Jumat, 17 Mei 2024 | 17:57
COMMUNITY

Berdasarkan Kisah Nyata

Jembatan Angker di Transyogi

Jembatan Angker di Transyogi
(Dok. Machmud Khadim)

ASKARA - Saat itu di tahun 2017 sekitar jam 10 malam aku masih menjadi driver Uber Bike. Aku melipir dari arah Pondok Gede menuju ke Cibubur. Pada saat itu aku sempat meminggirkan motorku di dekat pertigaan Pondok Rangon untuk mengecek HP juga menyalakan rokok. Kemudian Hp-ku berbunyi orderan masuk "tuing...tuing..tuing" lalu aku pun pencet itu tombol penerimaan penumpang. Kemudian aku melihat titik jemput penumpang yang ternyata tidak jauh dari lampu merah di perempatan Ujung Aspal, meluncurlah saya ke titik jemput penumpang.

BTW sampailah saya di seberang pangkalan ojek yang ada di perempatan itu (untungnya saat itu gak ada opangnya jadi aman untuk pick up penumpang). Lalu seorang wanita menghampiri saya sambil melihat HP-nya yang kemudian menegur saya.

"Pak Mahmud yah?", 
Saya balas "Iya mbak, ngomong-ngomong kita mau ke mana?".
Lalu dia jawab "Ke Cileungsi pak, deket Ramayana".
Kemudian kubalas "Oh oke kalo begitu, nih helmnya mbak" sambil kuambilkan helm yang ada di depanku, setelah penumpang itu naik.
Lalu kutanya "Udah mbak?"
Dia jawab "Udah pak".
Lanjutku "Okeh kita berangkat".
Berangkatlah kami menuju lokasi penurunan penumpang.

Selama perjalanan pun kami ngobrol-ngobrol, biasalah penghilang jenuh saat berkendara ketimbang ngantuk. Segala macam topik pembicaraan pun telah saya coba untuk bisa mendapatkan pembicaraan yang nyambung dengan wanita ini ternyata wanita ini lebih tertarik saat aku membicarakan hal gaib lalu nyambunglah obrolan kami. 

Saat itu aku menanyakan perihal Jembatan Transyogi yang dekat dengan Kota Wisata. 
Aku ngomong "Mbak, mbak gak takut nanti kita ngelewatin jembatan besi yang dekat wisata legenda?"
Wanita itu jawab "Yah, mau gimana lagi bang, orang kita harus lewat situ".
Kemudian aku balas "Iya juga sih tapi tenang aja mbak, saya jagain mbak selamat sampe tujuan".
Wanita itu tertawa sambil ngomong "Aah..bisa aja si abang".
Lanjutnya "Kok abang bisa tahu kalau jembatan itu angker? Emang abang tinggal di mana?" 
Kemudian aku jawab "Saya tinggal di Pondok Gede mbak".
Wanita itu heran "Loh kok abang mau jalan jauh-jauh bang? Kan lumayan jauh Pondok Gede sama Terminal Cileungsi?" 
Saya jawab "Yah namanya tukang ojek mbak".

Lalu sampailah kami di jembatan yang aku maksud di atas tadi. Aku pun menarik tuas remku untuk memperlambat laju motor kemudian aku menekan klakson tiga kali.
Tiba-tiba aku melihat pemandangan aneh di sana kemudian aku hentikan motor ku. Aku melihat tiga sosok tentara Jepang, mungkin yang satu adalah kapten karena aku melihatnya dia sedang menenteng sebuah samurai, tapi kulihat mukanya hancur. Lalu kulihat yang dua orang lagi sedang memegang senjata laras panjang jenis Riffle tapi yang satu tangannya buntung, yang satu lagi kakinya buntung.

Kemudian punggungku ditepok oleh penumpangku, lalu dia ngomong "Bang, kok berhenti?"
Aku jawab "Sebentar mbak", kuambil HP-ku dari holder lalu mengarahkan kamera HP ke arah tiga tentara Jepang itu "cepret" kufoto situasi saat itu (foto yang ada dalam kisah ini).
Kemudian aku pun langsung memasang kembali HP-ku di holder lalu melanjutkan perjalanan tapi saat mau jalan aku mencium aroma yang sangat busuk seperti bangkai di sekitar jembatan itu. Aku pikir mungkin ada tikus kelindes ataupun hewan-hewan lainnya yang mati di situ.
Lalu si penumpang bertanya "Abang tadi kenapa? Kok berhenti, terus ngefoto apaan?"
Aku pun jawab "Ada deh mbak" sambil nyengir ketawa-ketawa.
Lalu si wanita itu bertanya "Abang habis lihat gituan yah?"
Aku jawab "Aah... gak kok mbak".
Lalu si wanita itu pun penasaran dan terus bertanya "Bang yang bener dong, saya jadi takut juga kan". Lalu saya jawab "Gak ada apa-apa mbak, tadi ngefoto juga untuk kenang-kenangan aja kok.

Wanita itu bales "Ah..si abang gak mau ngomong. Soalnya saya juga pernah ngalamin jatuh dari motor di jembatan itu, untung aja mobil yang ada di belakang saya langsung berhenti".
Mendengar itu pun aku kaget lalu aku pun bertanya "Aahh..yang bener mbak?"
Lalu wanita itu jawab "Iya bang. Pas saya lewat situ tiba-tiba ada angin besar menghembus dari sebelah kiri saya, langsung saya jadi terjatuh kepental gitu bang. Makanya saya kalau malam-malam pulang kerja gini mending saya naik ojek aja ketimbang bawa motor sendirian". 

Aku pun terus menyimak obrolan penumpang tersebut hingga kami pun sampai di titik penurunan penumpang persis di depan Ramayana dan ternyata penumpang itu telah ditunggu oleh pria tua dengan motor yang kemungkinan pria itu bapaknya. Lalu penumpang itu turun dan ngomong "Berapa bang?" lalu aku jawab "32 ribu mbak". Kemudian si penumpang menghampiri bapak-bapak itu lalu kembali lagi ke aku sambil menyodorkan uang 40 ribu lalu ngomong "Nih bang, ambil aja lebihnya". 
Dalam hatiku "Alhamdulillah". Lalu aku ngomong "Mbak, itu siapa?" dia pun jawab "Oohhh... itu bapak saya". Kemudian wanita itu langsung pergi meninggalkan aku untuk melanjutkan pulang ke rumah dengan bapaknya, dalam hati ku "Bener juga tebakan gue".

Lanjutlah aku berjalan kembali menuju arah Cibubur (ketimbang nanti bisa kepental makin jauh lagi, yang ada nyasar di kampung orang. Lagi pula saat itu di daerah tersebut masih Zona Merah untuk ojol). Melintaslah lagi aku melewati jembatan tersebut, sebelum sampai di jembatan tepatnya persis di arah untuk putar balik beberapa meter dari jembatan itu aku melihat sosok putih-putih di atas pohon kemudian aku melihat lagi sosok putih-putih di atas jembatan plus harumnya wangi melati yang sangat tajam. Lalu aku membunyikan klakson tiga kali dan mengucap salam... "Assalammualaikum" sambil merinding lalu aku tancap gas agak kencengan dikit. Lepaslah aku dari jembatan tersebut. 

Sampailah aku di seberang Kota Wisata kemudian aku berhenti sejenak sambil ngelihat foto yang barusan aku jepret, tapi sayang aku gak dapat penampakan itu tentara Jepang. Kemudian aku pun melanjutkan perjalanan untuk mencari orderan di daerah Cibubur.

Begitulah kisah serta kejadian nyata yang kualami di daerah tersebut. Akhir kata aku ucapkan terima kasih dan wassalam.

Machmud Khadim
(Karyawan swasta, tinggal di Jakarta)

Baca juga: 
Penunggu Curug Bonosari

Komentar