Masyarakat Tionghoa Yang Percaya Ramalan
Oleh: Mang Ucup – Nio Tjoe Siang - *)
Setiap pergantian tahun selalu akan marak dengan keinginan tahu masa depan seseorang melalui ramalan nasib dalam bahasa Hokian Khuamia sedang dalam Bahasa Mandarin Kanming, terjemahan bebas berarti “meneropong jiwa”.
Dalam masyarakat Tionghoa, meramal adalah bagian yang dihormati dan penting dari budaya sosial dan bisnis.
Dengan demikian, peramal sering mengambil peran yang setara dengan konsultan manajemen dan psikoterapis di masyarakat Barat.
Sebagai konsultan manajemen, mereka menasihati para pebisnis tentang keputusan bisnis dan investasi.
Banyak keputusan bisnis utama melibatkan masukan dari peramal. Ataupun juga menganalisa calon pasangan hidup
Seorang peramal sebenarnya tidak boleh menjanjikan apa-apa kepada yang diramal karena seorang peramal kategori pertama hanyalah bertugas menghitung probability dari faktor-faktor (waktu lahir, unsur-unsur yang mempengaruhi) yang ada pada yang diramal.
Zaman dahulu, pada masa dinasti Shang maupun Zhou menggunakan cara ini untuk merekrut pejabatnya. Kuda diperbudak atau ditunggangi orang. Kambing, keras kepala, kebangetan atau "awban"
Shio pada awal mulanya diciptakan dengan tujuan utama sebagai kalender atau alat untuk memudahkan ingatan tahun jadi bukannya untuk ramalan. Karena di zaman dulu, di Tiongkok sama sekali tidak kalender tahun akumulasi.
Makanya ada shio untuk melambangkan setiap tahunnya, sehingga seseorang dapat dengan mudah mengetahui umurnya dengan mengingat shio-nya itu.
Setelah 12 tahun (binatang) lewat maka akan direset jadi nol kembali. Misalnya usia mang ucup 80 tahun = 6,6 kali shio Kuda (12). By Race I am Chinese and By Grace I am Christian
*) Menetap di Amsterdam, Belanda
Komentar