Minggu, 12 Mei 2024 | 15:11
NEWS

Begini Analisa Kejadian Banjir Bandang di Sukabumi

Begini Analisa Kejadian Banjir Bandang di Sukabumi
(BNPB)

ASKARA - Banjir bandang di Sukabumi mengakibatkan dua korban meninggal dunia dan satu lainnya masih dalam proses pencarian. Sementara, 10 korban luka-luka menjalani perawatan di rumah sakit.

Data yang dirangkum hingga Rabu (23/9) pukul 13.00 WIB, peristiwa tersebut telah berdampak pada 176 kepala keluarga atau 525 jiwa dan sebanyak 78 jiwa harus mengungsi.

Sedikitnya 127 unit rumah yang tersebar di 11 desa terdampak, dengan rincian 34 rumah rusak berat, 23 rusak sedang, dan 70 rusak ringan.

Berdasarkan analisa sementara yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi BNPB, lokasi kejadian banjir bandang merupakan dataran rendah berada di bawah kaki Gunung Salak dan dilalui beberapa sungai yakni Sungai Citarik-Cipeuncit dan Sungai Cibojong 

"Menurut monitoring bahaya Banjir Bandang InaRisk BNPB, wilayah yang terdampak itu memiliki indeks bahaya sedang hingga tinggi terhadap banjir bandang," kata Kepala Pusdatinkom Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangannya.

Di sisi lain, berdasarkan pantauan GPM-NASA (inaWARE) dalam 24 Jam terakhir sebelum kejadian, wilayah hulu atau di sebelah utara Sukabumi maupun di wilayah yang terdampak mengalami curah hujan sedang-tinggi dengan intensitas hingga 120 mm

"Hujan dengan intensitas tinggi tersebut menyebabkan massa air di daerah hulu menjadi semakin besar," kata Raditya Jati. 

Adapun kondisi wilayah sungai yang rusak dan banyak terjadi erosi serta sedimentasi menyebabkan potensi terbentuk bendung alami. Ketika bendung alami tersebut menjadi besar dan terganggu keseimbangannya oleh intensitas hujan tinggi menyebabkan bendung alami tersebut berpotensi terjadi limpasan air beserta lumpur dengan jumlah yang besar dan cepat.

Berikutnya, berdasarkan analisis citra Himawari-8 LAPAN, sebelum terjadinya banjir bandang pada pukul 16.40 WIB, Senin (21/9), hujan terdeteksi terjadi sejak pukul 15.30 WIB dengan intensitas sedang 40 mm per jam kemudian semakin meningkat menjadi 100 mm per jam pada pukul 16.40. 

"Intensitas hujan tertinggi berada pada bagian hulu yaitu di sekitar Gunung Salak," ujar Raditya Jati. 

Pantauan tersebut menimbulkan adanya kemungkinan hujan yang terakumulasi dalam 24 jam terakhir menjadi tertampung di daerah hulu meluap dan menghancurkan bendung alami yang diduga terbentuk di bagian hulu sungai. 

Komentar