Beberapa waktu lalu saya berkunjung kembali ke Candi Cetho dan Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Kunjungan ke Candi Cetho sudah sering saya lakukan dan tidak pernah bosan dengan tempat ini yang berada di ketinggian 1400 mdpl.

Jika Candi Cetho terletak di lereng Gunung Lawu, maka Candi Sukuh terletak agak ke bawah dan membutuhkan waktu sekitar satu jam jalan kaki dari Cetho ke Sukuh melintasi perkebunan teh dan ladang penduduk.  

Kedua candi ini tergolong unik dan penuh misteri karena jika dilihat dari bentuk bangunan punden paling atas seperti memiliki kesamaan dengan bangunan Pirmada Peotihuacan Suku Aztec Mexico, dan juga di Suku Maya Peru.

Jika kita amati bentuk lambang surya kerajaan Majapahit yang terdapat di Candi Cetho, sangat mirip dengan batu berbentuk matahari dari Suku Aztec. Perbedaannya di bentuk ukiran dan jumlah pancaran cahaya matahari.

Bila melihat dan membandingkan bentuk benda-benda yang ada di Mexico dan di Gunung Lawu ini, saya memperkirakan benda dan bangunan di Lawu lebih tua dari yang di Mexico karena di Lawu lebih tradisional dalam membentuk ornamen.

Pemikiran saya ini karena didasarkan pada bangunan punden berundak di Jawa Barat, yaitu Gunung Padang yang diperkirakan berusia 5.000 SM.

Di Candi Sukuh ada manuscrip tulisan yang hingga kini belum terpecahkan, terpahat di belakang Burung Garudaya. Sementara bentuk kepala burung ini lebih mirip seperti burung Condor yang di Amerika sana, bukan burung garuda di Indonesia. Jumlah sayap Garudaya ada 17, kain penutup ada 4 dan sayap ekor di atas kepala ada 5

Jika melihat bentuk batu segitiga di pelataran Candi Cetho dan Candi Sukuh, di salah satu sudut Machu Picchu Peru juga ditemukan batu berbentuk segitiga.

Bentuk relief di Candi Cetho dan Sukuh sangat berbeda dengan relief di Candi Borobudur atau Prambanan. Bahkan bentuk patung juga berbeda yang menandakan jaman berbeda antara situs tersebut. Konon bentuk beberapa tulisan mirip yang ada di Machu Picchu.