Jumat, 26 April 2024 | 18:02
TRAVELLING

Tersesat Saat Maghrib di Gunung Beriun, Ada Suara Tertawa

Tersesat Saat Maghrib di Gunung Beriun, Ada Suara Tertawa
Gunung Beriun (heikaku.com)

ASKARA - Musisi dan penulis Fiersa Besari memiliki hobi mendaki gunung. Hal itu terbukti dengan project Ekspedisi Atap Negeri yang telah dimulainya sejak awal tahun 2020. Namun kegiatan tersebut tertunda akibat pandemi.

Penyanyi asal Kota Bandung itu tengah melakukan misi mencintai alam Indonesia, dengan mendaki 33 gunung di Indonesia sesuai dalam ekspedisinya. Salah satunya Gunung Beriun, Kalimantan Timur.

Fiersa mempunyai pengalaman mistis ketika mendaki di salah satu gunung yang berada di Kutai Timur itu. Meski Gunung Beriun bisa dikatakan masih perawan, karena belum tersentuh sama sekali oleh para penjelajah.

"Kita ke Gunung Beriun juga karena tidak banyak pendaki ke sana. Kita itu pendaki ke lima yang ke sana itu pun harus bertanya ke ketua adat di Karangan desa," kata Fiersa dalam channel YouTube Dzawin Nur, Kamis (20/8).

Ketika rombongan mereka mendaki ke Gunung Beriun pada awal Maret 2020, bertepatan dengan peresmian wisata air terjun, namun bukan berada pada jalur puncak gunungnya melainkan menuju jalur air terjun. 

"Jadi ada air terjun ke jalur kiri dan puncak ke kanan. Pasti kita tahu kalau masuk ke gunung yang tidak komersil jalurnya masih rapat. Ular masih ada, pacet banyak banget dan beruang ada di sana," tuturnya. 

Kala itu, cuaca sangat cerah dan sudah tidak hujan dalam kurun waktu 1 bulan. Namun tiba-tiba ketika mereka mendaki Gunung Beriun, hujan deras turun dan tidak menyiapkan jas hujan.

"Waktu itu sudah pede cerah tidak akan hujan karena di sana sebulan tak turun hujan. Tapi pada hari kita naik, malamnya hujan deras begitu kepedeannya kita sampai cuek saja," imbuh Fiersa. 

Mereka berhasil tiba di puncak dan bermalam. Keesokan harinya ketika hendak turun, salah satu di antara mereka tersesat. Awalnya, orang tersebut hendak mengambil air namun tak sadar waktu sudah sore.  

"Ketika turun dari puncak ke camp ground magrib kita tidak sadar itu. Padahal sudah lembayung. Kita baru sadar harusnya adzan karena sudah jam 18.00 waktu setempat," ceritanya. 

Sementara salah satu temannya yang merupakan penduduk lokal tersebut mempunyai firasat kurang bagus. Meksi jalur pengambilan air itu gelap, tapi di sana sudah diberi tanda dan jaraknya cukup dekat. 

"Disusul memang benar dia (Azir) seperti ada yang nuntun ke luar dari jalur dan nyasar. GPS-nya muter-muter. Dia dua jam diputar-putar, mukanya pucet. Katanya ngedenger ada orang-orang ketawa," ucap Fiersa. 

Mereka memutuskan untuk kembali bermalam, namun suasana mencekam menyelimutinya. Dalam pikiran Fiersa, dirinya hanya khawair ada binatang buas dan ada pemburu.

"Saya mendengar ada suara brug (terjatuh) diiringi dengan ada suara ketawa. Saat itu khawatir. takutnya tiga, saya takut halusinasi, makhluk halus atau orang lain di situ," katanya ketakutan. 

"Apalagi sebelumnya, diceritakan konon kenapa diberi nama Beriun karena dulunya satu perkampungan hilang. Dan belum bisa dijelaskan sampai sekarang," tambahnya. 

Komentar