Jumat, 10 Mei 2024 | 09:01
OPINI

Fenomena Lagu Ojo Dibandingke, Rungkad, Cikini, dan Gondangdia Kenapa Masih Dianggap Musik Kampungan ?

Fenomena Lagu Ojo Dibandingke, Rungkad, Cikini, dan Gondangdia Kenapa Masih Dianggap Musik Kampungan ?
Ketum Forwan l, Sutrisno Buyil (ist)

Oleh: Sutrisno Buyil, Ketua umum FORWAN 

ASKARA - Seiring perkembangan musik dangdut koplo dan dancedut, muncul pertanyaan: apakah sebenarnya ada kesalahan dalam meminggirkan genre ini? Dalam era 90-an hingga awal 2000-an, musik dangdut di daeraj pinggiran memanng kerap menampilkan unsur-unsur yang kontroversial, namun sejak era Gen Z dan stasiun televisi menampilkan Penyanyi dangdut dengan busana rancangan disainer kondang, mau tidak mau penyanyi daerah dan masyarakat pecinta teredukasi dalam menonton konser dangdut. Sehingga musik ini telah mengalami perubahan yang signifikan. Dancedut dan koplo kini lebih fokus pada kualitas suara dan tampilan video yang berkualitas, meninggalkan elemen-elemen yang mengumbar aurat.

Yang membuat saya ngurut Dada, Raja Dangdut Rhoma irama terang terangan melarang lagu karyanya dibawakan dengan musik dan penyanyi koplo. Sehingga hal itu penyanyi Dancedut dan koplo pilih menjaga jarak dengan Rhoma Irama 

Masyarakat modern mencari hiburan yang menghibur dengan hati dan pikiran mereka. Oleh karena itu, artis yang mengejar popularitas dengan menampilkan konten yang dianggap seronok saat di atas panggung akan ditinggalkan oleh penonton.

Meskipun terdapat pandangan negatif terhadap musik dangdut, pada kenyataanya, beberapa lagu dalam genre ini di platform digital. Lagu seperti " Cikini Gondangdia, Ojo Dibandingke" dan "Rungkad" berhasil mencuri perhatian bahkan di tingkat politik, dengan pejabat dan kepala negara yang ikut bergoyang. Hal ini menunjukkan bahwa anggapan bahwa musik dangdut koplo dan dancedut adalah musik kampungan yang perlu didiskusikan.

Saya kasih contoh produser musik yang fokus pada dangdut koplo tetap bertahan dan sukses sekalipun dihantam wabah pandemi covid, sementara beberapa produser di genre lain mengalami kesulitan. Hal ini menegaskan bahwa musik dangdut koplo memiliki tempat yang kuat dalam industri musik di Indonesia.

Beberapa produser yang bermain di wilayah selain koplo dan Dancedut mandeg bahkan sudah tidak kedengaran suaranya. Sementara Nagaswara Music yang memproduksi musik Dancedut tetap bertahan hingga usianya yang ke 24 tahun. Sementara Proaktif Musik dan TApro Musik yang produksian dangdut koplo khas Jawa Timur an, mendulang sukses hingga sekarang. Konon Produser mendulang cuan dari konten di YouTube hingga ratusan juta setiap bulannya. Jadwal manggung penyanyi Maulana Ardiansyah, Dara Ayu, Ochi Alvira dan Trio Macan padat merayap 

Bahkan single Rasah Nyangkem - Ochi Alvira Ft. Syahiba Sofa sukses di mancanegara dan sukses menggoyang jutaan orang di Amerika Serikat

Honor Penyanyi dangdut koplo dan Dancedut harganya juga bersaing dengan pop, bahkan ada di atasnya. Menurut sumber yang dapat dipercaya, Dewi Perssik sekali manggung honornya Rp. 250 Juta, Siti Badriah, Zaskia Gotik Rp. 150 juta, Happy Asmara Kisaran Rp. 150 juta.

Menjadi produser musik berkualitas memang pilihan tapi memilih musik yang mendulang cuan, keharusan! ***

Komentar