Rabu, 01 Mei 2024 | 10:28
NEWS

Penghormatan Terakhir untuk Pater Frans, Warga Wamena Ritual Bakar Batu

Penghormatan Terakhir untuk Pater Frans, Warga Wamena Ritual Bakar Batu
Pengabdian Pater Frans Lieshout OFM di Tanah Papua. (Dok. pribadi)

ASKARA - Perjuangan Pater Frans Lieshout Ordo Fratrum Minorum (OFM) selalu membekas dalam hati imam katolik di Wamena, Papua. Kepergian selama-lamanya pada 1 Mei 2020 lalu bahkan dihormati dengan melakukan upacara bakar batu. 

Pater Frans dimakamkan pada Jumat (8/5) di Pemakaman OFM Belanda, sementara warga Wamena pun menghormatinya dengan melaksanakan adat bakar batu. 

Sebagai sosok yang mengenal Pater Frans, seorang pria bernama Rudolf Deca mengatakan pelaksanaan adat batu sendiri dilakukan secara spesial dibandingkan biasanya. Hal ini menjadi cerminan bahwa Pastor Frans sangat berarti bagi warga Wamena. 

"Wamena baru saja melakukan penghormatan upacara pemakaman pastor tercinta mereka Pater Frans Lieshout OFM di Belanda. Acara ini sangat langka karena harus khusus dan emosional sekali. Acara syukuran biasa paling beberapa ekor saja, ini banyak," jelasnya kepada Askara, Sabtu (9/5).

Rudolf mengatakan, Pater Frans telah mengabdi selama separuh waktu hidupnya di Papua khususnya di Wamena yakni sekitar 56 tahun. Sayangnya akibat penyakit kanker prostat dia akhirnya berpulang kembali ke Belanda untuk mendapatkan pengobatan namun Tuhan berkehendak memanggilnya. 

"Pastor ini sangat dikenal di Wamena dan Tanah Papua karena kecintaannya terhadap warga Wamena dan sangat mengetahui seluk beluk perkembangan Wamena sejak tahun 1965 sampai sekarang," jelasnya.

Pastor Berto Namsa OFM yang berada di Wamena mengatakan, Pater Frans lahir di Kota Montfoort, Belanda pada 15 Januari 1935. Dia tiba di Papua 18 April 1963 sebagai seorang misionaris Fransiskan. 

Pater Frans telah melayani umat di Papua selama 56 tahun dan sebagian besar pengabdiannya dihabiskan di Lembah Baliem. Keberadaannya di Wamena kurang lebih 26 Tahun, bahkan pengabdian yang luar biasa ditunjukkan juga dengan memutuskan untuk menjadi warga negara Indonesia pada tahun 1986.

Selama menjadi misionaris di Papua, pada 1963 Pater Frans memulai masa tugasnya di Waris, Kabupaten Keerom. Tugas ini merupakan tahapan bagian dari penyesuaian sebelum berkarya. Kemudian pada 1963-1964 Pater Frans menjadi sekretaris II di Keuskupan Jayapura. Dilanjutkan pada 1964-1967 menjadi pastor paroki di Paroki Musatfa Baliem.

Selanjutnya pada periode 1967-1973, Pater Frans ditugaskan menjadi pastor paroki di Bilogay Kabupaten Intan Jaya. Kemudian 1973-1983 menjadi rektor SPG Teruna Bakti Wamena, kini dikenal dengan SMA Katolik Teruna Bakti. 

Setelah itu 1983-1985 Pater Frans ditugaskan menjadi pastor koordinator 3 paroki kota di Jayapura (Katedral, APO dan Argapura), dan 1985-1996 menjadi pastor Dekan Dekenat Jayawijaya (sekarang Dekenat Pegunungan Tengah).

Pada 1996-2002, ditugaskan sebagai pastor Dekan Dekenat Jayapura dan merangkap sebagai Dosen Liturgi pada STFT Fajar Timur, Abepura. Tahun 2002-2007 ditugaskan sebagai pastor paroki di paroki Biak.

2007-2019 mulai memasuki masa pensiun. Sebagai bentuk kecintaannya kepada orang Baliem, Pater Frans memutuskan untuk kembali dan tinggal di sana untuk menikmati masa pensiunnya.

"Selama tinggal di Baliem, Saudara Frans OFM telah menulis buku Sejarah Gereja Katolik Lembah Baliem, Kamus Bahasa Balim dan dua buku yang lain. Penulisan karya ini dibantu oleh petugas pastoral yang di Baliem," jelas Berto.

Kemudian pada 17 Oktober 2019, Pater Frans pamit dari Lembah Agung (Baliem) untuk pulang kembali ke Belanda. 

"Saudara Frans OFM telah berkarya di Papua selama 56 tahun. Sebuah waktu karya yang begitu lama. Ia telah banyak mengenal orang Papua dan orang Papua tentu sangat mengenalnya. Bahkan mencintainya layak seorang Bapa sendiri di Bumi Cendrawasih ini," papar Berto.

Dan kabar duka pun hadir pada 1 Mei 2020 pukul 13.15 waktu Belanda di salah satu Biara OFM di Amsterdam. 

"Pater Frans dijemput saudari maut badani. Sang misionaris Katolik ini berpulang dengan tenang dan senyum tanpa mengeluh sakit yang ia derita," ujar Berto. 

Berto pun yang mewakili umat katolik di Wamena pun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Pater Frans.

"Terima kasih saudara Frans Lieshout OFM. Terima kasih untuk jasa baikmu, terima kasih untuk contoh hidup yang engkau berikan kepada kami. Terima kasih untuk karya dan pengabdianmu di Tanah Papua. Selamat jalan ke Yerusalem Surgawi Nopase Frans. Bahagia bersama para kudus dalam Kerajaan Surga. Doa kami mengiringi kepergianmu," ujarnya.

Komentar