Rabu, 22 Mei 2024 | 08:32
OPINI

Menghadapi Era Digital ala Hamengkubuwono X

Menghadapi Era Digital ala Hamengkubuwono X
Jogja Smart Service (Dok Askara)

Oleh: Aulia Zahra *

ASKARA - Dalam pidatonya beberapa saat lalu, Sri Sultan Hamengkubuwono X menekankan perlu adanya transformasi dan gagasan gagasan yang inovatif demi encapai kemajuan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Pidato yang disampaikannya ini kemudian sejalan dengan perubahan yang sedang terjadi saat ini. Di tengah era digital ini kemudian menuntut setiap orang untuk mampu beradaptasi dan berpikir inovatif agar tetap relevan di masyarakat. Lalu kemudian bagaimana Sri Sultan Hamengkubuwono memimpin Yogyakarta di tengah gempuran digitalisasi ini?

Perubahan pada dasarnya merupakan sebuah hal yang akan tidak bisa dihindari. Menurut  Stephen Robbins dan Timothy A Judge, disebutkan bahwa salah satu dorongan yang menyebabkan hadirnya perubahan adalah kehadiran teknologi. Teknologi yang hadir ini kemudian bisa merubah beberapa aspek yang ada dalam organisasi, seperti dalam hal pengambilan keputusan, dalam proses pengumpulan informasi, dan lain-lain. Kehadiran teknologi ini kemudian dimanfaatkan Sri Sultan Hamengkubuwono X dan pemerintah daerah setempat untuk  membantu dalam proses pelayanan publik di Yogyakarta.

Tidak hanya itu, pemerintah daerah setempat juga melakukan digitalisasi untuk beberapa bidang lain di Yogyakarta guna meningkatkan efisiensi. Beberapa program yang kemudian menjadi salah satu bentuk dari adanya digitalisasi yaitu JSS atau Jogja Smart Services, SiBakul, dan JOGJAPLAN. Ketiganya ini merupakan salah satu program digitalisasi yang dilakukan guna mewujudkan efektivitas dan efisiensi.

Jogja Smart Services

Program ini merupakan salah satu bentuk dari SPBE yang di dalamnya memuat beberapa hal yang dibutuhkan masyarakat melalui sebuah aplikasi. Aplikasi ini hadir sebagai salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam menciptakan pelayanan publik yang efektif dan efisien. Aplikasi ini dikatakan sebagai “balaikota virtual” karena aplikasi ini menggabungkan beberapa pelayanan di dalam satu aplikasi. Jogja Smart Service ini pertama kali muncul dan diperkenalkan kepada publik di tahun 2018 yang kemudian berisikan sebuah informasi bagi untuk masyarakat baik masyarakat di daerah Yogyakarta maupun masyarakat yang berada di luar Yogyakarta.

Masyarakat di luar Yogyakarta dapat menggunakan aplikasi ini sebagai sebuah sumber informasi tentang Yogyakarta dan masyarakat juga dapat mengakses informasi seputar pariwisata ataupun seputar event yang terjadi di Yogyakarta. Kemunculannya kemudian menjadikan aplikasi ini sebagai salah satu aplikasi yang masuk ke dalam TOP 45 Inovasi pelayanan publik nasional yang diselenggarakan oleh KEMENPAN-RB.

SiBakul

Upaya digitalisasi yang kemudian dilakukan adalah dengan kehadiran aplikasi SiBakul merupakan sebuah platform yang diperuntukkan untuk pembinaan UMKM di Yogyakarta. Aplikasi ini kemudian muncul sebagai penyelesaian untuk permasalahan atas tidak terstrukturnya industri kreatif yang berada di Yogyakarta dan juga disebabkan oleh dampak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi beberapa waktu lalu. Pada dasarnya platform ini dibentuk sebagai salah satu upaya untuk digitalisasi.

Dilansir dari laman SiBakul, SiBakul merupakan salah satu upaya digitalisasi dalam bidang pendataan, pembinaan, pelatihan, dan lain sebagainya yang diperuntukkan untuk UMKM. SiBakul juga menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk pemulihan perekonomian pasca pandemi beberapa saat lalu. SiBakul yang awalnya hanya menjadi salah satu platform untuk pendataan UKM saja, kini sudah dilengkapi dengan fitur markethub yang di mana kemudian UKM ini dapat mempromosikan produknya dengan gratis dan akan mendapatkan gratis ongkir.

JOGJAPLAN

Salah satu digitalisasi yang kemudian dilakukan oleh Yogyakarta adalah digitalisasi pada bagian perencanaan. JOGJAPLAN merupakan salah satu aplikasi yang kemudian dibuat oleh pemerintah setempat Yogyakarta dalam rangka menyatukan perencanaan, pengendalian, dan proses evaluasi. Aplikasi ini kemudian juga membantu meminimalisir adanya penyalahgunaan anggaran yang dilakukan karena dengan menggunakan aplikasi ini akan ditunjukkan perencanaan dan penganggaran sebuah program yang kemudian akan dijalankan.

SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO X DI ERA DIGITAL

Menurut Scheninger, dalam menghadapi era digital, ada beberapa elemen yang diperlukan oleh seorang pemimpin. Elemen-elemen ini adalah :
1. Communication
2. Public relations
3. Branding
4. Professional growth and development
5. Student engagement and learning
6. Learning environment and spaces
7. Opportunity

Meskipun secara eksplisit Scheninger tidak memberikan elemen ini untuk kepemimpinan di dalam sektor publik, tetapi pengimplementasian elemen-elemen ini kemudian dapat terlihat di dalam kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Elemen communication, public relations,  dan branding Kemudian dapat terlihat pelaksanaannya Lewat penggunaan media sosial sebagai salah satu sarana untuk mempromosikan budaya.

Penggunaan media sosial sebagai sarana untuk mempromosikan budaya ini dilakukan oleh keraton Yogyakarta. Penggunaan media sosial yang dilakukan oleh pemerintah daerah setempat kemudian memberikan hasil yang baik karena konten-konten yang dibuat untuk mempromosikan budaya berhasil mencapai ke berbagai kalangan dan hal ini ditunjukkan dengan predikat baik yang didapat oleh akun media sosial yang dikelola oleh pemerintah daerah Yogyakarta.

Selanjutnya penggunaan media sosial juga kemudian mampu meningkatkan aspek branding dan public relation yang dimiliki oleh pemerintah daerah setempat. Sedangkan keempat elemen terakhir kemudian ditunjukkan dari adanya program-program yang sudah disebutkan di atas. Hal ini ditunjukkan dari adanya kesempatan untuk para ASN di daerah setempat untuk mempelajari hal baru dengan teknologi dan memberikan ruang belajar yang baru bagi mereka. Dengan adanya program ini kemudian memberikan peluang baru untuk melibatkan pihak lain, misalnya dengan pengadaan program SiBakul, pemerintah daerah setempat membuka peluang untuk melibatkan UMKM dan pihak ekspedisi dalam pelaksanaannya.

Dalam prosesnya, digitalisasi kemudian tidak bisa dipisahkan dengan teknologi yang ada. Menurut Gareth R Jones, teknologi dapat digunakan sebuah organisasi dalam setiap prosesnya dan jika organisasi ini mampu menggunakan teknologi dengan baik, maka akan menciptakan efektivitas. Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Gubernur Yogyakarta saat ini memanfaatkan teknologi dengan baik. Dengan pemanfaatan teknologi di era digital ini, Yogyakarta kemudian mampu memberikan pelayanan yang efektif.

Hal itu kemudian terlihat dari kehadiran Jogja Smart Service yang tujuan awalnya dibuat adalah untuk meningkatkan pelayanan publik yang lebih efektif dan efisien. Tidak hanya dengan Jogja Smart Service, pemanfaatan teknologi oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dan pemerintah daerah setempat juga ditunjukkan melalui program atau aplikasi lain, yakni SiBakul. Aplikasi SiBakul ini kemudian memberikan dampak dan kebermanfaatan yang sangat besar bagi UMKM di Yogyakarta.

Keberadaan SiBakul ini kemudian mampu memberikan dampak yang baik pula bagi perekonomian di Yogyakarta. Terbukti dengan volume pembelian yang naik, yakni sebesar 10,5 miliar yang kemudian menggerakkan roda perekonomian di daerah. Sejak program ini ditingkatkan dengan menambahkan fitur gratis ongkir yang kemudian meningkatkan jumlah transaksi mencapai 150 transaksi per hari. Program ini kemudian mampu mengatasi permasalahan bagi UMKM di pandemi beberapa waktu lalu. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan omset UMKM saat itu yang mencapai 11 kali lipat. Penggunaan teknologi juga terlihat dari adanya JOGJAPLAN yang saat itu kehadirannya menjadikannya sebagai salah satu program e-planning yang ada di Indonesia.

Keberadaan JOGJAPLAN ini kemudian berhasil dalam mengurangi penyalahgunaan anggaran dan membantu dalam mengurangi adanya bias dan turun sampai 27%.  Program program yang dibuat ini kemudian menunjukkan adanya upaya yang dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X untuk menghadapi tuntutan di era digital.

Sri Sultan Hamengkubuwono X juga selalu memberikan dukungannya atas penerapan teknologi untuk mendukung efektivitas dan efisiensi. Hal ini kemudian ditunjukkan dengan sudah digunakannya teknologi untuk penggunaan digital government sejak tahun 2006 lalu yang kemudian dilanjutkan dengan Jogja Smart Province.

Dalam menghadapi perubahan ke era digital ini kemudian terdapat beberapa pendapat yang berbeda mengenai apa yang kemudian harus dilakukan oleh sebuah pemimpin. Menurut James Brett, di era digital ini pemimpin perlu untuk memahami tentang perubahan yang sedang terjadi, sehingga nantinya akan membuat transisi yang lebih mudah. Sedangkan menurut Teece, untuk menghadapi dunia yang dinamis, pemimpin perlu untuk melakukan beberapa hal diantaranya adalah sensing, seizing, dan transforming.

Jika dilihat dari kedua pendapat ini, program-program dan apa yang sudah dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X kemudian menunjukkan bahwasanya dalam kepemimpinannya Ia menggunakan kedua pendapat ini untuk menghadapi dunia digital.  Terlihat dari  bagaimana ia kemudian menggunakan  menggunakan platform digital sebagai salah satu cara untuk mempromosikan budaya dan  sudah mengaplikasikan teknologi dalam tata kelola pemerintahan sejak tahun 2006 yang dilanjutkan hingga saat ini.

 

* Mahasiswa Universitas Indonesia - Fakultas Ilmu Administrasi - Ilmu Administrasi Negara

Komentar