Senin, 06 Mei 2024 | 02:56
OPINI

Kisah Asal Usul Pak Sakera Pejuang Anti Kolonialisme

Kisah Asal Usul  Pak Sakera Pejuang Anti Kolonialisme
ilustrasi

Oleh: KRH Aryo Gus Ripno Waluyo, SE, SP.d, S.H, C.NSP, C.CL, C.MP, C.MTh

ASKARA - Sadiman dikenal Sakerah karena pandai kerah atau bertarung sehingga dikenal dengan Sang Kerah oleh masyarakat sekitar dan buruh tebu. Sakera memperjuangkan hak-hak para buruh yang mayoritas orang Madura, hasil dari agresi Cakraningrat Madura yang memindahkan pendudukanya ke pulau Jawa, tertutama Pasuruan utara.

Ditempat yang baru orang-orang Madura mendapatkan penindasan dari Kolonial Belanda tanpa ada perlindungan dari Cakraningrat, Melihat Sakera menjadi mandor baik dan penolong buruh Madura, sehingga dikenal sebagai pahlwan orang Madura.

Sakera atau Sadiman juga dikenal Sagiman adalah seorang tokoh pejuang legenda anti kolonialisme di Pasuruan, Jawa Timur. Ia berjuang melawan praktek KKN yang terjadi di perkebunan tebu dan pabrik gula Hindia Belanda sekitar permulaan abad ke-19.

 Sakera dikenal sebagai seorang ahli bela diri yang melawan pemerintahan Belanda di perkebunan tebu di daerah Bangil sehinga dikenal Sang Kerah. Karena perlawanannya terhadap Belanda, Sakera akhinya ditangkap setelah dikhianati oleh salah satu rekannya sendiri. Ia dimakamkan di wilayah Bekacak, Kelurahan Kolursari, Daerah paling selatan di Kota Bangil, Pasuruan.

Banyak mengaitkan Sakera berasal dari bangsawan Madura, tetapi hal ini dibantah oleh pihak keraton Madura, disebutkan bahwa Sakera adalah orang Jawa, pendapat lain Sagiman atau Sakera masih keturunan Bathoro Katong.

 Terkait Sakera identik dengan Madura karena memperjuangkan hak-hak buruh perkebunan tebu dan pabrik gula yang banyak memperkerjaan orang-orang Madura. Selain itu Sakera dari golongan dari keluarga ningrat yang di sebut dengan kelas Mas, berlatar belakang Islam yang amat sholeh dan pekerja keras. Profesinya sebagai mandor di perkebunan tebu milik pabrik gula Kancil Mas, Bangil.

Suatu saat setelah musim giling selesai, pabrik gula tersebut membutuhkan banyak lahan baru untuk menanam tebu. Karena kepentingan itu orang Belanda ambisius untuk membeli lahan perkebunan yang seluas-luasnya dan dengan harga semurah-murahnya.

Dengan cara yang licik, orang Belanda itu menyuruh Carik Rembang untuk bisa menyediakan lahan baru untuk Perusahaan dalam jangka waktu singkat dan murah, dengan iming-iming harta dan kekayaan. Sehingga Carik Rembang bersedia memenuhi keinginan tersebut. Carik Rembang pun menggunakan cara-cara kekerasan kepada rakyat dalam mengupayakan tanah untuk perusahaan.

Sakera pun selalu membela rakyat, karena sikap ketidakadilan yang berkali kali dilakukan oleh Carik Rembang. Sehingga Carik Rembang melaporkan hal ini kepada pemimpin perusahaan. Pemimpin perusahaan marah dan mengutus wakilnya Markus untuk membunuh Sakera. Suatu hari pekerja sedang istirahat di perkebunan,

Markus marah-marah dan menghukum para pekerja serta menantang Sakera. Sakera yang mengetahui hal ini, marah dan membunuh Markus serta pengawalnya di kebon tebu. Sejak saat itu Sakera menjadi buronan polisi pemerintah Hindia Belanda. Suatu saat ketika Sakera berkunjung ke rumah ibunya, ia dikeroyok oleh Carik Rembang dan polisi Belanda. Karena ibu Sakera diancam akan dibunuh maka, Sakera akhirnya menyerah, dan dimasukkan ke penjara Di Bangil.

Sakera menjadi pejuang melawan penjajah Belanda, Sakera bekerja sebagai mandor di perkebunan tebu di Kancil Mas Bangil yang dikelola oleh orang Belanda. Sakera punya dua orang istri pertama bernama Ginten, sementara yang kedua bernama Marlena. Juga menghidupi keponakannya yang bernama Brodin.

