Sabtu, 27 April 2024 | 04:04
OPINI

Asal Muasal Nama Kota Bandung

Asal Muasal Nama Kota Bandung
Welcome to Bandung (Int)

Oleh: Mang Ucup *)

Bandung kota dan sekitarnya pada masa lampau merupakan danau yang dikenal dengan Danau Bandoeng. Keadaan yang sekarang terlihat merupakan pedataran yang biasa disebut denga istilah “Cekungan Bandoeng” (Bandung Basin).

Banyak sekali buku yang menjelaskan tentang asal mula penamaan Kota Bandung dan alasan kenapa namanya harus Bandung. Nama Kota Bandung berasal dari kata bending atau bendungan karena terbendungnya Sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang kemudian berubah bentuk menjadi telaga/danau.

Berdasarkan versi lainnya, dijelaskan bahwa nama Bandung berasal dari nama sebuah pohon yang namanya Bandong “Garcinia spec”. Bandong sendiri adalah sejenis pohon yang tingginya 10–15 meter. Bahkan sebagian ada yang mengatakan bahwa, kata “Bandung” dalam bahasa Sunda, identik dengan kata “banding” dalam bahasa Indonesia, berarti berdampingan. Ngabandeng (Sunda) berarti berdampingan atau berdekatan. Maklum sebelum nama Bandoeng ketika Abad XVIII, Bandung lebih dikenal dengan nama Bandong.

Dalam konteks ini, perlu diketahui pula akan adanya legenda mengenai kisah Sangkuriang yang dikaitkan dengan adanya Danau Bandung dan Gunung Tangkuban Perahu. Berdasarkan filosofi Sunda, kata “Bandung” berasal dari kalimat “Nga-Bandung-an Banda Indung”, yang merupakan kalimat sakral dan luhur karena mengandung nilai ajaran Sunda. Nga-”Bandung”-an artinya menyaksikan atau bersaksi.

“Banda” adalah segala sesuatu yang berada di alam hidup yaitu di bumi dan atmosfer, baik makhluk hidup maupun benda mati. “Indung” adalah Bumi, disebut juga sebagai “Ibu Pertiwi” tempat “Banda” berada. Dari Bumi-lah semua dilahirkan ke alam hidup sebagai “Banda”. Segala sesuatu yang berada di alam hidup adalah “Banda Indung”, yaitu bumi, air, tanah, api, tumbuhan, hewan, manusia dan segala isi perut bumi.

Pada tahun 1896, Bandung belum disebut kota; tetapi hanya “kampung”. Kota Bandung baru secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906. Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini dibakar oleh para pejuang kemerdekaan. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api dan diabadikan dalam lagu “Halo-Halo Bandung”.

Pada tahun 1950 jumlah penduduk Bandung sekitar 644 ribu jiwa. Bandung memiliki area seluas 5.413 hektar saat dipimpin Walikota R. Mohammad Enoch (1949–1957). Sekarang Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat dengan jumlah total penduduknya sebesar 2.483.977 jiwa (sumber: BPS. Kota Bandung, 2014). Kota nomor 3 terpadat di Indonesia setelah Jakarta & Surabaya.

Lambang Kota Bandung diciptakan pada tahun 1953. Pada lambang tersebut terdapat gambar Gunung Tangkuban Perahu. Bentuk gambar gelombang mengingatkan bahwa dulu Bandung adalah sebuah danau yang luas. Pada pita tertera tulisan dalam bahasa Kawi “Gemah Ripah Wibawa Mukti”, yang artinya Tanah Subur Rakyat Makmur.

Kota Bandung pernah menyandang berbagai predikat seperti:

- Paradise in Exile (1750)

- Bandoeng Exelcior (1856)

- The Sleeping Beauty (1884)

- De Bloem der Indische Bergsteden (1896)

- Parijs van Java (1920)

- Ther Garden of Allah (1921)

- Intellectuele Centrum van Indie (1921)

- Staatskundig Centrum van Indie (1923)

- Europe in de Troppen (1930)

- Kota Pensiunan (1936)

- Kota Permai (1950)

- Kota Konferensi Asia-Afrika (1955)

*) Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar