Sabtu, 25 Mei 2024 | 22:59
OPINI

Permainan Zaman Old vs Zaman Now

Permainan Zaman Old vs Zaman Now

Oleh: Mang Ucup *)

Mengenang masa kanak-kanak dan masa permainan kita pada itu merupakan kenang-kenangan yang manis dan indah.

Permainan anak-anak “tempo doeloe” yang disebut dalam bahasa Sunda: “Kaulinan Barudak Urang Lembur” sekarang sudah tidak dikenal lagi oleh anak-anak masa kini alias tidak Ngetren. Bisa-bisa kita disebut n’Deso.

Lihatlah anak-anak atau cucu-cucu Anda. Masih adakah dari mereka yang masih memainan Permainan Jadul (Zaman Old)?

Saya yakin sudah tidak ada lagi. Masalahnya, sekarang ini kita berada di era internet. Maka dari itu permainannya pun harus serba digital. Hanya sayangnya hal ini membuat anak-anak kita jadi bodoh. Maklum mereka tidak dapat mengembangkan kreativitasnya lagi.

Disamping itu membuat anak-anak jaman sekarang jadi gendut (Obesitas), karena jarang bergerak. Dampak lain yang sering muncul adalah permainan digital dan internet itu membuat kebanyakan anak-anak mengalami kesepian. Maklum mereka hanya fokus memelototi layar HP/laptopnya saja.

Bahkan mereka sering pula mengurung diri di kamarnya sendirian. Di Facebook mereka memiliki ribuan Froends. Namun di dunia nyata tidak seorang pun.

Mainan bisa dibeli, maklum seorang sahabat tidak bisa dibeli ataupun di download Begitu juga mainan bisa dengan mudah diganti. Namun seorang sahabat tidak bisa diganti maupun dilupakan. Itulah pandangan Zaman Old dari Mang Ucup.

Anak-anak Zaman Now beda dengan masa kanak-kanak tempo doeloe yang memiliki banyak teman.Hal ini dikarenakan banyak permainan pada saat itu. Pada umumnya tidak bisa dimainkan sendirian.

Problema orang tua kita dahulu. Mereka khawatir tentang anaknya, karena sampai jam tujuh malam belum masuk ke rumah. Kebalikannya dengan orang tua Zaman Now, mereka khawatir karena sampai jam tujuh malam sang anak belum ke luar kamar.

Mereka mengurung diri terus dari pagi sampai malam sampai terkadang lupa makan. Maklum kecanduan game. Di samping itu, terkesan anak-anak dahulu jauh lebih ceria dan gembira. Misalnya, kita sering menyanyikan lagu anak-anak seperti Burung Kutilang, Naik Delman, dan lain-lain. Mungkin karena burung sudah tidak ada lagi di daerah perkotaan.

Disamping itu delman juga sudah diganti dengan Angkot. Maka anak-anak Zaman Now lebih senang menyanyikan lagu-lagu orang dewasa yang bersifat cengeng. Bahkan pada saat bermain pun kita sering bernyanyi. Misalnya permainan Paciwit-Ciwit Lutung atau Slepdur (bahasa Belanda Sluip Door).

Permainan ketika masa kecil saya adalah kelereng, gundu, kneker (bahasa Belanda = Kenikkers) atau kaleci dalam bahasa Sunda. Permainan anak laki-laki lainnya adalah panggal atau gasing. Di samping itu kita mengoleksi potongan gambar dengan cara adu gambar. Bahkan, kita bisa menciptakan mainan sendiri dengan sepasang tongkat yang terbuat dari bambu. Permainan ini disebut Jajangkungan.

Sedangkan permainan anak perempuan adalah sondah, bekel atau beklen (bahasa Belandanya bikkelen) ataupun permainan congklak atau dakon.

Permainan anak laki-laki yang sangat populer pada saat itu adalah permainan layangan. Ada dua macam layangan. Satu khusus untuk mengadu (berlaga). Satunya lagi sebagai layangan hias yang bagus dan indah, warna-warni, yang pada umumnya memiliki buntut yang panjang.

Suatu kebanggaan tersendiri apabila bisa menang mengadu layangan. Untuk ini dicarikan berbagai macam formula untuk membuat gelasan tali layangan tersebut. Agar bisa menjadi tajam untuk memotong tali layangan lawan. Misalnya dicampur dengan gelas serbuk lampu. Untuk bisa nempel dicampur dengan Ka dan pewarna. Ka itu baunya luar biasa keras. Hal ini membuat ibu saya marah besar. Apabila sedang masak membuat bahan gelasan tali layangan.

Salah satu pakar layangan di Bandung pada saat itu adalah si Pego (alm). Para pemain layangan, atau sering disebut Anak Layangan, saat ini dikenal dengan sebutan Alay. Ketika menginjak remaja, ada permainan hulahup (hula hoop) yang menjadi terkenal pada tahun 1958. Kata Hulahup berasal dari kata Hula, yakni tarian Hula-Hula di Hawaii.

Remaja dahulu juga pernah dihebohkan dengan adanya boneka hitam lucu dari Jepang. Yakni Dakocan (bahasa Jepang = Dakko-Chan). Dua belah tangan boneka ini membentuk lingkaran seperti sedang memeluk (bahasa Jepang = dakko). Bagaikan koala sedang memeluk pohon.

Boneka telah menjadi trendi dan laris di kalangan remaja perempuan muda yang memasang Dakocan di lengan mereka sewaktu berjalan-jalan. Dakocan ini bisa disebut juga sebagai perintis boneka Barbie pada saat zaman now ini.

Apakah Anda sependapat dgn Mang Ucup Maturnuwun sanget berkah dalem.

*) Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar