Sabtu, 27 April 2024 | 06:18
OPINI

260 juta lebih sedang tidak baik-baik saja

260 juta lebih sedang tidak baik-baik saja
Penduduk Indonesia (int)

Oleh: Agusto Sulistio - Pendiri The Activist Cyber.

Dari sekitar 260 juta penduduk Indonesia, sedang dipertontonkan kepada beberapa sosok calon pemimpin Indonesia kedepan.

Kemajuan tekhnologi informasi ternyata tak hanya berdampak positif, namun memiliki celah negatif.

Betapa tidak, sosial media kini menjadi perhatian mayoritas rakyat Indonesia. Hampir semua mata pengguna sosmed diarahkan kebeberaoa kelompok jelang Pilpres 2024.

Kita ibarat kuda dengan kacamatanya, yang hanya menatap terbatas melihat pandangan kedepan. 

Ironis. Dari 260 juta jiwa penduduk Indonesia kita dipaksa melihat akrobatik moral para Bacapres (Bakal Calon Presiden) yang jumlahnya tak lebih dari 10 orang.

Apakah dari 260 juta jiwa tak ada yang lebih hebat dari Bacapres yang dipertontonkan setiap hari?

Partai yang secara konstitusi memiliki peran dalam proses pemilihan presiden, tak mampu hadirkan kader-kader unggulannya. Alhasil, Partai tak ubahnya seperti "Blantik" (bahasa Jawa: Pedagang/Makelar Sapi), berkoalisi dengan oknum politisi, oknum aktivis, dan oknum lainnya mendongkrak elektabilitas Bacapres yang telah deal dengan para penguasa. Berbagai cara ia lakukan demi mulusnya Bacapres yang dinilai cocok oleh segelintir petinggi Parpol dan koleganya.

Hukum dimanfaatkan untuk membungkam orang-orang yang mengkritik para orang-orang jahat. Kekuatan civil society diperlemah, para relawan terus digunakan untuk memuluskan kekuasaan. Padahal keberpihakan hanya memerlukan waktu 5 menit saja, yakni saat kita masuk kedalam bilik suara dan memilih calon pemimpin.

Semuanya tak ada yang baru. Pola permainan politik hari ini masih sama seperti yang lalu. Membosankan, menjenuhkan, dan masih tetap mau menipu rakyat 

Kemudahan kemajuan informasi digital dijadikan sarana jitu guna memuluskan misinya. Sosmed dan aneka informasi digital dijadikan alat hipnotis agar Rakyat terbuai, terpesona, melihat akrobatik morak para kandidat diatas podium dan Cat-Walk aneka sosmed.

Padahal jika kita mau serius mencari pemimpin yang lebih baik dari yang ada, kemajuan tekhnologi informasi dapat menjadi sarana yang tepat, guna mendapatkan calon pemimpin yang lebih baik.

Sementara, calon pemimpin yang saat ini sedang terus dipertontonkan oleh mereka-mereka yang ingin "kuasa dan kaya sendiri" tidak bisa dijamin akan jauh dari intervensi rezim penguasa dan oligarki yang merugikan rakyat. Kita sadari bahwa kehidupan hari ini tak bisa lepas dari oligarki, namun dalam oligarki dapat kita pilih yang mau lebih komitmen kepada kepentingan Rakyat dan Negara.

Demokrasi kita semakin mundur. Rakyat dijadikan seperti Kuda dg kacamatanya. Tontonan diarahkan kepada beberapa sosok Bacapres, yg kesemuanya tak ada yg bisa menjamin jauh dari bayang2 rezim dan oligarki. 

260 juta jiwa sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja, sebab segelintir orang sedang menyiapkan calon pemimpin yang nantinya mayoritas akan "tunduk" kepada penguasa modal.

Tak ada cara lain untuk mencari pemimpin yang tepat, selain kita melakukan perubahan sistem pemilihan yang jauh lebih baik. 

Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang bangkit.

Selamat, kita akan segera keluar dari mulut Harimau, dan kemudian akan masuk ke mulut Buaya.

Sonto sekarang semakin Loyo

Komentar