Kamis, 25 April 2024 | 15:34
TRAVELLING

Tersesat di Gede Pangrango Hingga Cianjur, Ada 3 Pendaki Tak Kasat Mata

Tersesat di Gede Pangrango Hingga Cianjur, Ada 3 Pendaki Tak Kasat Mata
Jalur pendakian gunung Gede Pangrango (Trubus.id)

ASKARA - Dalam berbagai kondisi ketika berada di alam bebas sudah seharusnya selalu bersama. Seperti halnya yang dilakukan para pendaki asal Jakarta saat mendaki Gunung Gede Pangrango dan berusaha mencari jalan menuju basecamp. 

Mereka tersesat ketika hendak turun menuju basecamp via Gunung Putri. Semula salah mengambil jalur di simpang maleber, yang harusnya mengambil jalur kanan, tapi mereka terpaksa memilih jalur kiri lantaran di jalur kanan seperti ada kubangan besar. 

Salah satu pendaki Randi menceritakan, jalur yang dipilihnya bersama teman-temannya seperti tidak ada tanda-tanda pernah dilewati manusia. Padahal sebelumnya mereka sempat bertemu tiga orang pendaki.

Kala itu persedian logistik mereka sudah menipis dan jalan menuju basecamp tak kunjung ditemukan. Anehnya jalur yang mereka lalui itu selalu menanjak bahkan seperti melewati tiga bukit.  

"Kita terus naik ke atas bukit itu. Kalau perasaan saya harus ambil jalur kanan tapi tidak ada seperti ditutup," ujar Randi dalam akun Youtube RJL 5 beberapa waktu lalu. Mereka mendaki Gunung Gede Pangrango pada tahun 2000 delapan orang.  
Setelah berjalan cukup lama, mereka mendengar suara motor sumber suaranya berada di atas bukit. Mereka menduga bahwa motor itu kerap membawa hasil perkebunan. 

Suara motor pun mereka ikuti, saat ingin melanjutkan perjalanan mereka dihadapkan dengan rawa-rawa yang dalam. Sebagian dari mereka tidak berani melewatinya. 

"Saya memutuskan menyeberangi rawa itu, lama-lama tinggi airnya sedada. Tapi teman saya bilang balik lagi. Karena takutnya makin dalam dan saya terpisah," tutur Randi. 

Setelah berjalan kurang lebih 100 meter bertemu jalan bercabang ada arah kanan dan kiri. Randi meyakini bahwa jalur menuju basecamp itu arah kanan, namun sebagian temannya beranggapan jalur yang benar ialah kiri. 

"Akhirnya kita voting suaranya sama. Kita berhenti dulu di situ dan berdoa bareng-bareng. Ada yang membalikkan bajunya dan yakin untuk mengambil jalur kanan," kata Randi. 

Beruntungnya mereka menemukan buah markisa dari pohon-pohon besar dan mendengar suara air sungai. Hal itu menjadi pertanda baik bagi mereka untuk tiba di basecamp. 

Ketika mereka terus berjalan mengikuti alur sungai, ada masyarakat yang meneriaki mereka yang berada di seberang sungai meminta putar balik dengan mengisyaratkan tangannya. 

"Kita akhirnya ambil keputusan putar balik. Hampir sekitar 200 meter kita ambil jalur kecil bebatuan tapi atasnya tertutup dengan ranting pohon yang lebat tenyata itu sarang ular," ucap Randi ketakutan. 

Namun mereka selamat melewati jalur kecil itu. Setibanya di seberang sungai mereka melihat permukiman dan pemandangan sangat indah. Masyarakat sekitar menyuruh mereka beristirahat sejenak. 

"Kita menemukan ada pohon wortel dan pohon bawang. Pria tua itu meminta istirahat dan disiapkan makanan," kata Randi. 

Setelah selesai makan, pria tua itu menanyakan sesutu yang cukup aneh kepada mereka. Berapa jumlah kalian? pertanyaan itu dilontarkan tiga kali. "Kita menjawab delapan orang. Kita meyakinkan diri sendiri tidak ada yang kurang," ucapnya kebingunan.

Pria tua itu menuturkan bahwa sekitar 2 tahun lalu ada pendaki tersesat seperti mereka dan beristirahat di sini. Mereka mendaki berdua, namun beberapa hari kemudian warga datang menyebut mereka mendaki berlima. 

"Kita saling tatap-tatapan, karena kita bertemu dengan tiga orang pendaki saat hendak mengambil jalur kiri," tandas Randi. Makin membuat mereka keheranan ternyata sudah berada di Cianjur Desa Maleber. Namun mereka selamat kembali ke Jakarta.

Komentar