorang/bulan. “Selama 6 bulan saya di Indramayu dan Cirebon merasakan sendiri kemiskinan di daerah ini. Lagi sakit Negara ini,” ungkapnya.

Sekarang umat Islam di Indonesia dibuat tangan dibawah karena setiap kunjungan ngasih sepeda, ngasih ksos, nasi bungkus, bansos dst.  “Saya menangis, karena rakyat Indonesia menganggap pemimpin yang baik kita adalah yang memberi uang, yang memberi bansos, yang memberi sepeda. Pemimpin macam apa model seperti ini,” katanya.

Dewasa ini kejujuran, amanah, keikhlasan, dan persatuan (ukhuwah) telah menjadi barang langka di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Tidak sedikit para pemimpin dan elit bangsa kita yang hanya mengumbar janji pada saat kampanye, tanpa realisasi ketika terpilih menjadi pemimpin atau wakil rakyat.  Pencitraan dan hoax dijadikan alat untuk memamerkan kinerjanya.

Lalu, pertanyaannya bagaimana Negara kita menjadi baldatun warobbun ghofur atau Indonesia Emas? Prof.

Mengutip Michael Porter, Prof. Rokhmin Dahuri menyebut, syaratnya ada empat. Yaitu, bangsa Negara harus punya konsep peta jalan pembangunan yang benar, komprehensif, dan dilaksanakan secara bersinambungan. “Bukan ganti presiden, ganti menteri, ganti gubernur, ganti bupati ganti lagi,” tukasnya.

Kedua, setiap komponen bangsa harus mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Ketiga, antar komponen bangsa bekerjasama (sinergi), dan keempat kita harus punya leader yang berakhlak mulia. Keempat, compatible, good strong leader. “Salah besar kalau ada pemimpin bilang akhlak tidak perlu dipertimbangkan, dan tentunya iman dan takwa,” tegasnya.

Direktur Eksekutif Said Aqil Siroj Dr.H. Sa'dullah Affandy, M.Ag. mengatakan terbitnya buku ini akan menambah koleksi pustaka tentang pemikiran tokoh besar yang lahir dari pesantren tradisional dannkemudian memperluas ilmunya di lembaga pendidikan tinggi nasional dan internasional tanpa kehilangan karakteristik kesantriannya.

"Banyak legacy beliau waktu menjadi Ketua PBNU seperti mengembangkan universitas (Univ Nahdlatul Ulama), membuat jejaring dunia pesantren dan madrasah, serta memperkokoh basis organisasi melalui kaderisasi ahlussunah waljamaah. Itulah kenapa NU di masa beliau dapat mewarnai ruang pendidikan, politik, dan dan budaya di Indonesia," ungkapnya.

Rektor Universitas Negeri Jakarta Prof. Dr. Komarudin, M.Si mengatakan Kang Said merupakan ulama dan guru bangsa yang pemikirannya orisinil dan komprehensif. Beliau menjadi jembatan dan teladan dalam memperjuangkan keislaman yamg moderat dalam bingkat kebhinekaan NKRI.

"Buku ini menjadi oase, pembuka, sekaligus petunjuk jalan bagi generasi selanjutnya untuk mengarungi kehidupan kini dan esok," lanjutnya.

Acara launching dan bedah buku Kiai Pesantren Membangun Peradaban: 70 Tahun Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A terselenggara berkat kerjasama antara Said Aqil Siradj Institut dan Universitas Negeri Jakarta

Buku ini terdiri dari lima bab yang secara beruntun bercerita tentang perjalanan hidup Kang Said. Bab 1 berisi riwayat hidup, Bab 2 perjuangan dan pemikiran, Bab 3 meneguhkan sikap nasionalisme, Bab 4 membangun keindonesiaan, dan Bab 5 konsistensi bersikap dan bertindak. Serta dilengkapi lampiran pidato pada Pembukaan Muktamar Ke-34 NU di Bandar Lampung 2021.

 

 

Komentar