Siksaan demi siksaan dilakukan polisi Belanda kepada Sakera setiap hari. Selama dipenjara Sakera selalu merindukan keluarganya dirumah. Berbeda dengan Sakera yang berjiwa besar, sementara Sakera ada dipenjara. Perlawanan pun tetap dimulai,

Carik Rembang dibunuh dan dilanjutkan dengan menghabisi para petinggi perkebunan yang memeras rakyat. Bahkan kepala polisi Bangil pun ditebas tangannya dengan celurit senjata khas yang digunakan Sakera.

Kehidupan yang nyaman sebagai mandor dan orang terpandang hilang ketika sakera dituding sebagai seorang pembunuh. Dia menjadi buronan Kompeni Belanda setelah berani melawan kepemimpinan Belanda saat itu.

Semangat perjuangan yang dilakukan Sakera tidak pernah terdokumentasikan bagi masyarakat, dan belum masuk di dalam kategori Pahlawan Nasional Indonesia. Di karenakan Sakera termasuk salah satu dari banyaknya Pahlawan Di Indonesia.

 Yang memperjuangkan daerahnya sendiri dari keganasan penjajahan Belanda. Sehingga Nama dan Jasa-jasanya Sakera, hanya bisa di dengar di daerahnya sendiri.

Sakera membangkitkan semangat juang masyarakat untuk melawan penindasan kolonial. Pak Sakera selalu menggunakan sabit Monteng sebagai senjata untuk menumpas kediktatoran Belanda, Konon sabit Monteng ini merupakan peralatan pertanian dalam panen tebu. Kedengarannya sederhana namun nyatanya bisa membuat Belanda kewalahan.

 Pengguna arit yang dilakukan inilah yang menimbulkan stigma kekerasan di kalangan masyarakat Madura. Stereotip ini dibentuk oleh pengaruh belanda pengaruh Belanda yang bertujuan merusak nama baik Pak Sakera. Falktanya,

Pak Sakera hanya "Garang" dalam perlakuannya terhadap Belanda namun dianggap berwibawa oleh rakyat. Dan kami mengetahui bahwa Pak Sakera juga seorang yang religius. Bahkan konon Pak Sakera meminta izin untuk mennunaikan Shalat subu menjelang kematiannya di tangan Belanda.

kisah Pak Sakera, pendekar asal Pasuruan yang menjadi korban adu domba dan godaan kekayaan kolonial belanda, Meski namanya masih asing di telinga sebagian orang, namun semangat juangnya patut apresiasi dan dikenal banyak khalayak. Oleh karena itu, stereotip yang diterima secara umum oleh masyarakat Madura tidak diperlakukan dengan cara yang sama.[

Meski kejadian Sakera terjadi di Pasuruan, namun namnya mashyur dan dikenang oleh para buruh perkebuban tebu hingga menyebar baik karena budaya tutur maupun dipentasakan dalam Ludruk. Untuk mengenang kepahlawanan Sakera, sekitar tahun 2002 orang-orang keturunan Madura di Malang dan Batu membuat kesenian tari tradisional kreasi baru dengan tajuk Sakeraan dan Sanduk, tarian ini merupakan kreasi sederhana dengan mengadopsi gerakan Warok Ponorogo, sebagian kelompok Sakeraan mengeneakan pakaian Pesa'an madura atau pakaian Penadon Ponorogo dengan sabuk kulit othok Ponorogo yang lebar.

Kisah Sakera diangkat pada film layar lebar dengan judul Pak Sakerah tahun 1982 yang diperankan oleh W.D Mochtar. Fim ini menceritakan mengangkat ceita Ludruk tentang Sakerah, pria yang digambarkan sebagai jagoan alim, beristri dua, kaya, sayang ibunya dan senang tayub.

Ada juga pertentangan karakter dengan Brudin, ponakan yang diangkat anak oleh Soleh. Kisah yang menceritakan perlawanan terhadap Belanda, kisah Pak Sakera, pendekar asal Pasuruan yang menjadi korban adu domba dan godaan kekayaan kolonial belanda, Meski namanya masih asing di telinga sebagian orang, namun semangat juangnya patut apresiasi dan dikenal banyak khalayak.

*) Budayawan, Penulis, Advokad, Spiritualis, Ketua DPD Jatim PERADI Perjuangan 

Komentar