Jumat, 17 Mei 2024 | 02:54
COMMUNITY

Misteri Pocong di Hutan Baluran Banyuwangi

Misteri Pocong di Hutan Baluran Banyuwangi
Jalan Hutan Baluran, Banyuwangi (Kaskus)

ASKARA - Hutan Baluran di Banyuwangi, Jawa Timur terkenal dengan keeksotisannya. Namun, di balik indahnya pemandangan hutan itu berkembang cerita mistis yang kerap dialami para pengendara angkutan umum. 

Seperti halnya yang dialami orang tua dari akun twitter @farisandani yang hendak pulang kampung ke Banyuwangi melalui jalur Baluran. Kejadian terjadi sekitar 1998 silam. Mereka memulai perjalanan dari Pasuruan. 

"Kisah horor kebetulan terjadi dua kali. Karena beliau (orang tua Faris) tidak sekali lewat jalur sana karena kampungnya di sana," kata Youtubers Hirotada Radifan, yang diunggah melalui channel Youtube miliknya, Sabtu (23/5).

Kala itu, orang tuanya berangkat malam hari agar bisa tiba di kampung halaman pagi hari. Jarak tempuh dari Pasuruan menuju Banyuwangi mencapai 5-6 jam. Semula masih berjalan normal. 

"Jalur yang dilewati Probolinggo, Krakasan dan Besuki. Selama perjalanan itu semua terlelap. Ketika bus memasuki wilayah Situbondo bus itu memasuki hutan sangat gelap," ucap Hirotada Radifan. 

Penerangan di jalur itu hanya berasal dari bus tersebut. Berjalan kurang lebih 30 menit di tengah keheningan jalur Baluran terdengar  suara anak kecil yang memecah keheningan.  

"Anak kecil itu bilang ke sopir, pak aku turun di sini. Suara itu membuat semua orang terbangun," tuturnya. 

"Kernet bus menjawab, lho de. ini kan di tengah hutan. Kenapa turun di sini? rumah saya ada di sini pak. jawab anak itu," katanya menirukan suara anak kecil itu. Penumpang mulai ketakutan. 

Akhirnya sopir bus memberhentikan kendaraanya di tengah hutan dan tidak ada rumah penduduk. Kernet membuka pintu depan. Anak kecilnya menggunakan kaus dan celana pendek. 

"Dia berjalan ke tengah hutan dan tiba-tiba menghilang. Akhirnya bus itu bergegas pergi dan tiba sampai tujuan," ceritanya. 

Pengalaman kedua, diamali ibunya Faris yang ingin pulang kampung sendirian ke Banyuwangi. Seperti biasa dia memulai perjalanan malam hari. Kala itu bangku penumpang bus tidak terlalu penuh.

Namun di pertengahan jalan banyak penumpang naik dan satu per satu bangkunya mulai terisi hampir penuh. Ketika bus memasuki jalur Baluran ada sejumlah kendaraan lainnya. 

"Setelah sekitar 3 kilometer berjalan di alas Baluran tiba-tiba penumpang merasa busnya melambat," kata Hirotada. 

Salah satu penumpang bertanya kepada sopir perihal laju kemudi bus yang seketika melambat. Dengan demikian bisa lama tiba di kampung halaman. Penumpang pun kaget mendengar jawaban sang sopir. 

"Itu di depan ada sepeda onthel membonceng 'memedi' dalam bahasa jawa yang artinya mahkluk halus. Saya tidak berani menyalip takut pindah," ucap Sopir ketakutan.

Ketika penumpang melihat di depan bus itu ada dua mobil yang melaju dengan lambat dan di depannya ada seorang kakek membawa ranting-ranting ditumpuk di atasnya ada pocong duduk menyamping. 

"Bus itu lebih tinggi dari kendaraan di depan mereka. Jadi bisa melihat langsung ke depan," imbuhnya. Waktu itu menunjukkan pukul 02.00 WIB. Umumnya jalur Baluran bisa ditempuh 45-60 menit. 

Setelah dua jam berlalu terlihat lampu-lampu pemukiman warga di ujung jalan. dua mobil itu langsung menyalip karena sudah keluar jalur baluran. 

Mereka keluar jalur Baluran pukul 04.00 WIB. Kemudian bus itu berhenti di salah satu masjid dan kebetulan kakek yang mengayuh sepeda tadi berhenti di tempat yang sama. Para penumpang langsung menghampirinya. 

"Sopir bus pun heboh dan bertanya pak tadi tidak berasa ada yang ikutin? iyah berasa. Mungkin saja itu istri saya yang sudah meninggal," jawabnya menirukan suara kakek tersebut. 

"Kebetulan kemarin saya mimpi istri saya katanya, dia tidak ingin saya bekerja sendirian. Gua mau nangis terharu," tambah Hirotada. Semua penumpang pun selamat tiba di kampung halaman. 

Komentar