Jumat, 26 April 2024 | 14:18
COMMUNITY

Kisah di Gunung Slamet: Tragedi Menakutkan yang Jadi Kenyataan

Kisah di Gunung Slamet: Tragedi Menakutkan yang Jadi Kenyataan
Gunung Slamet (Dok GNFI)

ASKARA - Ketakukan yang terus membayangi terus menurus, pasti pernah dialami sebagian pendaki saat mendaki gunung. Terlebih, gunung itu terkenal dengan cerita mistisnya. Sehingga dalam perjalanan tidak akan pernah tenang. 

Seperti halnya yang dialami pendaki Guntur Pamungkas bersama enam rekannya di Gunung Slamet. Mereka mendaki pada tahun 2017, dengan melewati jalur Bambangan. Paling kental mistisnya di pos 4 Samarantu. 

Guntur sudah merasakan firasat buruk sebelum memulai perjalanan. Ada seorang temannya bernama Leni yang dikenal periang oleh temannya, tapi tiba-tiba berubah menjadi sangat pendiam. 

"Kami menyempatkan diri menyambangi rumah temannya. Saat makan bersama pun. Dia memutuskan tidak makan dan menyendiri," kata Guntur yang bercerita dalam channel Youtube Gunung Mistis. 

Esok harinya, perjalanan menuju basecamp dimulai dari rumah temannya menempuh waktu sekitar 8 jam dengan kendaraan. Mereka memutuskan menginap satu malam di basecamp. 

"Malam itu di basecamp, kami melihat ada seorang wanita mengalami patah tulang dan Tim SAR membawa kantung jenazah. Dia mengalami hipotermia," ucapnya.

Alhasil mereka tidak banyak beristirahat. Tentu membuat mereka panik dan berpikir tidak karuan. Perjalanan pun dimulai, gangguan tidak terlalu dirasakan, dalam hati mereka tetap takut. 

"Di pos 2 kami salat Dzuhur. Kemudian jalan menuju pos 3. Saya melihat 6 orang temannya melamun dan beristirahat sangat lama. Sekitar 30 menit," tuturnya. 

Ketika memasuki kawasan Pos 4 Samarantu yang konon adalah pos terseram di Gunung Slamet. Meski mereka sempat mengabadikan momen, tepat di dekat pohon besar dengan daunnya yang rimbun. 

"Kami merasakan banyak sekali mata melihat ke arah kami. Kami foto di bawah pos Samarantu. Leni sudah merasakan aneh," ucapnya mulai khawatir. 

Mereka memutuskan mendirikan tenda darurat di pos tersebut sebelum hari mulai gelap. Karena kondisi temannya seperti terkena hipotermia. 

"Sekitar pukul 17.00 WIB, tenda sudah berdiri dengan kokoh. Teman yang mengalami hipotermia itu sudah diamankan," kata Guntur sambil menghela napas. 

Sementara tiga dari mereka memutuskan turun meminta bantuan kepada Tim SAR. Untuk membawa temannya itu turun kembali ke basecamp. 

"Saat itu, kaki Leni mulai keram dan mereka berusaha menggerakkan kakinya. Tapi sudah mati rasa. Tak lama temannya mengambil air wudhu dan salat di luar," imbuhnya.

Tib-tiba Leni berbicara aneh dan membuat teman ketakutan. Bahkan suhu udara di pos 4 itu tidak merasa dingin sama sekali, padahal biasanya pasti sangat dingin. 

"Perempuan itu suruh diam dari tadi ko nyanyi terus," cetus Guntur seraya nenyuarakan suara Leni. "Saya tak mendengar suara apapun dan saya tatapan dengan teman yang lain tanpa ada keluar satu katapun," sambungnya. 

Tim SAR akhirnya datang mengevakuasi Leni turun ke bawah. Sementara teman-teman yang lain memutuskan menginap semalam dan mereka juga turun. 

"Sebelum Tim SAR datang tidak ada hawa dingin. Leni pun dibawa oleh Tim SAR menggunakan kantung jenazah seperti yang saya lihat di basecamp," tandas Guntur kembali ketakutan. Akhirnya mereka bisa berkumpul di basecamp. 

Komentar