Jumat, 26 April 2024 | 20:41
OPINI

Satu Juta Orang Meninggal Akibat Corona

Sebaiknya Dibaca Sampai Habis

Satu Juta Orang Meninggal Akibat Corona
Ilustrasi

Satu rekor tonggak sejarah yang sangat menyedihkan dan juga sangat mengerikan sekali. WHO melaporkan bahwa jumlah kematian akibat corona di seluruh dunia telah tembus lewat dari satu juta orang. Mereka meninggal hanya dalam jangka waktu enam bulan saja !

Penyakit AIDS yang paling ganas sekalipun; butuh waktu 75 tahun sehingga bisa mencapai level jumlah kematian satu juta orang. Bahkan diprediksikan dalam jangka waktu tiga bulan mendatang akan meningkat menjadi dua kali lipat sehingga dua juta yang meninggal. Sekitar 2,5 juta orang telah terdaftar dalam daftar kematian yang berikutnya.

Satu juta orang meninggal di saat pandemi corona ini berarti satu juta keluarga yang ditinggal oleh orang mereka kasihi. Tanpa bisa memberikan pelukan yang terakhir. Tidak bisa mengucapkan kata perpisahan lagi. Pemakaman yang sepi tanpa dihadiri entah oleh siapapun juga. Bahkan mereka merasa takut untuk berkunjung, walaupun anggota keluarga yang paling dekat sekalipun.

Pada saat ini saja ada sekitar 34 juta orang yang terpapar corona dan sekitar tujuh miliar manusia yang setiap saat bisa saja ketularan, karena belum di vaksin. Kita harus menerima kenyataan pahit dan mengerikan bahwa sang maut akan membayangi kita terus menerus tanpa bisa diketahui sampai kapan!

Di negara Adikuasa Amerika saja sudah lebih dari 200 ribu orang meninggal akibat Covid atau tiga kali lipat dari jumlah tentara AS yang meninggal saat perang dengan Vietnam. Di Indonesia saja sudah lebih dari 11 ribu orang yang meninggal akibat Corona; dimana lebih dari 115 orang diantaranya adalah dokter atau 10 orang dokter setiap seribu orang yang wafat.

Apakah besok anda masih bisa sehat seperti sekarang ini ? Belum tentu! Apakah minggu depan Anda masih hidup? Belum tentu juga! Bahkan mungkin saja tulisan ini adalah tulisan terakhirnya dari Mang Ucup sebelum sang maut menjemput Mang Ucup. Mengingat usia saya sudah mencapai 78 tahun berarti sudah termasuk dalam daftar kloter berikutnya.

Para ilmuwan maupun politikus hanya punya satu solusi saja ialah lockdown, namun berapa lama manusia bisa dikandangin terus menerus seperti hewan? Apakah benar tidak bisa dilawan? Kenyataan dan terbuktikan pula, bahwa pandemi corona ini bisa dilawan dan dicegah. Syaratnya hanya satu saja ialah disiplin dengan memenuhi peraturan jaga jarak dan pakai masker.

Di Afrika negara Ruanda dengan jumlah penduduk lebih dari 12 juta orang, ternyata hanya 29 orang saja yang meninggal akibat corona. Selandia Baru dengan jumlah penduduk lima juta orang hanya 25 orang meninggal akibat corona.

Di Asia pun demikian misalnya di Taiwan dengan jumlah penduduk 23 juta orang hanya delapan orang yang meninggal. Begitu juga dengan Vietnam dengan jumlah penduduk hampir 100 juta orang ternyata hannya 25 orang yang meninggal. Mereka bisa berhasil tanpa harus mengeluarkan dana triliun untuk beli obat vaksin, hanya sekedar dengan patuh dan disiplin saja !

Kenapa di Indonesia tidak bisa?

Mana lebih penting PHK, usaha ataukah kehidupan? Selama kita masih hidup selama itu pula kita masih punya kesempatan untuk bisa berbalik ke normal kembali seperti sediakala. Namun setelah kita meninggal berarti tamat - the end & finish forever !

Masa sih Indonesia harus kalah oleh Vietnam ataupun Taiwan, malu atuh! Kalau Vietnam dan Taiwan bisa mengatasi pandemi corona ini dengan baik, seharusnya Indonesia pun bisa "Yes We Can".

Yuk Kita Patuhi Secara Bersama !

Bangsa Indonesia terkenal dengan sifat gotong royong, kenapa kita tidak bisa gotong royong untuk memerangi corona? Ataukah mungkin anda udah kebelet ingin segera pulang mudik to Heaven ?! Death or live its is your choise, lebih baik choose live lah !

Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu. Kita tidak akan bisa merubah orang lain, namun kita bisa mulai merubah perilaku diri sendiri. Mohon bantu di share sebanyak dan seluas mungkin demi kepentingan bersama kita! Maturnuwun sanget berkah dalem.

Mang Ucup

Menetap di Amsterdam, Belanda

Komentar