Sabtu, 27 April 2024 | 03:15
OPINI

Asal Muasal Kata Owe, Amoi & Akew

Asal Muasal Kata Owe, Amoi & Akew

Oleh: Mang Ucup - Nio Tjoe Siang *)

Owe itu bisa diartikan dengan kata saya atau Wo dalam bahasa Mandarin atau Gua (Hokkian), Ngai (Hakka/Kheh), Ngou  (Konghu) dan Wa (Tiociu).

Kata Owe sebagai pengganti kata saya hanya berlaku bagi kaum pria, sedangkan bagi kaum wanita tetap digunakan kata saya.

Yang menggunakan kata Owe pada umumnya hanya kaum Peranakan Hokkien, orang totok sendiri tidak pernah menggunakan kata Owe.

Kata Owe juga bisa diartikan Ya atau Baiklah sebagai jawaban panggilan seseorang atau perintah yang diberikan. 

Ya /Baiklah = Hao dalam dialek Hokkian jadi Ho sering diucapkan sebagai "ho e"  huruf e = Lah, jadi kata "ho e" bisa diterjemahkan menjadi baiklah. Dari sinilah kata OWE diserap.

Kata Gwa juga berarti saya dalam bahasa Hokkian, tetapi hanya digunakan bagi orang yang sebaya, bahkan terkesan kasar. Kata Gwa berkembang jadi Gue dalam bahasa Betawi.

Ada juga yang berpendapat bahwa kata Owe diserap dari bahasa Mandarin Wei (Hokkien = We) yang berarti Hallo

Cina Sengkek (Sengke).

Kata Cina Singkek ini berlaku hanya untuk orang Tionghoa Totok bukannya dari kaum peranakan.

Kata Singkek sering dilontarkan sebagai hinaan, terutama terhadap orang Tionghoa seperti di TV = Babah Ho Liang yang licik. Bahkan disini kata Owe juga digunakan sebagai ciri khas kaum Tionghoa.

Kata Singkek sebenarnya berupa gabungan dari dua kata Sin Khe; Sin = Baru & Khe = Tamu yang bisa diartikan sebagai para pendatang (tamu) yang baru datang dari Tiongkok atau keturunan Totok tulen!

Orang Tionghoa (Peranakan) yang telah turun temurun tinggal di Indonesia inilah yang pada awalnya memberikan mereka julukan kata Singkek.

Kaum Singkek tidak menguasai bahasa daerah/Indonesia. Disamping itu mereka juga harus hidup prihatin, karena tidak punya uang maupun pekerjaan. Hidup hemat inilah yang terkesan bahwa mereka itu sebagai Cina Pelit/Kikir.

Apakah ini salah? Mungkin dari sini pulalah asal muasalnya sifat orang Tionghoa yang pintar berhemat.

Peranakan

Kata Peranakan = Keturunan (Hua Yi), sebenarnya berlaku bagi semua etnis entah itu Belanda, Arab ataupun Tionghoa.

Istilah ini muncul sekitar abad 18 yang digunakan oleh kolonial Belanda untuk membedakan keturunan imigran Tionghoa yang sudah berasimilasi dengan wanita lokal.

Maklum dahulu sedikit sekali wanita Tionghoa yang berimigrasi ke Nan Yang (Asia Tenggara).

Sedang kata Tionghoa Totok  (Hua Chiao)  hanya berlaku bagi mereka yang benar-benar keturunan Tionghoa tulen yang datang dari Tiongkok.

Tionghoa Peranakan pada umumnya sudah melupakan tradisi maupun budaya Tionghoa bahkan lebih dari 90% sudah tidak bisa berbahasa Mandarin lagi termasuk mang Ucup!

Encim, Encek, Nyonya dan Babah

Panggilan Encim dahulu adalah panggilan terhormat seperti juga Tante. Kata Encim bukan diserap dari bahasa Mandarin melainkan dari kata Hokkian "Ng-Cim", sedangkan Encek berarti Oom. 

Tapi pada umumnya mereka sekarang tidak senang disapa dengan panggilan Encim ataupun Encek.

Mereka lebih senang dengan panggilan Nyonya yang jauh lebih terhormat, maklum mirip panggilan dalam bahasa Londo.

Namun kata Nyonya ini bukannya diserap dari bahasa Belanda melainkan dari bahasa Hokkian Selatan = Nio-a. 

Ada juga yang berpendapat bahwa kata Nyonya ini diserap dari kata Donha = Wanita dalam bahasa Portugis.

Sedangkan bagi para nona-nona muda apabila di Italy jangan mau dipanggil Nona sebab disana Nona = Nenek!

Kata Babah - Baba bisa disamakan seperti Bapak/Babe, panggilan bagi pria Tionghoa Peranakan. Diserap dari bahasa Persia yang sering digunakan bagi para penjual India.

Amoy  yang umumnya digunakan untuk memanggil perempuan yang masih muda. Kata Amoy tidak mengandung arti negatif namun seringkali disalahgunakan dan juga karena sebagian orang selalu mengingat hal-hal buruk yang berkaitan dengannya tanpa mengerti arti yang sebenarnya.

A Kew adalah kata yang berasal dari Bahasa Hakka-Tionghoa. Umumnya panggilan Akew adalah panggilan buat anak laki-laki kecil, kalau orang Barat suka memanggil anaknya dengan sebutan "Boy" kurang lebih seperti itu.

Dalam bahasa Khek, Kew artinya adalah Anjing. Namun artinya bukan dalam konotasi negatif untuk memaki, tetapi dikarenakan wujud anak anjing biasanya lucu dan menggemaskan, Sehingga anak laki-laki manusia pun dipanggil demikian karena lucu, jadi lebih berkesan sebagai panggilan sayang.

Asal usul penyebutan Akew, agow dll itu karena jaman dahulu tingkat kematian bayi itu amat tinggi jadi orang-orang Tionghoa jaman dulu beranggapan ada "Setan" yang mau mencabut nyawa bayi.

Maka diberilah nama panggilan binatang agar si setan tidak menyasar mengambil nyawa anak kecil itu. Biasanya setelah masuk usia akil balig sebutan itu tidak dipakai lagi. By Race I am Chinese and By Grace I am Christian

*) Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar